Masa-masa genting saat persalinan sudah terlewati. Ibu sudah di bawa ke kamar inap, satu persatu keluarga mulai datang menjenguk. Kemudian, bayi Ibu dibawa ke kamar oleh suster. Selamat, bayinya terlahir utuh, tidak kurang satu apapun, terlepas dari apapun jenis kelaminnya. Namun di hari saat Ibu akan pulang ke rumah, suster memberi kabar bahwa bayi Ibu terkena penyakit bayi kuning. Ibu mulai cemas, namun suster memberi penjelasan bahwa hal ini adalah hal yang sering kali terjadi pada bayi yang baru lahir.
Masalah Bayi Kuning
Nah kira-kira apasih yang menjadi penyebab mengapa bayi yang baru lahir bisa terkena penyakit kuning? Bayi yang baru saja dilahirkan, ada banyak fungsi organ dalam tubuhnya yang belum berfungsi secara normal, salah satunya fungsi organ hati yang belum matang. Ketidakmatangan fungsi organ hati ini akhirnya menyebabkan proses perubahan bilirubin inderek (buangan dari proses pemecahan sel darah merah yang sudah tua) menjadi bilirubin direk (hasil buangan yang bisa larut dalam air) menjadi lambat. Atau bisa juga karena proses bilirubin terbentuk jauh lebih cepat dibandingkan kemampuan organ hati dalam memecahnya dan mengeluarkan dari tubuh melalui tinja. Nah, bilirubin inderek yang belum bisa larut dalam air menumpuk di dalam jaringan tubuh maupun aliran darah bayi. Sehingga menyebabkan kulit, selaput lendir dan mata bayi terlihat berwarna kuning atau terjadi
jaundice. Untuk lebih lengkapnya silahkan baca
penyebab kuning pada bayi baru lahir.
Apakah ini normal? Atau ada yang perlu dikhawatirkan? Ada beberapa ciri yang bisa Ibu perhatikan untuk melihat apakah penyakit kuning pada bayi Ibu normal atau sebaliknya, tidak normal. Ciri ciri bayi kuning normal atau yang biasa disebut ikterusneonatus antara lain :
- Warna kuning tidak langsung muncul sesaat setelah dilahirkan, melainkan 2 x 24 jam setelah kelahiran.
- Urin atau air kencingnya, terlihat bening atau tidak berwarna layaknya air kencing bayi pada umumnya, tidak terlihat terlalu coklat atau kuning tua.
- Meskipun warna tubuhnya lebih kuning daripada bayi lainnya, namun ia tetap aktif menangis. Ibu bisa melihat apakah bayi Ibu terkena penyakit kuning dengan cara membawanya ke ruangan yang terang di siang hari. Kemudian tekan jari Ibu perlahan ke dahi, dada, serta telapak tangan atau kaki bayi. Perhatikan dengan seksama apakah ada semburat warna kuning di permukana bagian-bagian tubuh yang ditekan tadi.
- Bayi juga terlihat kuat menyusu, tidak ada masalah yang berarti saat ia diberikan ASI pertama kalinya.
- Derajat bilirubin yang terdapat dalam tubuh bayi sekitar 10 mg%
- Jika setelah dilahirkan, bayi tidak langsung mendapatkan ASI, melainkan mendapat susu formula, maka warna kuning pada tubuhnya akan mencapai derajat tertinggi sekitar 6-8 mg% pada hari ketiga.
- Namun jika bayi setelah lahir, ia langsung mendapat ASI, maka warna kuning pada tubuhnya akan mencapai derajat tertinggi 7-14 mg %.
- Warna kuning yang terlihat dalam tubuhnya ini akan menghilang perlahan apabila fungsi organ hatinya sudah benar-benar matang dan maksimal. Biasanya terjadi sekitar 1-3 minggu setelah kelahiran. Artinya, organ hati dalam tubuh bayi sudah mampu merubah bilirubin indirek menjadi bilirubin direk yang mampu larut dalam air dan bisa dibuang dari tubuh bayi.
