Gangguan Perkembangan Pervasif : Jenis, Penyebab, Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Gangguan perkembangan pervasif (Pervasive Developmental Disorder(PDD) merupakan suatu gangguan yang dialami oleh anak-anak dan berkaitan dengan retardasi mental. Penderita gangguan ini cenderung mengalami keterlambatan perkembangan psikomotorik, kognitif, sensorik, interpernosal dan intrapersonal. Menurut lembaga American Psychiatric Association dan Internasional Classification of Disease, gangguan perkembangan pervasif pada anak diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yakni:

  • Autis (Childhood Autism)
  • Sindrom Rett (Rett’s Syndrome)
  • Sindrom Asperger (Asperger’s Syndrome)
  • Gangguan Disintegratif masa kanak-kanak (Childhood Disintegrative Disorder-CDD)

Berikut pembahasan dari masing-masing jenis gangguan perkembangan persavif tersebut.

Baca juga: patau syndrome pada bayiSindrom fragile Xpenyebab down syndromeOCD pada anak

  1. Autisme (Childhood Autism)

Gangguan perkembangan pervasif yang pertama adalah autisme. Kondisi ini terjadi saat anak mengalami kelainan pada perkembangan neurologisnya (sistem syaraf). Sehingga menyebabkan si anak menderita permasalahan kompleks. Mulai dari gangguan berkomunikasi, interaksi sosial, berbahasa dan berperilaku. Penyakit autis tidak dapat disembuhkan. Biasanya mulai terlihat gejalanya saat anak berusia sekitar 1-2 tahun.

Penyebab Autisme

Penyebab dari gangguan autisme belum dapat ditentukan secara pasti dalam ilmu medis. Namun terdapat beberapa faktor yang diyakini menjadi pemicu dari munculnya gangguan autisme. Diantaranya yaitu:

  • Faktor genetik (seperti terjadinya mutasi gen)
  • Faktor lingkungan (dikarenakan adanya paparan radiasi)
  • Bahan kimia yang ada dalam pestisida
  • Pengonsumsian obat-obatan tertentu, misalnya thalidomide dan valproic
  • Hamil pada usia lebih dari 40 tahun

Gejala Autisme

Umumnya gejala autisme berbeda-beda untuk setiap orang bergantung pada tingkat keparahan. Kondisi ini juga lebih rentan dialami oleh anak laki-laki dibandingkan perempuan. Beberapa gejala dan ciri yang kerap terlihat pada penyandang autisme yakni:

  • Gangguan interaksi sosial
  • Gangguan dalam berkomunikasi
  • Gangguan terhadap respon sensorik
  • Gangguan dalam menggunakan bahasa verbal ataupun non verbal
  • Gangguan emosi, anak sering mengalami badmood seperti mendadak marah tak terkendali, menangis tanpa sebab, despresi, tertawa, takut serta rasa cemas berlebihan
  • Gangguan dalam berperilaku, anak sering meremas tangannya sendiri, menggigit benda, mencium benda dan tidak suka dipeluk
  • Cenderung hiperaktif (Attention Defiicit Hyperactibity Disorder – ADHD)

Penanganan Autisme

Hingga saat ini belum ditemukan metode untuk menyembuhkan autisme secara total. Namun ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala autisme. Diantaranya yaitu:

  • Terapi obat-obatan, biasanya penderita diberikan obat antipsikotik, antidespresan, vitamin dan sebagainya
  • Terapi perilaku, bertujuan untuk melatih perilaku anak menjadi lebih normal sehingga anak bisa bergaul di lingkungannya
  • Terapi komunikasi, bertujuan melatih dan mengembangkan cara berkomunikasi anak baik verbal atau non verbal

Baca juga: Gejala Autis Pada Bayi –  Cara Mengatasi Anak Autis RinganTerapi untuk Anak AutisTanda Anak Autisme

  1. Sindrom Rett (Rett’s Syndrome)

Sindrom Rett seringkali disalahartikan sebagai gangguan autisme. Padahal keduanya berbeda. Sindrom rett (SR) disebabkan adanya mutasi genetik sehingga menyebabkan terganggunya perkembangan syaraf otak. Umumnya ditandai dengan cacat mental dan fisik pada penderitanya. Sindrom rett ini hanya dialami oleh anak perempuan saja.

