Cerebral Palsy Pada Anak – Penyebab, Diagnosa, Pencegahan dan Perawatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Cerebral Palsy merupakan sebuah gangguan pergerakan permanen yang muncul pada awal masa anak-anak. Tanda dan gejalanya sangat bervariasi untuk setiap orang. Umumnya, gejalanya berupa koordinasi yang kurang, otot kaku, otot lemah, dan gemetaran. Penderita juga bermasalah dengan sensasi, penglihatan, pendengaran, menelan, dan berbicara. Seringnya bayi dengan cerebral palsy tidak dapat berguling, duduk, mencakar atau berjalan seperti anak seumurnya. Sebagian dari mereka juga akan mengalami kesulitan dalam berpikir. Gejalanya bisa terlihat pada usia satu tahun, namun gangguan tersebut tidak menjadi lebih buruk karena bertambahnya waktu.

Penderita Cerebral Palsy, 28% mengalami epilepsi, 58% mengalami kesulitan komunikasi, 42% mengalami masalah penglihatan dan 23%-56% mengalami disabilitas. Bayi yang lahir dengan Cerebral Palsy sering memiliki postur yang tak biasa, tubuh mereka terlalu layu atau sangat kaku. Ukuran tubuh yang tak sempurna seperti kepala yang kecil biasanya akan dialami sebagian penderita. Gejala akan muncul atau berubah saat anak menjadi lebih besar. Beberapa kasus Cerebral Palsy pada anak tidak menunjukkan tanda-tanda yang terlihat.

Penyebab

Penyebab dari Cerebral Palsy adalah kerusakan pada saat pengembangan otak. Kerusakan tersebut dapat terjadi selama proses kehamilan, melahirkan, bulan pertama usia bayi dan sebagian kecil pada masa balita. Masalah struktur otak terlihat pada 80% kasus. Lebih dari tiga perempat kasus dipercaya merupakan hasil dari permasalahan yang terjadi pada saat kehamilan.

Sementara untuk beberapa kasus tidak teridentifikasi penyebabnya. Penyebabnya bisa terjadi saat masa bayi dalam kandungan seperti terkena paparan radiasi, infeksi, hypoxia otak, dan lain-lain. Berikut ini penjelasan beberapa penyebab Cerebral Palsy :

1. Kelahiran prematur

Antara 40% sampai 50% anak yang menderita Cerebral Palsy lahir secara prematur. Kebanyakan dari kasus tersebut dipercaya karena permasalahan saat kelahiran, seringnya saat setelah kelahiran. Mereka biasanya lahir dengan berat badan yang sangat rendah. Bagi yang lahir dengan berat badan antara 1 kg dan 1.5 kg, 6% menderita Cerebral Palsy. Bayi yang lahir sebelum 28 minggu (perkembangan janin 7 bulan) sebanyak 11% menderita gangguan ini. Faktor genetik dipercaya berperan penting dalam kelahiran prematur dan Cerebral Palsy secara umum.

2. Bayi dengan faktor risiko

Bayi berisiko Cerebral Palsy jika mereka mengalami masalah saat masih bayi misalnya masalah dengan placenta, lahir cacat, berat badan terlalu rendah, gangguan pernapasan, kelahiran yang membutuhkan bantuan khusus atau caesar darurat, kelahiran asphyxia, gula darah rendah dan infeksi pada bayi.

Pada tahun 2013, tidak jelas berapa besar peran kelahiran asphyxia berpengaruh pada Cerebral Palsy. Namun dipercaya bahwa di beberapa kasus disebabkan oleh kurangnya oksigen pada saat melahirkan. Ini belum juga jelas apakah ukuran plasenta berperan dalam Cerebral Palsy. Pada tahun 2015, banyak kasus Cerebral Palsy yang disebabkan oleh bayi yang mengalami gangguan saat persalinan.

3. Genetis

Sekitar 2% dari semua kasus CP adalah faktor keturunan. Enzym yang berperan dalam masalah ini adalah glutamate decarboxylase-1. Kebanyakan kasus dari keturunan dengan kedua orang tua adalah pembawa gangguan tersebut sehingga anak mereka berisiko untuk menderita gangguan tersebut.

