Polihidramnion : Penyebab – Gejala – Komplikasi dan Perawatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apakah Anda pernah mendengar polihidramnion? Ini adalah istilah yang berhubungan dengan masalah penumpukan cairan yang sangat berlebihan selama kehamilan. Cairan amnion sangat penting untuk bayi karena bisa membantu melindungi bayi dan membuat bayi tetap nyaman selama dalam rahim. Biasanya kondisi ini paling sering terjadi pada pertengahan trimester kedua akibat adanya peningkatkan cairan ketuban yang terjadi terus menerus. Ketika sangat berat maka polihidramnion bisa menyebabkan kondisi ibu hamil tidak nyaman. Ketika ibu sudah meraskan berbagai gejala maka ibu harus segera pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. (baca: hidramnion pada kehamilan – akibat kelebihan air ketuban)

Penyebab polihidramnion

  1. Cacat janin. Bayi yang terkena cacat janin dalam kandungan seperti pada bagian pencernaan dan syaraf bayi maka bisa menyebabkan polihidramnion. Kondisi ini terjadi ketika saluran pencernaan dan sistem syaraf bayi tidak bekerja dengan baik. (baca: penyebab janin cacat sejak dalam kandungan – penyebab kelainan kongenital non genetik)
  2. Bayi menderita beberapa kelainan janin. Misalnya seperti hidrocefalus, anencephaly, atresia esofagus, kelainan ginjal pada janin, atresia duodenum, fistula trakeosofagus, spina bifida, hernia diagfragma. Kelainan yang bisa menyebabkan bayi menelan amnion bisa menyebabkan penumpukan amnion. (baca: hidrocefalus pada bayi – akibat kekurangan asam folat pada ibu hamil
  3. Janin menderita anemia. Ketika janin tidak mendapatkan sel darah merah yang cukup maka janin bisa terkena anemia. Anemia bisa memicu amnion yang berlebihan. (baca:penyebab bayi anemia )
  4. Janin menderita kelainan kromosom. Ketika janin terkena sindrom down atau sindrom Edwards maka bisa menyebabkan amnion yang berlebihan selama kehamilan. (baca: penyebab down syndrome –  penyebab bayi anencephaly)
  5. Ukuran janin yang terlalu besar. Pertumbuhan janin yang terlalu besar bisa menyebabkan amnion berlebihan. Cairan ini memang diserap dan keluarkan oleh janin dalam bentuk urin. Jika janin menghasilkan cairan yang berlebihan maka cairan amnion juga bisa menjadi lebih banyak. (baca:Bayi Besar Dalam Kandungan)
  6. Transfusi dari bayi ke bayi. Kondisi kembar identik yang tidak normal bisa memicu terjadinya cairan ketuban yang berlebihan. Hal ini terjadi ketika satu bayi menghasilkan banyak cairan ketuban dan bayi yang lain tidak. Namun jumlah cairan semuanya memang sangat tinggi.
  7. Ini adalah sebuah kelainan yang menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah yang tidak normal pada plasenta. Akibatnya maka cairan ketuban bisa menjadi sangat besar.  (baca: plasenta letak rendah –  janin terlilit tali pusat)
  8. Infeksi pada ibu hamil. Beberapa jenis infeksi bisa menyebabkan polihidramnion seperti infeksi toksoplasma, parvovirus, herpes simplek, cytomegalovirus, dan rubella. Selain bisa menyebabkan polihidramnion maka kondisi ini juga bisa menyebabkan kelainan dan masalah pertumbuhan janin. (baca: gejala rubella pada ibu hamil – Bahaya Campak Bagi Ibu Hamil)
  9. Ibu menderita diabetes gestational. Ketika ibu memiliki kadar gula darah yang sangat tinggi maka bisa menyebabkan bayi mengeluarkan urin dalam jumlah besar. Hal inilah yang bisa menyebabkan volume cairan amnion menjadi lebih tinggi. (baca:  tanda tanda diabetes pada ibu hamil)
  10. Penyakit rhesus pada bayi. Penyakit rhesus yang bisa menyebabkan antibodi ibu melewati plasenta kemudian bisa memicu anemia pada tubuh janin. Hal ini sering menjadi penyebab polihidramnion.
  11. Adanya gangguan kehamilan seperti penyakit tekanan darah tinggi dan preeklampsia. Dua kondisi ini bisa menyebabkan cairan amnion sangat tinggi selama hamil dan juga berbahaya untuk janin. (baca:  gejala preeklampsia pada ibu hamil)

Informasi bayi kembar:

Gejala polihidramnion

Semua gejala polihidramnion bisa terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan dalam rahim dan organ di sekitarnya. Berikut gejala polihidramnion yang sering terjadi.

