Bayi Lahir Tidak Menangis – Penyebab, Bahaya dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Ketika bayi lahir, hal pertama yang paling ditunggu adalah tangisannya. Tangisan bayi merupakan reaksi pertama sekaligus menandakan bahwa paru-paru bayi  mulai berfungsi. Selain itu, tangisan bayi baru lahir juga merupakan reaksi akibat perubahan kondisi yang dulunya ketika bayi berada di dalam rahim, ia mendapat oksigen dari ibu melalui plasenta dan terhubung dengan tali pusat. Bayi berada dalam kondisi yang hangat akibat diselimuti selaput ketuban beserta cairannya.

Mengapa saat bayi dilahirkan perlu menangis??

Saat proses persalinan selesai, bayi merasakan udara luar yang jauh berbeda dari keadaan rahim ibu. Udara dingin dan cahaya yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan, juga setelah tali pusat terputus mau tak mau bayi harus mendapatkan sendiri oksigen untuk bernapas. Menangis adalah cara yang bayi lakukan untuk mendapatkan oksigen. Saat bayi lahir tidak menangis, memangisnya tidak keras (tidak kuat) atau terlambat, hal ini menunjukkan adanya gangguan pada paru-paru bayi yang tidak bisa berfungsi dengan baik. Hal ini turut memengaruhi organ vital lain seperti otak, jantung, ginjal, pembuluh darah, dan organ lainnya.

Karena tangisan pertama bayi merupakan sesuatu yang WAJAR dan WAJIB, maka apabila hal itu tidak terjadi, justru menjadi suatu pertanda adanya gawat bayi. Oleh karena itu, petugas kesehatan harus segera mengambil tindakan cepat untuk mengatasi masalah tersebut.

Penyebab

Penyebab bayi lahir tidak menangis ada banyak. Bahkan, bayi yang saat pemeriksaan dalam kondisi baik, bisa saja lahir tidak langsung menangis disebabkan oleh berbagai hal tertentu. Berikut adalah penyebabnya :

1. Sebelum Persalinan

Kondisi ibu sebelum persalinan berpotensi menyebabkan bayi baru lahir tidak bernapas dan tidak menangis. Kondisi tersebut diantaranya adalah:

Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus – Ibu dengan DMG (Diabetes semasa kehamilan) 40% akan melahirkan bayi Makrosomia (bayi besar) merupakan salah satu yang resiko yang menyebabkan terjadinya trauma lahir, fraktur, asfiksia pada bayi baru lahir, dan sindrom gawat napas (RDS).

Ibu memiliki panggul sempit –  Disproportio sefalo pelvik (panggul sempit) terjadi bila ukuran tulang pelvic ibu tidak cukup dan bentuknya tidak tepat untuk memungkinkan melintasnya kepala janin. Pada keadaan ini, dimana kepala belum masuk pintu atas panggul maka pembukaan berlangsung lama dan besar kemungkinan air ketuban pecah sebelum waktunya sehingga, kepala tidak dapat menekan serviks kecuali bayi sangat kuat sehingga terjadi moulage hebat. Kondisi ini bisa menyebabkan adanya tekanan pada janin atau posisi yang tidak normal sehingga membuat janin kesulitan bernafas.

Terjadi perdarahan antepartum (pendarahan semasa sebelum melahirkan) – Perdarahan yang terjadi semasa sebelum melahirkan biasanya disebabkan oleh adanya kelainan plasenta, kelainan insersi tali pusat atau pembuluh darah pada selaput air ketuban dan plasenta yang terlepas dari perlekatannya sebelum bayi lahir (solusio plasenta).

Infeksi pada Ibu – mengalami anemia dan penyakit-penyakit infeksi yang mengakibatkan janin dalam kandungan menderita Retardasi Pertumbuhan dalam Rahim (IUGR)

Warna air ketiban hijauBahaya bayi minum air ketuban hijau kental atau bercampur mekonium mungkin bisa terjadi

Ibu menderita Preeklamsia (keracunan kehamilan) – Hal ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah pembengkakan dan terjadinya proteinuria (adanya protein di dalam urin). Keadaan ini berisiko menyebabkan sindrom gawat napas pada janin, prematuritas, kematian janin intrauterin (IUGR) dan sepsis (infeksi berat).

2. Selama persalinan

Persalinan bayi sungsang, persalinan lama, ibu dengan jalan lahir yang sempit, membuat bayi mengalami kesulitan bernapas dan tidak menangis ketika dilahirkan. Penekanan tali pusat oleh bagian tubuh bayi, bayi kembar, dan tumor di rahim juga dapat mengganggu pernafasaan bayi. Asfiksia juga dapat terjadi jika plasenta atau ari-ari lepas lebih terlebih dulu dan bayi terlilit tali pusat.

3. Setelah persalinan

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen. Kondisi ini juga akan meningkatkan karbondioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. Setelah persalinan, asfiksia kemungkinan disebabkan oleh penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat bius, uremia dan toksomia gravidarum, anemia berat, cacat bawaan atau trauma, serotinus (kehamilan kelebihan bulan), dan kekurangan gizi ibu hamil (malnutrisi) dalam kandungan.

Bahaya

Pada dasarnya penyebab bayi lahir tidak menangis karena gangguan pada sistem pernapasan (yang utama adalah paru-paru). Mengakibatkan terganggunya oksigen dalam tubuh bayi. Hal ini akan memberikan dampak yang seperti lingkaran setan bagi perkembangan bayi kelak, yakni :

1. Edema otak & Perdarahan otak

Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun. Keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak. Kondisi ini juga diperparah jika bahaya bayi jatuh terlentang sudah terjadi.

2. Kejang

Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga, penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran karbondiokasida. Hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif. (Baca juga : bahaya bayi kuning yang bisa menimbulkan kejang).

3. Anuria atau oliguria

Biasanya, bayi baru lahir akan kencing  pada 48 jam pertama setelah lahir. Dalam keadaan normal, setelah lahir produksi urin bayi berkisar 1-3 ml/kg BB/jam. Dikatakan oliguria (produksi urin sedikit) pada bayi baru lahir apabila produksi urin <0,5-1 ml/kg BB/jam. Sedangkan anuria (ketidakmampuan untuk buang air kecil) pada bayi baru lahir pada 24 jam pertama biasanya masih dianggap normal, oleh karena sering bayi telah kencing pada saat setelah lahir.

Penanganan

Penanganan bayi lahir tidak menangis dilakukan setelah bayi lahir dan dibersihkan. Hendaklah bayi  langsung ditutup dengan kain bersih dan kering seluruh tubuh (kecuali telapan tangan, jika bayi memungkinkan dilakukan inisiasi menyusui dini). Lakukan resusitasi (respirasi artifisialis) dengan alat yang dimasukkan ke dalam mulut untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg. Dapat juga dilakukan mouth to mouth respiration, heart massage (masase jantung), atau menekan dan melepaskan dada bayi.

Tindakan awal ini harus dilakukan secara sempurna untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin terjadi. Hal ini penting karena bila bayi mengalami gangguan pernapasan, pasokan oksigen ke jaringan dan organ tubuh lainnya dapat terganggu. Tindakan yang cepat dan tepat dari petugas kesehatan berkontribusi besar dalam menentukan kondisi bayi.

Oleh karena itu, pilihlah tempat persalinan yang memiliki fasilitas kesehatan memadai, petugas kesehatan yang baik, dan rutin memeriksakan diri selama proses kehamilan berlangsung.

fbWhatsappTwitterLinkedIn