4. Masa bayi

Setelah kelahiran beberapa penyebabnya antara lain racun, luka fisik pada otak, stroke, meningitis, encephalitis dan lain-lain. Menelan benda asing seperti mainan atau makanan beracun dan sejenisnya juga dapat menyebabkan serang anak menderita Cerebral Palsy.

5. Infeksi pada ibu

Infeksi pada ibu menyebabkan anak berisiko terkena CP. Infeksi ini bisa jadi sulit untuk dideteksi, salah satunya adalah infeksi membran janin yang dikenal dengan chorioamnionitis, dapat meningkatkan risiko menderita CP. Ada juga hipotesa yang menyebutkan bahwa CP disebabkan oleh kematian dari saudara kembar identik pada awal kehamilan.

Diagnosa

Diagnosa sejak awal diperlukan untuk melakukan penangganan sejak dini. Diagnosis Cerebral Palsy dilakukan dengan melihat riwayat anak dan pemeriksaan secara fisik. Tes pergerakan yang mengukur pergerakan secara spontan dilakukan untuk melihat apakah ada gangguan. Sekali seseorang didiagnosa menderita Cerebral Palsy, maka tes diagnostik selanjutnya hanyalah pilihan.

Neuroimaging dengan CT atau MRI dijamin saat penyebab dari CP penderita belum berkembang. MRI lebih dipilih daripada CT karena dasar diagnosa dan keamanan. Saat abnormal, studi neuroimaging dapat memberikan waktu dari kerusakan tertentu. CT atau MRI juga mampu untuk menemukan kondisi yang tidak normal seperti hydrocephalus, porencephaly, arteriovenous malformation, subdural hematomas, dan hygromas, dan vermian tumor. Studi neuroimaging juga mengindikasikan tingginya hubungan dengan kondisi tertentu seperti epilepsy dan disabilitas intelektual.

Usia CP didiagnosa cukup penting, tapi ada pertidaksejutuan umur berapa terbaiknya untuk membuat diagnosa. Lebih awal Cerebral Palsy pada ana terdiagnosa, maka akan ada peluang lebih baik untuk memberikan bantuan pada penderita. Namun CP akan bisa sedikit membuat bingung terutama pada saat anak masih berusia 18 bulan ke bawah, bisa jadi itu penyakit lainnya. Bayi mungkin memiliki masalah dengan otot atau kontrol yang dapat dikira sebagai CP. Gangguan metabolisme atau tumor pada sistem syaraf juga dapat tampak seperti CP dan gangguan metabolisme dapat menimbulkan masalah otak yang terlihat seperti CP pada MRI.

Gangguan lain tersebut dapat memburuk seiring berjalannya waktu, berbeda dengan CP yang tidak akan memburuk meskipun mungkin ada perubahan karakter. Pada saat masih bayi kadang sulit untuk membedakan gejala penyakit satu dengan lainnya. spesiali John MC Laughlin merekomendasikan untuk menunggu anak sampai berusia 36 bulan sebelum membuat sebuah diagnosa.

Klasifikasi

Cerebral Palsy diklasifikasikan sebagai tipe ketidakseimbangan motorik dari organ tubuh dan batasan aktifitas pada penderita. Ada tiga jenis utama dari CP yaitu spastic, ataxic, dan athetoid atau dyskinetic. Ada juga campuran dari tipe tersebut yang emnunjukkan kombinasi fitur dengan jenis lainnya. Klasifikasi ini juga merefleksikan area otak yang rusak. Penjelasannya sebagai berikut.

  • Spastic

Spastic cerebral palsy atau cerebral palsy yang spasticity (otot ketat) merupakan jenis yang paling umum dalam kasus cerebral palsy. Sekitar 70% dari kasus CP merupakan jenis spastic. Kerusakan terletak pada syaraf penerima untuk menerima gamma-aminobutyric acid secara benar sehingga bisa menjadi hypertonia pada otot karena kerusakan syaraf tersebut.Dibandingkan dengan tipe lain dari Cerebral Palsy, jenis spastic ini lebih dapat dikontrol oleh orang yang menderita dan pengobatan medis dapat dilakukan melalui orthopedi dan neurological.

Jenis spastic ini dapat menyebabkan gejala seperti arhritis dan tendinitis, terutama pada penderita di usia pertengahan 20 atau awal 30-an. Beberapa terapi dan pengobatan bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit ini misalkan antispasmodic, botulinum toxin, baclofen, atau bahkan neurosurgery.