  1. Ibu mengalami kesulitan untuk bernafas atau sering sesak nafas. Dalam kondisi duduk atau tidur maka bernafas akan sangat sulit untuk ibu. Ketika dalam posisi tegak maka ibu baru bisa bernafas dengan baik. (Baca Juga: Dada Sesak Saat Hamil , Cara Mengatasi Sesak Nafas Saat Hamil)
  2. Ibu mengalami pembengkakan pada bagian dinding perut dan vulva. Pembengkakan terjadi karena cairan amnion dalam rahim yang juga bisa menyebabkan tekanan pada pembuluh darah di sekitarnya. Bahkan ibu juga bisa mengalami pembengkakan pada bagian kaki. (Baca: kaki bengkak saat hamil – bahaya kaki bengkak saat hamil – kaki bengkak setelah melahirkan
  3. Produksi urin menurun. Ketika semua bagian rahim membesar karena adanya cairan amnion yang sangat tinggi maka bagian kandung kemih juga bisa bermasalah. Ibu akan sulit untuk buang air kecil dan akibatnya menjadi tidak nyaman. Hal ini juga bisa mempengaruhi detak jantung bayi yang melemah. ( Baca:   kelainan jantung pada bayi baru – penyakit jantung bawaan)
  4. Kenaikan berat badan drastis. Ketika cairan amnion terus bertambah maka bisa menyebabkan berat badan ibu hamil juga akan naik. Hal ini juga bisa dideteksi dengan detak jantung yang semakin melemah, cairan ketuban yang lebih banyak dan bisa membuat ibu hamil tidak nyaman. (baca: bahaya obesitas bagi ibu hamil)
  5. Ibu bisa mengalami gangguan pencernaan yang tidak menyenangkan seperti gangguan pencernaan, mulas, sembelit, sakit perut berlebihan dan terkadang juga seperti kontraksi palsu. (baca:  ambeien saat hamil atau wasir saat hamil)
  6. Varises dan stretch mark. Selama ibu mengalami polihidramnion maka bagian pembuluh darah akan mengalami masalah. Banyak katup pembuluh darah yang tidak bekerja dengan baik sehingga menyebabkan dinding vena menjadi lebih lemah. Kondisi ini bisa menyebabkan akumulasi darah pada bagian tertentu termasuk memicu varises dan stretch mark. (baca: varises pada ibu hamil )

Komplikasi akibat polihidramnion

  1. Kelahiran prematur. Ketika ibu hamil dengan kondisi polihidramnion maka ibu bisa mengalami persalinan bayi prematur. Ini berarti bahwa bayi lahir lebih awal dan belum sesuai dengan umur kehamilan. Bayi bisa terkena beberapa gangguan komplikasi termasuk masalah jantung, asfiksia, hipoglikemia pada bayi dan gangguan pernafasan akibat paru-paru yang belum sempurna. (Baca:penyebab asfiksia pada bayi baru lahir penanganan bayi asfiksia)
  2. Ketuban pecah dini. Polihidramnion juga akan sering memicu ketuban pecah dini dimana ini terjadi karena robeknya kantung amnion sebelum persalinan.
  3. Janin yang ada dalam kandungan ibu bisa mengalami pertumbuhan yang berlebihan. Dampaknya maka bayi bisa besar dalam kandungan dan menyebabkan resiko komplikasi selama persalinan atau persalinan caesar.
  4. Abrasi plasenta. Hal ini terjadi ketika sebagian atau semua bagian plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum bayi dilahirkan. Hal ini bisa memicu plasenta lepas dari dinding rahim dan kemudian bisa menyebabkan komplikasi pada bayi.
  5. Tali pusat turun dibawah bayi. Kemudian kondisi lain yang berbahaya adalah ketika tali pusat turun sampai ke bawah bayi atau tepat diatas vagina ibu. Kelainan ini bisa menyulitkan persalinan normal, resiko pendarahan saat persalinan dan persalinan harus dilakukan secara caesar.
  6. Ibu bisa mengalami pendarahan setelah melahirkan karena tidak ada otot rahim setelah melahirkan. Kondisi ini bisa sangat berbahaya untuk ibu dan bayi karena bayi juga bisa mengalami kematian dalam kandungan dan kematian setelah dilahirkan. (baca: penyebab pendarahan saat hamil)
  7. Posisi janin yang tidak tepat. Kesalahan posisi akibat banyaknya cairan amnion memang paling sering terjadi. Ini bisa menyebabkan kepala bayi melintang atau berada di bagian atas sehingga persalinan harus dilakukan dengan cara caesar.

Informasi bayi sungsang:

Diagnosis polihidramnion

  1. Tindakan USG. Tindakan ini dilakukan untuk melihat gambaran kondisi bayi dalam kandungan dan berapa banyak cairan ketuban yang ada dalam rahim ibu. Ketika dokter sudah melihat ada banyak cairan ketuban maka dokter akan menelusuri jika kemungkinan ada cacat janin yang menjadi pemicunya. (baca: manfaat USG 4 dimensi – bahaya USG kehamilan yang terlalu sering)
  2. Tes amniosentesis. Tes ini dilakukan dengan cara mengambil sampel cairan amnion yang mengandung sel janin dan prosedur dilakukan dengan menembus kulit dan rahim ibu dengan jarum yang sangat tipis.
  3. Tes gula darah. Tes gula darah dilakukan untuk melihat jika kemungkinan ibu juga mengalami polihidramnion karena penyakit diabetes gestational. Untuk melihat kadar gula darah maka pemeriksaan dilakukan setelah dan sebelum makan.
  4. Tes karyotipe. Ini adalah jenis tes untuk melihat adanya kelainan kromosom pada tubuh bayi. Berbagai kelainan kromosom juga bisa memicu adanya polihidramnion. Sel yang diuji dilakukan selama proses pemeriksaan emniosentesis kemudian diperiksa di laboratorium.
  5. Uji reaksi bayi. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat denyut jantung bayi. Selama tes maka ibu harus aktif untuk mengetahui reaksi pada denyut jantung bayi.

Perawatan polihidramnion

  1. Jika ibu mengalami polihidramnion yang sangat rendah atau tidak terlalu parah maka biasanya kondisi ini akan pulih sendiri. Ibu tetap bisa menjalani kehamilan yang sehat sehingga kondisi kesehatan ibu tetap baik hingga waktu persalinan.
  2. Ketika polihidramnion dipicu oleh masalah diabetes maka ibu hamil bisa mendapatkan obat untuk mengontrol gula darah termasuk suntikan insulin. Kemudian ibu bisa menjaga pola makan yang sehat dan membuat tubuh bergerak aktif.
  3. Dokter bisa mengeluarkan cairan amnion dari rahim. Selama pemeriksaan dengan amniosentesis maka dokter akan mengalirkan cairan dari rahim. Terkadang tindakan ini harus diulang terus menerus dan bisa menyebabkan kondisi kehamilan ibu tidak nyaman. Perawatan ini juga bisa menyebabkan persalinan prematur, abrupsio plasenta dan pecah ketuban dini.
  4. Dokter juga bisa memberikan obat seperti obat oral indocin yang bisa membantu mengurangi produksi urin pada janin dan mengendalikan volume cairan keruban. Namun obat ini tidak bisa diberikan pada ibu hamil dengan kehamilan lebih dari 31 minggu. Obat juga bisa menyebabkan beberapa efek samping seperti mual, muntah, sakit perut, dan terkadang maag selama hamil.
  5. Jika polihidramnion memang tidak bisa diatasi lagi maka persalinan dini diperlukan yaitu ketika kehamilan memasuki usia 37 minggu. Kemudian ketika polihidramnion ringan atau sedang maka persalinan bisa dipertahankan hingga usia 39 sampai 40 minggu.

Informasi persalinan normal:

Tips untuk ibu hamil dengan polihidramnion

  1. Ibu bisa mencoba untuk banyak isirahat dan mengatur gerakan tubuh agar tidak menyebabkan komplikasi lain.
  2. Hindari kebiasaan mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar dan lebih baik memilih menu yang sehat untuk tubuh.
  3. Selama hamil maka batasi makanan yang terbuat dari daging dan semua jenis makanan cepat saji. (Baca: Makanan ibu hamil 7 bulan)
  4. Selama tidur maka gunakan bantal yang nyaman untuk menopang perut dan tubuh ibu hamil. (Baca: posisi tidur yang berbahaya bagi ibu hamilbahaya tidur tengkurap bagi ibu hamil mudabahaya tidur pagi bagi ibu hamil )
  5. Hindari mengkonsumsi makanan yang bisa menyebabkan maag seperti makanan pedas dan asin.
  6. Hindari semua kebiasaan yang bisa menyebabkan ibu hamil tidur atau berbaring setelah makan.

Informasi persalinan caesar:

Inilah semua informasi mengenai polihidramnion selama kehamilan. Kondisi ini perlu mendapatkan perawatan dan pengawasan oleh dokter. Karena itu perawatan antenatal care sangat diperlukan untuk memantau kondisi ibu hamil dan janin dalam kandungan.

fbWhatsappTwitterLinkedIn