Imunisasi DPT : Manfaat – Penggunaan – Efek Samping     

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Imunisasi merupakan sebuah tindakan untuk memasukkan bakteri atau bibit penyakit tertentu yang sudah dikebalkan. Efeknya dalam tubuh bisa membentuk antibodi tertentu sesuai dengan bahan dalam vaksin sehingga bayi atau anak-anak tidak terkena penyakit tertentu sesuai dengan jenis imunisasi. Salah satu jenis imunisasi yang diberikan pada bayi adalah imunisasi DPT. Ini adalah imunisasi yang bertujuan untuk melindungi bayi agar tidak terkena penyakit Difteri, Tetanus dan Pertusis (batuk rejan). DT berarti bisa melindungi bayi dari difteri dan tetanus, sedangkan TT berarti bisa melindungi tubuh dari penyakit tetanus. Pemberian imunisasi dilakukan dengan metode injeksi intramuskular.

Baca:  cara menjaga agar bayi tidak mudah sakit – cara agar balita tidak mudah sakit –  tips agar anak tidak mudah sakit – tips agar anak balita tidak mudah sakit

Kapan imunisasi DPT diberikan?

  1. Bayi mulai menerima imunisasi DPT pada usia 6 minggu, 10 minggu dan 14 minggu. (terdiri dari tiga dosis utama vaksin DPT)
  2. Usia 15 bulan sampai 18 bulan dan usia 5 tahun mendapatkan pengulangan imunisasi DPT.
  3. Dosis Tdap diberikan pada usia 10 tahun dan diulang lagi setiap kelipatan 10 tahun.

Baca: pencegahan infeksi pada bayi baru lahir – imunisasi polio

Macam-macam vaksin DPT

  1. DPwT

Jenis vaksin ini terdiri dari tiga jenis antigen yang yaitu tetanus toxoid, difteri dan adjuvant yang berfungsi untuk membunuh semua sel basil pertusis yang diserap dalam garam alumunium larut. Setiap dosis obat bisa terdiri dari 20 sampai 30 Lf toksoid pertusis dan 5 sampai 25 Lf tetanus toxoid. Vaksin pertusis berfungsi untuk membunuh semua organisme B pertusis. Jenis imunisasi ini sangat baik untuk mengurangi resiko infeksi berat dan penyebab kematian pada bayi. Pemberikan 3 jadwal imunisasi diperlukan untuk bisa memberi ketahanan antara 8 sampai 10 tahun dan selanjutnya bisa diulang.

  1. Dpat

Vaksin ini terditi dari difteri dan tetanus toxoid, terdiri dari dua jenis vaksin yaitu asellular pertusis yang berbahan bakteri tidak aktif. Pertusis menghasilkan sebuah racun penting yang bernama cytotoxin trakea yang bekerja untuk mengatasi kerusakan sel-sel trakea bersilia, toksin pertusis dan adenilat siklase hemolisin. Kemudian semua bahan ini akan bekerja untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang bisa membantu mematikan bakteri utama penyebab infeksi. Vaksin ini dipercaya menghasilkan efek samping yang tidak terlalu berat serta bisa bekerja selama 5 sampai 7 tahun yang bisa diberikan mulai bayi.

  1. Tdap

Tdap merupakan vaksin yang terdiri dari difteri, tetanus dan pertusis asellular. Vaksin ini diberikan pada orang dewasa dengan dosis yang lebih rendah, termasuk juga untuk anak remaja. Vaksin ini juga bisa diberikan sebagai penguatan lanjutan dari jenis vaksin DPT yang sudah diberikan sejak masih bayi.

Informasi persalinan normal dan caesar:

 

Manfaat imunisasi DPT

  1. Melindungi tubuh dari penyakit difteri

Vaksin DTaP mulai diberikan sejak usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Kemudian dilanjutkan pada usia 4 sampai 6 tahun dan diulang lagi 10 tahun setelah imunisasi. Perlindungi vaksin bisa bekerja selama 10 tahun dan penguatan lebih baik untuk mencegah infeksi saat usia dewasa. Penyakit difteri adalah salah satu penyakit misterius di dunia. Penyakit ini akan membuat bakteri berkembang pada bagian tenggorokan dan sangat mudah menular. Pada awal infeksi sering disalahkan sebagai gangguan lain seperti amandel, radang tenggorokan atau sinusitis. Tetap infeksi terjadi lebih lama dan bisa menjadi sangat serius. Perawatan bisa dilakukan dengan antibiotik dan anti toksin namun membutuhkan perawatan yang serius.