  • Ataxic

Jenis Ataxic dapat disebabkan oleh kerusakan cerebellum. Ataxia merupakan jenis yang jarang ditemui, ada sekitar 5% sampai 10% dari semua kasus CP. Beberapa individu juga menderita hypotonia dan tremor. Kemampuan motorik seperti menulis, mengetik, atau menggunakan gunting akan terganggu, begitu juga keseimbangan terutama saat berjalan. Biasanya penderita juga mengalami kesulitan pada penglihatan atau pendengaran. Mereka biasanya memiliki gaya berjalan yang kaku dan dysarthria.

  • Athetoid

Athetoid Cerebral Palsy atau Dyskinetic Cerebral Palsy merupakan gabungan antara hypertonia dan hypotonia dengan gerakan involuntary. Orang yang menderita Athetoid CP akan mengalami kesulitan untuk bangkit dengan tegak baik untuk duduk atau berjalan dan sering menunjukkan gerakan-gerakan tertentu. Untuk beberapa orang yang menderita jenis ini, mereka perlu bekerja keras dan konsentrasi untuk membuat tangan mereka fokus pada sesuatu misalnya mengambil sebuah cangkir. Karena permaslaaha yang mereka hadapi, maka mereka tidak dapat memegang obyek terutama obyek yang kecil seperti sikat gigi atau pensil.

Sekitar 10% dari penderita CP merupakan penderita Athetoid. Kerusakan terjadi pada sistem extrapyramidal motor atau pyramidal track dan menuju ganglia basal. Pada bayi yang baru lahir, tingginya bilirubin dalam darah jika tidak diatasi dapat menyebabkan kerusakan otak pada ganglia basal dan akan menimbulkan jenis Cerebral Palsy Athetoid.

  • Campuran

Penderita CP juga bisa menderita beberapa jenis CP secara simultan dengan tingkatan yang bervariasi. Penderita CP campuran merupakan yang paling sulit untuk diatasi karena gejala yang heterogen dan tidak dapat diprediksi.

Pencegahan dan Perawatan

Pada tahun 2014, American College of Obstetricians dan Gynecologists, dan beberapa lembaga lainnya menyebutkan bahwa tidak ada dampak jangka panjang yang bisa diperoleh dalam pencegahan Cerebral Palsy menggunakan Electronic Fetal Monitorng. Risiko pengiriman awal magesium sulfat muncul untuk mengurangi risiko CP.

Manajemen dalam mengatasi penyakit CP berkembang dari memperbaiki masalah fisik individual sampai pada pengobatan untuk memaksimalkan kemandirian penderita dan hubungan mereka dengan komunitas.

Namun belum ada bukti bahwa intervensi dari orang lain pada penderita dapat memberikan dampak yang baik bagi kesehatan dan penyembuhan penyakit mereka. Pengobatan CP merupakan proses yang panjang dengan fokus pada manajemen dari kondisi. Ini mencoba untuk membuat perkembangan kesehatan pada semua level.

Pengobatan dengan bukti yang kuat adalah pengobatan medis yaitu berupa obat-obatan seperti anticonvulsants, botulinum toxin, diazepam, dan bisphosphonates atau berupa terapi. Terapi yang bisa dilakukan antara lain, bimanual training, constraint-induced movement therapy, fitness training. Bisa juga melakukan operasi .

Beragam terapi ada untuk para penderita Cerebral Palsy begitu juga pada perawat dan orang tua mereka. Pengobatan yang dilakukan dapat berupa: terapi fisik; terapi occupational; terapi berbicara, terapi air; obat untuk mengontrol serangan; mengurangi rasa sakit; relaksasi otot kejang; operasi untuk membetulkan anatomi yang tidak normal atau membebaskan otot yang kaku, dan lain-lain. Namun hanya ada beberapa keuntungan dari terapi tersebut. Pengobatan biasanya fokus untuk membantu orang mengembangkan kemampuan motorik mereka dan membuat mereka belajar untuk mengkompensasi kekurangan mereka.

