Berbicara soal gejala dan kondisi yang muncul pada anak yang mengidap autis. Salah satu kondisi yang sering ditemukan adalah jalan jinjit. Bahkan beberapa rumor antara orang tua, langsung menyimpulkan bahwa anak dengan jalan jinjit sudah pasti memiliki indikasi autis.
Ada banyak kendala dalam perkembangan anak yang terdiagnosa ciri-ciri anak autisme. Bagi yang belum paham, tanda anak autisme merupakan kondisi gangguan pada anak dan ditandai dengan keterlambatan di bidang kognitif, perilaku, interaksi sosial dan juga tidak jarang bahasa.
Jika dilihat, semakin hari cukup banyak anak yang mendapatkan diagnosis autis. Penderita mengalami gangguan neurologis berat yang akhirnya berpengaruh pada fungsi otak, dan menghambat adanya interaksi serta komunikasi dari luar.
Penderita autis diharapkan bisa didiagnosa sejak awal, sehingga hal tersebut bisa terdeteksi sejak dini dan bisa ditangani dengan tepat. Berbicara soal autisme, ada beberapa tindakan yang mungkin tidak dimengerti oleh orang tua. Salah satunya adalah anak autis jalan jinjit. Mengapa anak dengan gangguan autis melakukan hal tersebut?
Muncul mitos dan pembicaraan ditengah orang tua bahwa jalan jinjit merupakan tanda bahwa anak tersebut terdiagnosa autis. Kenyataanya mitos tersebut salah besar dan dibuktikan oleh beberapa jurnal serta penelitian yang dilakukan di luar negeri maupun Indonesia.
Selain itu, banyak yang menjelaskan bahwa dengan jalan jinjit maka anak sudah pasti memiliki masalah pada rangsangan tapak kakinya. Padahal beberapa gejala tetap harus dalam pengecekan terlebih dahulu untuk mencapai diagnosanya.
Penelitian terbaru oleh Children’s National Medical Center Amerika Serikat, menjelaskan bahwa anak memiliki fase berjalan jinjit dan saat tumbuh kembang tidak mengalami masalah atau dalam hal lain adalah normal.
Bahkan sebagian besar anak-anak mengalami jalan jinjit dan tidak berkaitan dengan kondisi autis. Namun, bagi penderita autisme jalan jinjit menjadi tanda yang bisa dikenali karena anak autis umumnya melalui tahapan jalan jinjit dalam jangka waktu yang lama.
Pasti muncul banyak ketakutan diantara orang tua, apakah anak yang melalui fase jalan jinjit mereka sudah pasti didiagnosa sebagai anak autis? Sebenarnya ada beberapa informasi yang harus dipahami.
Apakah penyebab anak autis melakukan jalan jinjit? Ada penjelasan dan dianggap penyebab berdasarkan review dari beberapa kasus. Berikut penjelasannya:
Jika dilihat dari sisi kondisi anak yang mengidap autisme. Kebiasaan jalan jinjit yang dilakukan oleh ciri-ciri fisik anak autis karena mereka terlalu sensitif.
Tubuh mereka merespon rangsangan dan terlalu sakit, terlalu geli atau terlalu terasa ketika menyentuh lantai dan tanah untuk berjalan. Sehingga anak autis lebih senang berjalan jinjit.
Hal tersebut untuk menghindari telapak kaki yang menyentuh tekstur tanah/lantai dirumah. Bisa dikatakan bahwa jalan jinjit berkaitan dengan pengolahan sensori tubuh anak.
Dalam beberapa kasus, anak yang berjalan jinjit bermasalah karena mengalami kondisi kurang baik pada sistem vestibular atau bagian di telinga yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi mengenai posisi dan gerakan, serta keseimbangan tubuh.
Walaupun tidak semua cara menghadapi anak autis mengalami masalah pada sistem vestibular, namun ada juga yang terhambat karena kondisi keseimbangannya terganggu.
Otak mungkin secara tidak sadar menganggap bahwa kaki tidak berjalan dengan cara yang tepat dan nyaman. Akhirnya anak lebih memilih berjalan jinjit dan menganggu kestabilan tubuh.
