8 Penanganan Fimosis Pada Bayi Laki-Laki

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Bunda pernah mendengan tentang fimosis? Menurut medis, fimosis merupakan gangguan alat kelamin pada laki-laki, dimana terjadi perlekatan antara kulup (preputium) dengan kepala penis (glans). Sehingga mengakibatkan lubang penis menjadi tertutup dan si penderita pun akan kesulitan untuk buang air kecil. Sebenarnya fimosis bukanlah hal yang berbahaya. Umumnya setiap bayi laki-laki yang dilahirkan terindikasi menderita fimosis. Namun kondisi tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Umumnya saat usia anak 5-6 tahun, posisi kulup akan normal kembali dan terlepas dari kepala penis.

Meski demikian, dalam beberapa kasus, terdapat anak yang mengidap fimosis hingga usianya lebih dari 10 tahun. Kondisi ini tentu harus diperhatikan. Sebab fimosis yang berkepanjangan dapat memicu beragam risiko, seperti munculnya rasa nyeri, sulit berhubungan seksual (untuk pria dewasa), iritasi, rasa sakit saat buang air kecil dan meningkatkan risiko terjadinya iritasi (seperti balanitis). Maka itu, kelainan fimosis haruslah diatasi sejak dini.

Baca juga: fimosisciri ciri pria mandulpenyebab kemandulan pada wanitamakanan kesuburan pria

Nah, berikut ini beberapa cara penanganan fimosis pada bayi yang wajib Bunda ketahui!

  1. Pastikan Memiliki Merk Diapers Berkualitas

Tahu gak, bun? Salah satu faktor yang menjadikan kondisi fimosis semakin parah adalah iritasi pada area kelamin. Biasanya bayi rentan mengalami ruam kemerahan di area kelamin dikarenakan penggunaan popok diapers yang kurang tepat. Pada dasarnya, diapers memang bermanfaat bagi bayi. Popok sekali pakai tersebut dapat menyerap urine lebih cepat. Selain itu, diapers juga praktis cocok digunakan saat berpergian.

Namun begitu, pemilihan diapers yang tidak berkualitas justru membuat bayi merasa tidak nyaman. Terlebih lagi jika bayi memiliki tipe kulit sensitif. Penggunana diapers meningkatkan risiko gangguan kulit bahkan berefek pada fimosis. Oleh sebab itu, pastikan Bunda membeli merk diapers yang bagus, daya serapnya tinggi, bahannya adem dan lembut dan tidak menggunakan bahan kimia. Tak masalah walau harganya sedikit mahal, yang terpenting utamakan kesehatan buah hati. (baca: cara mengatasi anak ngompol 9 tahunMengatasi anak ngompol waktu tidurTips agar anak tidak ngompolCara mengatasi anak ngompol)

  1. Jangan Terlalu Sering Menggunakan Diapers

Pemakaian diapers terlalu lama atau bahkan seharian dapat memicu infeksi pada kulit kelamin bayi. Kebiasaan tersebut juga meningkatkan risiko terjadinya fimosis. Untuk memastikan bayi terkena fimosis atau tidak, Bunda bisa mengeceknya dengan cara menarik pelan kulup dari kelapa penis (glans). Apabila tindakan tersebut tidak membuah hasil, dan kulup kembali menempel pada glans maka kemungkinan bayi Anda memang positif mengidap fimosis.

Untuk pengguanaan diapers sendiri, sebaiknya hanya dikenakan saat bayi tidur dan berpergian. Hal ini bertujuan untuk mengindari kondisi lembab di area kelamin. Apabila diapers dipakai secara terus-menerus dan jarang diganti, maka ini bisa memicu kelembaban dan infeksi jamur. (baca: mengajarkan anak toilet traning)