Gejala difteri

Baca: gejala hiv pada anak

Komplikasi yang bisa terjadi

  • Penyakit difteri jika tidak dirawat bisa menyebabkan komplikasi seperti miokarditis atau radang jantung dan sering menyebabkan gagal jantung atau penyakit jantung berat. (baca: kelainan jantung pada bayi baru lahir)
  • Bisa terjadi penyakit neuritis atau radang syaraf yang memicu kelumpuhan namun sementara.
  • Bisa memicu penyakit pneumonia pada bayi. (baca: gejala pneumonia pada bayi)
  • Anak-anak yang terkena difteri saat berumur kurang dari 5 tahun memiliki resiko tinggi kematian.
  1. Bisa melindungi tubuh dari penyakit tetanus

Tetanus menjadi penyakit yang paling ditakuti, bahkan termasuk untuk orang tua yang sudah menerima vaksin. Tetanus merupakan sebuah penyakit anaerobik yang bisa muncul akibat tusukan yang dalam, karena sumber infeksi tidak bisa tumbuh jika terkena oksigen. Kemudian racun yang sudah masuk ke dalam tubuh bisa menyebabkan rahang sulit untuk digerakkan dan resiko tinggi kematian jika tidak dilakukan perawatan. Penyakit juga bisa terjadi jika sebuah luka dalam terkena bakteri dari kotoran hewan seperti kuda, sapi, kerbau dan jenis hewan lain. Penyakit ini sebenarnya tidak menular namun jika tidak dirawat maka bisa menyebabkan kondisi yang sangat serius. Potensi penyakit ini juga bisa muncul pada bayi dan ibu yang baru melahirkan jika kondisi ruang dan alat perawatan tidak steril. (baca: imunisasi polio)

Jenis vaksin yang diperlukan

Untuk mencegah penyakit ini maka bisa diberikan imunisasi DT atau dT atau DTaP (jika dengan pertusis). Anak mulai menerima vaksin sejak usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, lalu umur 4 sampai 6 tahun, umur 12 sampai 15 tahun. Kemudian pengulangan diperlukan sebagai penguatan setelah 10 tahun.

Masa inkubasi tetanus

  • Ketika baru saja terluka maka bakteri dari kotoran atau sumber lain yang masuk ke luka membutuhkan waktu selama 3 sampai 21 hari sebelum semua gejala muncul.
  • Masa inkubasi yang lebih pendek bisa menyebabkan penyakit menyerang sistem syaraf tubuh.
  • Jika bakteri tidak mendapatkan oksigen dalam tubuh maka jamur atau spora mulai berkecambah dan bisa menyebar ke semua bagian tubuh. Kondisi ini bisa menyebabkan kejang otot dan otot berkedut yang sulit untuk dikendalikan.

Resiko komplikasi tetanus

  1. Mencegah penyakit pertusis

Penyakit pertusis paling sering terjadi pada bayi dan bisa meningkatkan resiko kematian. Penyakit ini bisa dicegah dengan pemberian vaksin DPT. Pertusis merupakan salah satu penyakit yang menyerang sistem pernafasan, termasuk penyakit yang sangat menular, bisa menyebabkan batuk rejan dan sangat berbahaya untuk bayi. Sebenarnya bayi yang menerima ASI selama tahun pertama memiliki resiko kecil terkena penyakit ini namun jika ibu tidak mendapatkan vaksin DPT yang lengkap maka bayi juga bisa terkena pertusis. Ketika sumber infeksi pertusis sudah melakukan mutasi dalam tubuh maka sistem kerja vaksin sudah tidak efektif.

Informasi batuk bayi:

Vaksin yang dibutuhkan:

Jenis imunisasi DPT yang diperlukan  untuk mencegah pertusis termasuk seperti DTap dan DTP. Setiap anak akan menerima 5 kali dosis sesuai dengan jadwal yang tepat. pemberian sesuai jadwal bisa membuat sistem kekebalan tubuh lebih baik.

Gejala pertusis

  • Penyakit akan menyerang sistem pernafasan yang bisa menyebabkan batuk dan pilek.
  • Penyakit berkembang menjadi batuk parah selama beberapa minggu. Batuk terdengar sangat keras.
  • Anak-anak akan lebih sering muntah, menangis dan juga kehilangan kesadaran.
  • Anak-anak dibawah satu tahun bisa mengalami batuk yang sangat parah dan bisa berakibat fatal.

Komplikasi pertusis

Efek Samping imunisasi PDT

  1. Kelelahan

Bayi atau anak-anak dan bahkan orang dewasa yang baru saja menerima beberapa jenis vaksin DPT biasanya akan merasa sangat lelah. Ini termasuk efek samping yang ringan dan sangat umum. Tubuh memberikan reaksi terhadap obat yang masuk ke dalam tubuh dan ini terlihat sangat melelahkan. Untuk mengatasinya maka Anda bisa membuat bayi atau anak tidur dan beristirahat dengan cukup. (baca: bahaya imunisasi pada bayi)

  1. Demam

Demam merupakan salah satu jenis efek samping yang sangat biasa setelah mendapatkan imunisasi DPT. Demam bisa membuat bayi tidak nyaman dan sulit untuk diasuh. Namun efek samping ini tidak selalu muncul. Jika demam mencapai suhu lebih dari 40 derajat maka orang tua harus berjaga-jaga. Kemungkinan  bayi atau anak-anak bisa terkena kejang demam sehingga bisa meningkatkan resiko komplikasi pada sistem syaraf dan otak. Untuk mencegah masalah ini maka anak-anak dan bayi bisa menerima paracetamol yang bisa menurunkan demam dan juga mengatasi rasa sakit.