Jalan jinjit berhubungan dengan otot betis yang terhubung ke tulang tumit. Kondisi ini menyebabkan pergelangan kaki berbeda dan otot tersebut terlalu pendek.
Tumit juga sulit menyentuh tanah, dan akhirnya memberikan efek kaki yang jinjit saat berjalan. Namun kondisi ini tidak hanya terjadi pada pengidap anak autis, namun bisa juga terjadi pada anak-anak lain yang kondisi tendon achillesnya pendek.
Jika si kecil sudah terdiagnosa oleh dokter mengidap autisme dan mengalami jalan jinjit, ada beberapa cara untuk mengatasinya. Walaupun belum bisa hilang 100% layaknya anak normal, karena pengaruh kondisi neurologis dari tubuh pengidap autis.
Namun cara menghadapi anak autis jalan jinjit bisa dikurangi sehingga tidak memberikan efek buruk pada kaki.
Menggunakan AFO bisa membantu mengatasi kondisi atau kebiasaan jinjit pada anak autis. Pada beberapa kasus menggunakan AFO atau kepanjangan dari sepatu ankle-foot orthosis akan disarankan Cemilan Untuk Anak Autis yang Aman Dikonsumsi
Cemilan trsebut digunakan pada waktu yang cukup panjang, agar membiasakan anak autis untuk menapakan kaki dan menghentikan jalan jinjit.
Sayangnya sepatu jenis ini memang masih cukup mahal, sehingga orang tua harus menyediakan dana khusus. Berkisar antara 900 ribu hingga 2 juta, tergantung fitur dan juga kualitas dari sepatu tersebut.
Dengan beberapa program dan kegiatan yang diawasi oleh fisio dan profesional, orang tua tidak perlu bingung dan tetap bisa menggunakan sistem terapi untuk meningkatkan fungsi telapak kaki.
Anak akan dibiasakan dengan rangsangan pada telapak kaki, sehingga mengurangi kebiasaan jinjit yang dilakukan oleh anak autis. Selain itu terapi bisa dilakukan rutin selama anak masih proses tahap berjalan. Hingga anak sudah benar-benar bisa menapakan kaki dan meninggalkan proses jinjit.
Membiasakan tubuh anak autis untuk mendapatkan rangsangan tepatnya merangsang saraf sensorik. Karena anak autis memiliki masalah pada neurologis mereka, sehingga merangsang saraf menjadi salah satu cara untuk mengurangi kebiasaan tersebut.
Beberapa aktivitas yang bisa dilakukan, mulai dari membiasakan si kecil berjalan diatas rumput saat pagi hari. Agar telapak kaki terkena embun dan rumput, Biasakan anak untuk berjalan diatas tekstur yang berbeda misalnya pasir pantai yang halus maupun sedikit kasar.
Bisa juga si kecil diajak berjalan diatas karpet atau papan khusus berjalan anak-anak yang bertekstur.
Konsultasikan ke Dokter apabila dirasa berjalan jinjit terjadi dengan fase yang panjang. Misalnya selama 6 bulan lebih si kecil masih tetap berjalan jinjit dan kesulitan untuk berdaptasi dengan telapak kakinya.
Dengan begitu, dokter akan membantu terapi dan juga kondisi yang tepat untuk bisa mengatasi masalah tersebut.
Periode tunggu saat melakukan program kehamilan seperti bayi tabung ataupun IVF memang mendebarkan. Sehingga beberapa…
Haid dengan siklus yang normal setiap bulannya akan memiliki interval waktu yang sama, yakni sekitar…
Program embrio transfer atau paling umum dikenal sebagai program dalam kehamilan cukup banyak dilakukan oleh…
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah masalah yang banyak dialami pasangan sehingga harus menunggu cukup lama sampai…
Di dalam tubuh wanita, terdapat dua hormon penting yang dikenal sebagai hormon reproduksi, yakni estrogen…
Hormon di dalam tubuh manusia bermacam-macam, sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.…