  1. Lebih Baik Menggunakan Popok Kain (Clodi)

Di zaman sekarang ini, popok kain (Clodi) nampaknya sudah jarang digunakan. Pasalnya popok kain memang terbilang agak ribet jika dibandingkan dengan popok sekali pakai (diapers). Meskipun begitu, faktanya popok kain lebih aman untu buah hati loh! Selain bebas bahan kimia, popok kain juga ramah lingkungan, hemat, dan adem saat digunakan. Namun ibu juga harus siap siaga untuk segera menggantinya saat anak BAK (buang air kecil) atau BAB (buang air besar). Sebab popok kain tidak memiliki kemampuan daya serap. Jika ibu telat membersihkan kotoran di popok, risikonya bakteri jadi mudah berkembang biak dan menjangkiti kulit kelamin bayi. Bahkan memperparah kondisi fimosis. (baca: Cara Mengatasi Bayi Jarang Pipistanda tanda bayi dehidrasi)

  1. Menjaga Kebersihan Area Kelamin Bayi

Penanganan fimosis juga dilakukan dengan cara menjaga kebersihan area kelamin bayi. Bunda perlu mengecek kondisi popok sesering mungkin. Apabila anak mulai rewel dan menangis, coba lihat apakah ia kencing atau pup di celana. Jika iya, maka segeralah mengganti popoknya. Selain itu, hal lain yang perlu diperhatikan adalah jangan memasang popok terlalu rapat atau ketat, ini bisa menutup sirkulasi udara sehingga memicu perkembangan bakteri atau jamur. Minimalisir juga penggunaan tissue basah. Sebab kebanyakan produk tissue basah mengandung zat pewangi yang dapat menimbulkan iritasi.

Untuk membesihkan kelamin bayi sebaiknya ibu menggunakan kasa. Usap kotoran atau urine hingga bersih. Lalu bilas dengan air hangat untuk strerilisasi. Ingat, bersihkan secara menyeluruh ya, Bun. Dari area penis hingga selakangan. Lalu saat membasuh dengan kasa, gerakan jangan dibolak-balik. Cukup searah saja, dari atas ke bawah. Terakhir, keringkan dengan washlap hingga benar-benar kering sebelum dikenakan popok.

Baca juga:  obat sembelit anakbayi tidak BAB seminggupenyebab bayi susah BABpenyebab bayi BAB keras dan berdarah

  1. Sirkumsisi (Sunat)

Sirkumsisi atau lebih umum dikenal sebagai sunat adalah salah satu metode yang paling sering dianjurkan untuk mengatasi kelainan fimosis. Tindakan ini dilakukan dengan cara memotong kulup yang menutupi kepala penis, sehingga saluran kencing bisa terbuka kembali. Teknik sirkumsisi tidak boleh dilakukan oleh sembarangan orang. Melainkan harus tenaga profesional seperti dokter untuk menjamin keamanannya.

Metode sirkumsisi bisa saja disarankan oleh dokter untuk dilakukan di umur dini jika dinilai kondisi anak tampak parah. Misalnya saja anak kesulita buang air kecil, penis menjadi kemerahan atau mungkin meradang. Maka dokter akan menganjurkan pemotongan untuk mengindari risiko infeksi berkelanjutan. Jika memang demikian Bunda tak perlu khawatir. Tidak masalah kok sirkumsisi dilakukan di usia dini. Justru menurut ilmu medis, sirkumsisi memiliki banyak manfaat. Diantaranya mencegah risiko infeksi saluran kemih, menjaga area genital lebih bersih, mengurangi risiko penyakit menular seksual (misalnya HIV) dan kanker penis. (baca: gejala HIV pada anakciri kehamilan bermasalah – gejala torch pada ibu hamil)

  1. Preputioplasty

Selain sunat, terdapat metode lain untuk mengatasi kelainan fimosis pada bayi. Yaitu dengan teknik preputioplasty. Teknik ini tidak dilakukan dengan cara pemotongan. Melainkan hanya memperlebar bagian kulit preputilium (kulup) yang menempel di kepala penis. Sehingga nantinya keduanya bisa terpisah.