Penyebab Sindrom Rett

Penyebab dari sindrom rett diyakini karena mutasi genetik. Namun jenis perubahan gen (mutasi) tersebut belum dapat diidentifikasi hingga saat ini.

Gejala Sindrom Rett

Seorang bayi yang terlahir dengan sindrom rett, biasanya akan tampak normal di usia kurang dari 1 tahun. Namun begitu memasuki usia 1-2 tahun, gejala-gejala keabnormalan mulai terlihat secara perlahan. Perkembangan gejala sindrom rett akan semakin parah seiring bertambahnya usia. Gangguan ini dibedakan menjadi 4 stadium. Diantaranya:

  • Stadium 1 (6-18 bulan)

Penderita akan menunjukkan gejala seperti menggerakan tangan dan kaki secara berulang-ulang, tidak mampu melakukan kontak mata dengan baik, kesulitan menelan makanan, lambat berbicara, lambat dalam merangkak, duduk dan berjalan, otot-ototnya tampak lemah, serta terlihat kurang bersemangat saat bermain.

  • Stadium 2 (1-4 tahun)

Pada stadium ini, gejala akan semakin lebih terlihat jelas. Anak menunjukkan emosi berlebihan, seperti sering berteriak, menangis dan tertawa. Selain itu, anak juga mengalami gangguan saat berjalan (sering terjatuh), lebih sulit saat menelan makanan, sulit BAB, cenderung menutup diri, sulit tidur, perkembangan kepala tampak kurang sempurna, sering meremas tangan dan menahan nafas (hiperventilasi).

  • Stadium 3 (2-10 tahun)

Di tahap ini, anak lebih mampu mengendalikan emosinya. Namun fisiknya lebih tampak terganggu. Seperti munculnya gangguan pernafasan, kejang mendadak dan gangguan detak jantung.

  • Stadium 4 (Di atas 10 tahun)

Umumnya penderita sindrom rett mengalami gejala stadium 4 hingga usia tua. Gangguan yang terlihat seperti melemahnya otot, gangguan tulang belakang (skoliosis) dan kesulitan saat berjalan.

Penanganan Sindrom Rett

Untuk bisa bertahan, biasanya penderita sindrom rett membutuhkan pengobatan dan perawatan seumur hidupnya. Namun demikian, penyakit ini tidak dapat disembuhkan secara total. Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk pendiagnosisan, meliputi tes darah, tes pendengaran, tes pengelihatan, tes urine, CT-scan, MRI, electroencephalogram (EEG) dan analisis DNA.

Setelah si anak positif mengidap sindrom rett, dokter akan menyarankan beberapa terapi untuk mengurangi gejala. Seperti:

  • Terapi obat-obatan untuk mengatasi gangguan pernafasan, otot dan masalah kejang
  • Terapi bicara dan komunikasi
  • Terapi berbahasa
  • Terapi okupasi, bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dan produktivitas penderita
  • Fisioterapi, bertujuan untuk melatih kemampuan fungsi tubuh sehingga penderita bisa bergerak secara sempurna
  • Terapi untuk membantu anak dalam mengonsumsi makanan, biasanya dokter juga memberikan saran-saran untuk pola makan yang baik bagi penderita sindrom rett

Baca juga: penyebab janin cacat sejak dalam kandunganciri ciri anak keterbelakangan mental – gangguan tumbuh kembang anakTanda-tanda janin cacat

  1. Sindrom Asperger (Asperger’s Syndrome)

Sindrom asperger termasuk gangguan spektrum autisme (ASD) yang disebabkan oleh kelainan neurobiologis. Umumnya lebih banyak diderita oleh anak laki-laki dibandingkan perempuan. Penyakit sindrom asperger ini seringkali tidak terdeteksi hingga si anak mulai masuk dalam lingkungan sosial. Hal ini dikarenakan penderita asperger memiliki fisik dan kemampuan intelektual yang normal. Hanya saja, ada masalah perilaku dan interaksi. Biasanya penderita susah berkomunikasi dengan orang lain dan sulit mengekspresikan emosi dalam dirinya.

Penyebab Sindrom Asperger

Penyebab dari sindrom asperger adalah kelainan pada neuro transmitter serat fungsi syaraf otak. Dpaat juga dipicu oleh struktur otak yang abnormal, penyakit tertentu dan trauma.

Gejala Sindrom Asperger

Terdapat beberapa gejala yang sering terlihat pada penderita sindrom asperger, diantaranya yaitu:

  • Sering menghindari interaksi kontak mata
  • Melakukan sesuatu secara berulang-ulang
  • Gangguan interaksi sosial
  • Cednerung tertutup
  • Kurang berempati pada orang lain
  • Sulit menginterprestasikan ekspresi orang lain
  • Sikap tampak kaku dan canggung
  • Berbicara juga tampak kaku, cenderung formal dan kurang ekspresif
  • Menyukai kesendirian
  • Sulit mengungkapkan emosi diri
  • Sensitif tehadap suara-suara tertentu
  • Memiliki kelebihan tertentu dalam bidang yang diminati
  • Daya memorinya terbilang sangat baik

Penanganan Sindrom Asperger

Sama halnya dengan autisme dan sindrom rett, hingga saat ini juga belum ditemukan teknik untuk menyembuhkan sindrom asperger secara total. Umumnya dokter hanya menyarakan perawatan lewat terapi-terapi tertentu. Misalnya terapi Binaural Beats yang memanfaatkan brainwave dengan tujuan melatih kemampuan sosialisasi si penderita.

Baca juga: penyebab bibir sumbing pada janinTanda-tanda bayi kuninggejala HIV pada anakPenyakit rhesus pada bayi

  1. Gangguan Disintegratif masa kanak-kanak (Childhood Disintegrative Disorder-CDD)

Gangguan ini terjadi pada anak. Dimana pada awalnya anak menunjukkan perilaku normal. Namun setelah usianya mencapai sekitar 3-4 tahun, perilakunya justru tampak abnormal dan lebih kekanakan. Seperti sering mengompol, adanya gangguan interaksi sosial dan gangguan motorik.

Penyebab Gangguan Disintegratif masa kanak-kanak

Adapun yang menjadi penyebab kelainan ini adalah belum diktehui secara pasti. Beberapa ahli medis juga tidak menemukan adanya kerusakan otak organik.

Gejala Gangguan Disintegratif masa kanak-kanak

Terdapat beberapa gejala yang sering terlihat pada penderita gangguan disintegratif, diantaranya yaitu:

  • Hilangnya kemampuan dan keterampilan yang telah diakuasi saat kecil
  • Anak cenderung seirng ngompol dan BAB tak terkendali setelah berusia lebih dari 3 tahun
  • Adanya gerakan tubuh yang diulang-ulang
  • Mundurnya kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi sosial

Penanganan Gangguan Disintegratif masa kanak-kanak

Gangguan Disintegratif masa kanak-kanak tidak bisa disembuhkan secara total hingga saat ini. Namun penderita disarankan menjalani terapi serta perawatan seumur hidup. Terapi tersebut bertujuan untuk melatih kemampuan bersosial di masyarakat.

[accordion multiopen=”true
Informasi terkait gangguan pada bayi” state=”closed

[accordion multiopen=”true
Informasi terkait gangguan kehamilan” state=”closed

Demikianlah penjelasan mengenai gangguan perkembangan pervasif pada anak, disertai jenis-jenisnya, penyebab, gejala dan penanganan. Semoga bermanfaat dan dapat membantu.

fbWhatsappTwitterLinkedIn