Terapi-Terapi untuk Cerebral Palsy

Beberapa terapi yang dilakukan untuk perawatan bagi penderita Cerebral Palsy antara lain:

  • Fisioterapi : merupakan program yang didesain untuk mendorong pasien membangun dasar yang kuat untuk memperbaiki gaya berjalan dan pergerakan volitional bersama dengan program peregangan. Banyak ahli yang percaya bahwa fisioterapi jangka panjang merupakan yang diperlukan untuk otot, struktur tulang, dan mencegah tulang sendi berada di lokasi yang salah.
  • Terapi bicara : membantu mengendalikan otot mulut dan dagu dan membantu memperbaiki komunikasi. CP dapat berefek pada bagaimana seseorang menggerakkan tangan dan kaki mereka, ini dapat juga berpengaruh pada bagaimana mereka menggerakkan mulut, wajah, dan kepala. Bahkan ini juga dapat menyulitkan seseorang untuk bernapas, berbicara dengan benar, dan menggigit atau menelan makanan. Terapi bicara sering dimulai sebelum anak memulai sekolah dan berlanjut pada usia sekolah.
  • Conductive Education (CE) : terapi ini dikembangkan di Hungaria pada 194 didasarkan oleh hasil kerja Andras Peto. Ini merupakan sistem terpadu untuk rehabilitasi pasien dengan gangguan neurological termasuk penderita Cerebral Palsy, Parkinson, Sclerosis, dan lain-lain. Cara kerja ditujukan untuk memperbaiki kemampuan bergerak, rasa percaya diri, stamina, dan kemandirian begitu juga keahlian dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan bersosialisasi. Pelatihnya adalah profesional yang menyuluh CE pada orang tua dan anak.
  • Biofeedback : merupakan terapi untuk belajar bagaimana mengendalikan otot mereka yang terdampak CP. Terapi ini cukup dapat memperbaiki gaya berjalan penderita CP.
  • Terapi pijat: ini didesain untuk membantu merelaksasi otot yang tegang dan menjaga sendi tetap fleksibel. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui manfaat terapi ini bagi penderita CP.
  • Ocuupational therapy : membantu orang dewasa dan anak-anak memaksimalkan fungsi mereka dan beradaptasi dengan keterbatasan yang mereka miliki serta hidup mandiri sebisa mungkin. Terapi ini bekerja sama dengan keluarga untuk memberikan perhatian pada anak penderita.

Operasi untuk Cerebral Palsy

Operasi yang dilakukan pada penderita Cerebral Palsy biasanya merupakan satu atau kombinas dari :

  • Melepaskan otot yang ketat atau melepaskan sendi yang kaku. Operasi ini biasanya dilakukan pada bagian pinggang, lutut, urat lutut, dan pergelangan kaki. Pada beberapa kasus, operasi ini digunakan untuk orang-orang yang kaku pada siku, pergelangan tangan, tangan, dan jari tangan. Salah satu contohnya adalah Selective Percutaneous Myofascial Lengthening (SPML).
  • Memasukkan pompa baclofen biasanya dilakukan saat seseorang dewasa muda. Ini ditempatkan pada bgian kiri eprut. Pompa ini terkoneksi dengan spinal cord untuk meningkatkan fleksibilitas otot. Baclofen merupakan sebuah obat relaksasi otot dan sering diberikan melalui mulut pasien.
  • Meluruskan tulang kaki yang tidak normal misalnya femur dan tibia. Masalah ini terjadi karena kompilasi yang disebabkan oleh penyakit CP sehingga tulang kaki menjadi tidak normal atau menyilang. Operasi yang dilakukan disebut dengan derotation osteotomy.
  • Memotong syaraf pada tungkai yang berdampak pada pergerakan dan kejang otot. Prosedur ini disebut dengan rhizotomy.

Selain terapi dan operasi, ada beberapa cara lain yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan cerebral palsy pada anak, misalnya menggunakan bantuan alat orthotic yang diletakkan di lutut dan HBOT atau Hyperbaric oxygen therapy. Bagi orang tua yang yang memiliki anak menderita CP perlu dilakukan perawatan sejak dini, tentu dengan diagnosa yang tepat. Penderita CP dapat hidup mandiri dengan melakukan berbagai pelatihan dan perawatan. Orang tua dan lingkungan sekitar memberikan peran penting dalam membantu penderita Cerebral Palsy untuk hidup dengan keterbatasan yang mereka miliki. Harapan hidup penderita CP memang lebih rendah dari populasi umum namun dapat diperbaiki dengan adanya obat-obatan modern.

Info seputar kesehatan anak lainnya yang perlu diketahui :

fbWhatsappTwitterLinkedIn