Penyakit Rhesus pada Bayi : Penyebab – Gejala – Resiko dan Perawatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apakah Anda pernah mendengar tentang penyakit rhesus? Ini adalah sebuah penyakit yang terjadi pada bayi dimana antibodi pada ibu hamil justru menghancurkan sel darah pada bayi. Akibatnya maka rhesus golongan darah pada ibu dan bayi akan berbeda. Ini bisa menjadi sebuah penyakit hemolitik khusus pada janin dan bayi yang baru lahir. Penyakit rhesus memang tidak menyebabkan kondisi ibu berbahaya, tapi bayi yang mengalaminya bisa terkena penyakit anemia saat baru lahir dan resiko penyakit kuning. Kemungkinan faktor penyakit ini juga bisa menyebabkan masalah serius hingga kematian pada bayi jika tidak segera mendapatkan pertolongan. (baca juga: tes darah saat hamil – manfaat pemeriksaan VDRL pada ibu hamil)

Penyebab penyakit rhesus pada bayi

  1. Tidak ada protein faktor RH pada bayi. Setiap orang memang memiliki golongan darah yang berbeda yaitu O, A, B dan AB. Kemudian juga ada faktor RH yang berupa positif atau negatif. Setiap tipe dan faktor Rh yang berbeda. Golongan darah akan ditemukan dalam bentuk protein dalam sel darah merah dan semua cairan tubuh. Kemudian faktor Rh merupakan protein yang ada pada selubung sel darah merah. Jika protein Rh ada dalam sel darah merah maka orang tersebut memiliki Rh positif, jika tidak ada maka Rh negatif.
  2. Pengaruh genetik. Faktor Rh sebenarnya terjadi secara genetik dan tidak bisa dilawan oleh apapun. Bayi yang dilahirkan bisa dipengaruhi dari salah satu golongan darah dan Rh dari satu orang tua atau kombinasi dari kedua orang tua. Kemudian faktor Rh selalu bergantung pada riwayat atau warisan genetik. Ketika gen positif lebih kuat maka akan mengambil alih gen faktor negatif. Dan begitu juga sebaliknya. (baca: penyebab kelainan kongenital non genetik)
  3. Ketika ibu memiliki faktor Rhesus negatif dan bayi yang ada dalam kandungan memiliki Rhesus positif. Hal ini bisa membuat Rhesus ibu mengalahkan rhesus pada bayi dalam kandungan.
  4. Ketika ibu hamil memiliki Rhesus negatif dan terpapar oleh Rhesus positif maka bayi akan dilahirkan dengan rhesus positif. Ini terjadi ketika respon darah positif bisa membuat produksi antiboti yang kemudian bisa mengenal sel darah asing dan mencoba untuk menghancurkannya.
  5. Ketika ibu memiliki rhesus positif kemudian tubuhnya berhasil memproduksi antibodi. Kemudian bayi yang memiliki rhesus positif maka bagian antibodi bisa melewati plasenta dan menyebabkan penyakit rhesus pada bayin yang belum lahir. Akibatnya antibodi akan terus menyerang sel darah merah pada bayi dan bahkan hingga selama beberapa bulan setelah dilahirkan.

Informasi tanda kehamilan:

Gejala penyakit rhesus pada bayi

Ibu yang hamil dengan bayi yang menderita penyakit rhesus sama sekali tidak menunjukkan gejala apapun. Tapi bayi dalam kandungan bisa memiliki beberapa gejala yang terlihat dalam perawatan antenatal care :

  1. Cairan amnion berubah menjadi kuning. Dalam pemeriksaan maka cairan amnion yang dimiliki oleh ibu bisa berubah menjadi kuning. Hal ini terjadi karena cairan amnion mengandung kadar bilirubin yang dikeluarkan oleh janin.
  2. Ketika dokter melakukan USG maka organ bayi seperti hati, limpa dan jantung terlihat lebih besar. Kemudian bagian perut bayi bisa menjadi lebih besar karena organ dalam bayi yang mengalami pembengkakan.
  3. Pada bayi yang baru lahir maka bayi bisa terkena anemia yang sangat parah. Anemia terjadi ketika sel darah merah dalam tubuh bayi tidak terpenuhi. Bayi bisa lahir dengan kondisi yang sangat pucat, tidak menangis, kulit kebiruan dan sangat lemah. Jika bayi sudah mengalami ini maka bayi harus mendapatkan perawatan secara intensif. (baca: penyebab bayi anemia – bayi lahir tidak menangis)
  4. Bayi bisa dilahirkan dengan kondisi penyakit kuning. Penyakit kuning akan menyebabkan semua bagian kulit, mata dan selaput lendir bayi juga berubah menjadi kuning. (baca: Penyakit kuning pada bayi – Tanda tanda bayi kuning – cara mengatasi bayi kuning)
  5. Ketika bayi mengalami anemia yang sangat buruk maka bisa menyebabkan hati dan limpa bayi menjadi lebih besar. Ini tidak hanya terjadi pada bayi dalam kandungan tapi juga bayi yang sudah dilahirkan. (baca: Perkembangan organ tubuh bayi setelah lahir
  6. Terjadi hidrop fetalis. Kondisi ini bisa menyebabkan organ janin tidak sempurna atau tidak berfungsi sempurna karena anemia sejak dalam kandungan. Jantung bayi bisa mengalami kegagalan fungsi dan akibatnya maka cairan terbentuk pada jaringan dan organ janin yang lain. Bayi yang lahir dengan kondisi ini biasanya akan meninggal setelah dilahirkan.
  7. Bayi bisa mengalami ikterus. Hal ini terjadi ketika organ mengeluarkan banyak bilirubin yang membuat kerusakan sel darah merah. (baca: ikterus neonatorum)
  8. Ketika tingkat bilirubin dalam tubuh bayi sangat tinggi maka bisa menyebabkan bayi terkena kernicterus. Hal ini bisa menyebabkan bayi terkena kejang, tuli, kerusakan otak dan juga resiko kematian yang tinggi. (baca: pertolongan pertama bayi kejang )
  9. Bayi bisa terkena anemia hemolitik. Anemia hemolitik terjadi ketika sel darah merah dalam tubuh bayi mengalami kehancuran. Ketika antibodi yang diproduksi oleh ibu melewati plasenta dalam tubuh bayi maka antibodi akan menghancurkan sel darah merah bayi. Kemudian bayi lahir dengan kulit pucat, asfiksia, gangguan pernafasan, sakit kuning dan tidak bisa minum ASI. (Baca:penyebab asfiksia pada bayi baru lahir penanganan bayi asfiksia)

