Apakah Anda mengenal Hipotonia? Mungkin bagi sebagain orang, istilah ini masih asing ditelinga. Akan tetapi, istilah ini cukup penting karena menyangkut masa depan si buah hati. Secara harfiah, hipotonia merupakan suatu kondisi ketika bayi terlihat lemas, lunglai, lembek, tak berdaya, dan sejenisnya.
Penyakit ini lebih banyak menyerang bayi, bayi terutama saat memasuki usia enam bulan. Sebab, pada usia tersebut, perkembangan bayi sedang di puncak-puncaknya. Di dalam artikel ini kita akan bahas apa saja ciri-cir bayi yang terkena hipotonia. Untuk mengetahuinya lebih jelas, berikut ulasannya.
1. Bayi tidak dapat mengontrol kepalanya
Bayi yang terkena hipotonia akan kesusahan ketika mencoba menegakan kepalanya. Cobalah Anda perhatikan ketika memegang kepala bayi. Jika bayi seperti kesulitan menegakan kepalanya, maka bisa jadi karena bayi terkena sindrom hipotonia ini. keadaan tersebut tentunya cukup menyiksa bayi karena kepala akan jatuh ke segala arah ketika mencoba menegakannya seperti ke arah atas, bawah, belakang, dan juga samping.
2. Terasa membawa boneka
Cobalah Anda gendong bayi seperti pada umumnya. Pada bayi yang sehat dan normal, setiap tangan dan kakinya akan naik secara otomatis. Hal itu seolah-olah bayi sudah mengerti cara menggerakan tangan dan kaki ketika akan digendong seseorang.
Hal tersebut akan terasa berbeda jika bayi terkena hipotonia. Ketika Anda menggendongnya, posisi tangan dan kakinya akan jatuh dengan lemas. Sama persis ketika Anda membawa boneka boneka. Bahkan tangan dan kaki bayi seolah-olah tidak dapat digerakan sama sekali. Untuk itu, jika Anda sedang menggendong bayi yang terkena hipotonia harus sangat berhati-hati agar kai dan tangannya tidak sampai terkilir.
3. Tangan dan kakinya menggantung
Sama halnya dengan poin kedua tadi bahwa tangan dan kaki bayi seolah-olah menggantung tidak berdaya. Hal tersebut juga bisa terlihat meskipun bayi tidak digendong sama sekali seperti berbaring di kasur. Bayi yang sehat justru akan selalu menggerakan tangan dan kakinya ke segala arah. Bahkan frekuensi bayi aktif cukup banyak.
Ketika Anda memegang tangan kaki bayi yang sehat, Anda bisa merasakan otot-ototnya. Saat disentuh rasanya keras dan kuat. Hal ini berbeda pada bayi hipotonia. Saat menyentuhnya Anda akan merasakan tidak ada otot yang mengeras. Bahkan bayi pun seolah-olah tidak ingin melawan sama sekali.
4. Bayi kesulitan makan
Bayi yang terkena hipotonia tidak hanya dari sisi tangan dan kakinya saja. Saat bayi diberikan ASI atauun MPASI, bayi pun seperti kesulitan menelan atau pun menghisap. Hal tersebut cukup menghawatirkan karena nutrisi pada bayi akan sangat berkurang jika tidak diberikan ASI ataupun MPASI.
Maka dari itu, umumnya bayi hipotonia hanya bisa minum asi yang dibantu dengan sendok. Atau jika lebih parahnya lagi menggunakan infus untuk dapat memasukan nutrisi ke dalam tubuhnya.
5. Bayi kesulitan berdiri dan berjalan
Poin ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan poin nomor dua, yakni bayi kesulitan berdiri bahkan berjalan. Hal ini seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa bayi hipotonia mengalami lemas pada setiap anggota tubuhnya. Hal ini sebenarnya sangat menghambat pertumbuhan bayi itu sendiri. Kondisi yang seharusnya sudha dapat berdiri dan berjalan harus tertunda karena sindrom ini. keadaan hipotonia harus segera dicari pengobatannya. Jika keadaannya seperti itu, terus maka bayi bisa mengalami kelumpuhan.
6. Bayi sangat jarang bergerak
Kondisi semacam ini juga sudah singgung pada bab sebelumnya bahwa bayi hipotonia akan sangat pasif dan tidak mau bergerak sama sekali. Bahkan ketika ada yang memanggil atau melihat barang yang menarik, bayi tersebut tidak terlihat ingin mendekatinya. Hal itu bisa dipahami karena kaki dan tangannya terlalu lemah untuk dapat digerakan.
Itulah 6 ciri-ciri bayi hipotonia yang perlu diwaspadai oleh para orang tua. Dari ulasan di atas, kita memahami bahwa bayi yang terkena hipotonia hampir mirip dengan gejala kelumpuhan. Ada beberapa penyebab kenapa bayi bisa mengalami hipotonia. Antara lain sebagai berikut.
Penyebab pertama adalah pembentukan otak anak yang tidak sempurna saat masa kehamilan. Hal tersebut bisa terjadi ketika ada gangguan kehamilan seperti kurang asupan nutrisi otak pada janin. Selain itu, pengaruh obat-obatan tertentu juga mempengaruhi perkembangan otaknya. Sebaiknya Anda pelajari makanan untuk perkembangan otak janin di dalam kandungan agar bayi lahir tidak akan mengalami hipotonia.
Penyebab kedua adalah bayi mengalami Down Syndrome. Beberapa kasus juga mencatat bahwa bayi yang terkena sindrom satu ini bisa menyebabkan otot-otot bayi menjadi lebih lemah.
Kondisi selanjutnya adalah bayi pernah mengalami cedera serius pada tulang belakangnya, cedera ini bisa diperoleh dari keadaan apapun seperti kecelakaan atau salah duduk yang dipaksakan sebelum waktunya.
Kondisi bayi terkena hipotonia harus segera diatasi dengan membawanya ke rumah sakit sebelum berkembang ke arah yang lebih parah. semoga artikel ini dapat memberikan manfaat.
Periode tunggu saat melakukan program kehamilan seperti bayi tabung ataupun IVF memang mendebarkan. Sehingga beberapa…
Haid dengan siklus yang normal setiap bulannya akan memiliki interval waktu yang sama, yakni sekitar…
Program embrio transfer atau paling umum dikenal sebagai program dalam kehamilan cukup banyak dilakukan oleh…
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah masalah yang banyak dialami pasangan sehingga harus menunggu cukup lama sampai…
Di dalam tubuh wanita, terdapat dua hormon penting yang dikenal sebagai hormon reproduksi, yakni estrogen…
Hormon di dalam tubuh manusia bermacam-macam, sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.…