Bagaimana Jika Pada Bayi Ibu Terdapat Ciri-Ciri Selain Di Atas?
Apabila ada ciri-ciri yang lain selain di atas, apakah bayi mengalami penyakit kuning yang tidak normal? Mungkin saja. Ada beberapa ciri bayi yang mengalami penyakit kuning yang tidak normal antara lain :
- Penyakit kuning terjadi sebelum 24 jam setelah kelahiran.
- Peningkatan kadar bilirubin secara terus menerus.
- Air kencing bayi lebih coklat atau kuning tua, tidak seperti air kencing bayi lain yang biasanya masih tidak berwarna.
Tindakan Khusus yang Perlu Dilakukan
Apabila terjadi ciri-ciri di atas, perlu segera dilakukan tindakan khusus seperti fototerapi (terapi sinar biru). Dengan melakukan fototerapi ini, bayi akan ditempatkan di bawah sinar khusus yang tampak biru kehijauan. Sinar ini ditujukan untuk membantu proses perubahan molekul bilirubin sehingga dapat dikeluarkan melalui air kencing dan tinja. Dalam proses fototerapi ini, bayi tidak boleh mengenakan pakaian kecuali popok dan pelindung mata. Biasanya penyakit kuning yang tidak normal apabila terjadi sebelum 24 jam setelah kelahiran, dengan peningkatan kadar bilirubin secara terus menerus dan warna urin atau air kencingnya tidak berwarna kuning normal layaknya warna air kencing bayi lainnya yang masih tidak berwarna, namun lebih coklat atau kuning tua.
Penyebab Bayi Terkena Penyakit Kuning
Apabila Ibu bertanya-tanya kira-kira apa yang menyebabkan bayi terkena penyakit kuning dan merupakan tidak normal atau perlu penanganan khusus, ada beberapa hal yang mungkin bisa menjelaskan. Antara lain :
- Mungkin saja karena faktor ras dari Ayah ataupun Ibu bayi;
- Perbedaan golongan darah antara Ayah, Ibu dan bayinya;
- Bisa juga karena kelainan genetik;
- Faktor keadaan Ibu saat mengandung juga kerap kali menjadi penyebab utama;
- Kasus seperti ini biasanya terjadi apabila usia Ibu yang sudah lanjut dan tidak disarankan untuk hamil oleh dokter (biasanya di atas 40 tahun);
- Ibu menderita penyakit diabetes (baca : bahaya diabetes saat hamil)
- Ibu memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan kurang mampu menjaganya saat hamil selama 9 bulan;
- Saat mengandung, ibu kekurangan zinc. Zat zinc ini biasanya diperoleh dari bayam, kuning telur, biji-bijian dan daging merah;
- Bisa juga karena Ibu mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat memicu keadaan bayi menjadi seperti itu;
- Bayi dengan kelahiran prematur atau ketika bayi lahir sebelum waktu seharusnya atau yang diprediksi oleh dokter;
- Serta pemotongan tali pusat yang terlambat juga bisa menjadi penyebab penyakit kuning pada bayi.
Selain perlu diwaspadai karena efek jangka panjangnya, penyakit kuning yang kerap dialami bayi ini juga merupakan tanda-tanda dari penyakit lain, seperti infeksi atau gangguan tiroid.
Jangan Sepelekan Manfaat ASI untuk Mengatasi Bayi Kuning
Banyak sekali manfaat ASI untuk bayi baru lahir. Salah satunya untuk penyakit kuning ini, di mana ASI bisa menjadi salah satu solusi yang akan sangat membantu, asalkan kadar bilirubin dalam tubuh bayi belum terlalu tinggi. Ibu bisa memberikan ASI sesering mungkin, sebanyak 8 hingga 12 kali tiap 24 jam. Tujuannya agar proses berjalannya bilirubin menuju organ hati dalam tubuh bayi menjadi lebih lancar.