(baca: cara mengatasi demam pada bayi – menjemur bayi saat demam)

  1. Sangat rewel

Anak dan bayi yang baru menerima imunisasi DPT juga akan sangat rewel. Ini termasuk efek samping yang sangat biasa. Tubuh bayi atau anak menjadi tidak nyaman sehingga mereka hanya ingin menangis. Anda bisa memberi perhatian dengan menggendong atau menemani anak bermain. Usahakan anak tidak menangis terlalu kencang karena bisa meningkatkan resiko kejang dan gangguan sistem syaraf.

Baca:  penyebab bayi rewel – Penyebab bayi menangis terus – cara menidurkan bayi dengan cepat

  1. Tidak mau minum ASI

Karena tubuh yang tidak nyaman dan sakit maka bayi yang masih menerima ASI juga sering tidak mau minum ASI. mereka mungkin tidak berminat untuk mendapatkan ASI secara langsung tapi Anda masih bisa memberikan ASI perah. Bujuk bayi agar bisa minum ASI sehingga bayi tidak terkena dehidrasi.

Informasi ASI dan susu formula:

  1. Tidak mau makan

Anak yang sudah mulai makan biasanya juga tidak mau makan seperti biasanya. Kondisi ini bisa membuat anak sangat rewel dan sulit untuk diasuh. Untuk membantu anak bisa makan dengan baik maka Anda bisa membuat makanan kesukaan anak seperti sup atau makanan yang tawar dan tidak terlalu padat. Hindari memberikan makanan instan karena bisa membuat kondisi tubuh anak menjadi lebih lemah.

Baca:  vitamin untuk anak susah makan – cara mengatasi balita susah makan – penyebab anak tidak mau makan 

  1. Bengkak di bekas suntikan

Semua bekas suntikan bisa menyebabkan bekas seperti bengkak dan rasa sakit. Juga daerah sekitar suntikan bisa menjadi lebih merah. Efek ini biasanya berlangsung selama kurang lebih 24 jam sampai 72 jam. Luka atau bekas titik dalam bekas suntikan bisa bertahan selama kurang lebih beberapa hari sampai minggu. Jika terjadi infeksi maka bekas bisa menjadi lebih lembut dan mengeluarkan nanah. Anda bisa memberikan paracetamol untuk meredakan rasa sakit dan juga analgesik untuk mengatasi luka yang menjadi nanah. Jika lebih parah maka segera bawa ke rumah sakit.

  1. Pucat dan terlihat tidak bersemangat

Tubuh anak atau bayi yang baru mendapatkan imunisasi DPT juga akan sangat lemah. Anak menjadi tidak bersemangat dan mereka hanya ingin istirahat saja. Efek ini biasanya tidak berlangsung lama atau hanya selama 48 jam saja. Jika anak tidak mengembangkan efek samping lain maka anak-anak akan lebih cepat sehat. Anda tidak perlu melakukan usaha yang berat dan tetap temani anak atau bayi karena mereka ingin merasa nyaman.

  1. Reaksi alergi parah

Semua bayi, anak-anak dan orang dewasa yang menerima imunisasi DPT bisa memiliki reaksi shock atau reaksi alergi yang parah. Namun kesempatan ini sangat kecil sehingga memang sangat jarang terjadi. Reaksi bisa menyebabkan kejang, koma dan kematian. Terkadang reaksi tidak disertai dengan gejala lain seperti demam atau nyeri atau rewel. Namun bisa terjadi reaksi yang sangat cepat sehingga meningkatkan resiko kematian. Gejala awal yang paling sering terjadi termasuk seperti demam yang sangat tinggi dan sulit untuk bernafas.

Baca: batuk alergi pada anak –  tanda bayi alergi susu sapi

Larangan imunisasi

  1. Imunisasi tidak boleh diberikan jika bayi atau anak-anak sedang menderita sakit, termasuk sakit ringan seperti flu, batuk dan demam.
  2. Jika anak pernah mendapatkan salah satu infeksi DPT dan menerima beberapa efek samping seperti kejang, reaksi alergi yang menyebabkan bengkak, demam tinggi dan menangis berlebihan maka pemberian imunisasi lanjutan harus mendapatkan rekomendasi dari dokter.
  3. Anak atau bayi baru saja mengalami kejang baik itu karena kejang demam, kejang epilepsi dan juga kejang akibat kondisi yang berhubungan dengan masalah otak dan sistem syaraf. (baca: Penyebab step pada bayi – gejala epilepsi pada bayi)

Baca:  bahaya bayi tidak imunisasi – imunisasi BCG pada bayi – vaksin BCG pada bayi

Imunisasi DPT memang bekerja untuk mencegah beberapa penyakit gabungan seperti difteri, tetanus dan pertusis. Tidak memberikan imunisasi DPT bisa meningkatkan resiko anak atau bayi terkena penyakit tersebut. Bagaimana pun imunisasi ini sangat penting sehingga memang harus diberikan sesuai dengan jadwal. Dan jika Anda masih ragu dengan imunisasi DPT maka segera lakukan konsultasi dengan dokter yang merawat anak Anda.

fbWhatsappTwitterLinkedIn