Resiko komplikasi penyakit rhesus

  1. Jika terjadi pada bayi yang belum lahir maka bisa meningkatkan gagal fungsi jantung pada janin sehingga juga bisa memicu kematian. (baca: kelainan jantung pada bayi baru lahir)
  2. Ketika terjadi pada janin maka bisa menyebabkan retensi cairan dan pembengkakan pada janin. Hal ini bisa menyebabkan bayi lahir meninggal atau janin yang meninggal dalam kandungan.
  3. Kelahiran dengan kematian bisa terjadi pada janin yang mengalami penyakit rhesus. Hal ini terjadi ketika ada proses transfusi darah intrauterine. Hal ini bisa terjadi karena anemia pada janin sangat buruk kemudian bisa memicu keguguran atau kelahiran bayi tapi meninggal setelahnya.
  4. Bayi yang dilahirkan bisa mengalami penyakit kuning. Hal ini terjadi ketika zat bilirubin yang dihasilkan oleh bayi sangat tinggi. Jika tidak segera diobati maka bisa menyebabkan paparan pada otak yang bisa memicu kerusakan neurologis pada bayi atau juga disebut dengan kernicterus. Hal ini bisa menyebabkan beberapa komplikasi seperti tuli, buta, kerusakan pada otak, kesulitan untuk belajar, masalah perkembangan anak dan juga resiko kematian.
  5. Ketika bayi mendapatkan transfusi darah untuk mengobati anemia yang parah maka bayi juga bisa terkena kontaminasi. Darah yang digunakan tidak sesuai dengan bayi sehingga bisa menyebabkan reaksi tubuh yang sangat buruk. Bahkan ketika kateter yang digunakan untuk transfusi lepas atau tidak sesuai maka bisa menyebabkan pendarahan berat atau resiko bekuan darah pada tubuh bayi.

Perawatan penyakit rhesus pada bayi

  1. Transfusi darah intrauterine. Ketika bayi dalam kandungan sudah ditemukan menderita penyakit rhesus maka tindakan transfusi darah intrauterine bisa dilakukan. Cara ini dilakukan dengan cara memasukkan jarum kecil melewati rahim ibu dan masuk ke ronggal perut kemudian langsung ke bagian pembuluh darah di bagian tali pusar. Transfusi membutuhkan ketenangan sehingga terkadang bayi juga sudah mendapatkan obat penenang.
  2. Ketika bayi sudah lahir maka dokter bisa memberikan tindakan fototerapi. Tindakan ini juga dilakukan untuk membuang semua bilirubin dalam tubuh bayi sehingga bayi bisa kembali sehat. Bilirubin adalah zat ang bisa merusak sel darah merah dengan cepat pada bayi. (baca: cara mengatasi bayi kuning)
  3. Jika bayi dalam kandungan mengalami kondisi rhesus dan komplikasi yang berat maka bisa dilahirkan lebih cepat seperti dengan proses induksi dan operasi caesar. (baca: induksi pada janin )
  4. Tindakan transfusi darah. Ketika kadar bilirubin dalam tubuh bayi memang sangat tinggi maka bayi bisa menerima transfusi darah. Saat transfusi darah maka darah bayi akan dikeluarkan semua dan diganti dengan darah dari donor. Darah harus sesuai untuk bayi untuk mencegah komplikasi yang berbahaya. Transfusi darah dilakukan dengan canulla intravena. Kemudian proses ini bisa menyebnabkan kadar bilirubin dalam tubuh bayi keluar dan juga antibodi yang memicu penyakit rhesus.
  5. Perawatan dengan imunoglobulin intravena dan fototerapi. Ini adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk memasukkan protein untuk melawan penyebab penyakit rhesus. Kemudian proses ini juga akan membantu mencegah kerusakan sel darah merah yang hancur dalam tubuh bayi, dan bisa mengurangi resiko dari tranfusi darah. Tapi tindakan ini tidak sepenuhnya aman karena beberapa bayi bisa menunjukkan reaksi alergi yang bisa menyebankan kondisi bayi lebih buruk.

Penyakit rhesus pada bayi memang bisa menyebabkan kondisi yang sangat berbahaya untuk bayi. Bahkan juga bisa meningkatkan resiko kematian janin dalam kandungan. Karena itu diagnosis dan pemeriksaan selama kehamilan memang sangat diperlukan agar bisa dicegah.

fbWhatsappTwitterLinkedIn