Metode ini bisa menjadi pilihan tatkala si kecil tetap mengalami fimosis hingga usianya memasuki 4 tahun. Konsultasikan dengan dokter, umumnya dokter akan menyarankan teknik ini sebagai tahap awal membantu penyembuhannya. Namun demikian, metode ini tidak seefektif sirkumsisi. Teknik preputioplasty memicu efek samping rasa nyeri. Selain itu, juga tak ada jaminan kelainan ini bisa hilang betul. Ada kemungkinan fimosis akan kambuh kembali.

Baca juga: penyakit mata pada bayi – penyebab mata juling pada bayi– Penyebab Anak AutisTanda-tanda bayi kuning

  1. Terapi Peregangan

Melakukan terapi peregangan juga dipercaya dapat membantu menangani kelainan fimosis. Sebelum melakukan perengangan, si kecil disarankan untuk melakukan mandi air hangat terlebih dahulu. Setelah itu, Bunda jangan lupa mencuci tangan hingga bersih.

Perengangan ini dilakukan dengan cara menarik kulit preputilium  (kulup ) yang menempel di glans (kepala penis). Tariklah secara perlahan dan dengan berhati-hati hingga kulup menjauhi glans. Ingat, jangan memaksakan jika memang kulup tetap menempel. Bunda harus bersabar. Tindakan retraksi yang berlebihan dapat memicu luka, menimbulkan rasa sakit bahkan mungkin kerusakan organ penis. Ada baiknya jika Bunda bertanya atau meminta saran kepada dokter yang berpengalaman, sehingga nantinya Bunda bisa memperoleh prosedur teknik perengangan yang benar.

Baca juga:  cara menjaga agar bayi tidak mudah sakit– cara agar balita tidak mudah sakittips agar anak tidak mudah sakittips agar anak balita tidak mudah sakit

  1. Pemberian Obat-Obatan

Metode terakhir jika memang semua tak berhasil, maka dokter akan memberikan jenis obat-obatan tertentu bergantung penyebabnya. Umumnya adalah salep atau krim steroid topikal. Salep tersebut mengandung zat kortikosteroid yang dapat membantu meningkatkan elastisitas kulup, sehingga lebih mudah direngangkan. Selain itu, jika fimosis pada bayi disebabkan infeksi bakteri maka dokter akan menambahkan resep obat antibiotik. Sedangkan untuk fimosis yang dikarenakan infeksi jamur umumnya penderita diberikan salep anti jamur.

Baca juga:

Kapan Fimosis Dikatakan Patologis dan Harus Diperiksakan Ke Dokter?

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa bayi laki-laki yang baru dilahirkan umumnya posisi kulupnya berlekatan dengan kepala penis. Kondisi ini wajar dan dapat kembali normal seiring bertambahnya usia. Tapi jika perlekatan tersebut tetap berlanjut hingga usia bayi sampai 3-4 tahun. Di saat itulah, Bunda harus waspada. Terdapat beberapa ciri-ciri khusus bayi yang mederita fimosis patologis. Diantaranya yaitu:

  • Kulit kulup susah dilepaskan dari kepala penis. Walau Bunda merenganggkannya tapi tetap saja gagal karena terlalu ketat.
  • Penis tampak menggelembung. Hal ini dikarenakan saluran kencing sempit, sehingga urine akan menumpuk di ujung penis. Biasanya setelah bayi berkemih maka penis akan mengempes kembali
  • Adanya iritasi dan ruam-ruam kemerahan di sekitar penis
  • Frekuensi buang air kecil tidak lancar dan volumenya sedikit
  • Bayi menangis setiap kali buang air kecil, hal ini bisa saja dikarenakan urine susah dikeluarkan
  • Bayi tampak lebih rewel
  • Kadang-kadang bayi juga mengalami demam

Baca juga: Tanda anak kurang gizi yang harus diperhatikanMenu sehat untuk anak kurang giziMakanan yang Baik Untuk Otak janin dalam kandungan

Apabila Bunda menemukan gejala-gejala diatas, maka segeralah memeriksakan bayi ke dokter. Jangan sepelekan fimosis sebab kondisi tersebut dapat berdampak lebih parah jika tidak ditangani. Demikianlah penjelasan menganai penanganan fimosis pada bayi. Semoga bermanfaat ya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn