Penyebab bayi BAB keras dan berdarah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang bisa di cegah ataupun alami. Ternyata, buang air besar yang keras bahkan sampai berdarah tidak hanya bisa terjadi pada orang dewasa, tapi juga pada bayi. Hal inilah yang terkadang menyebabkan bayi menjadi rewel dan sulit untuk ditenangkan. BAB keras dan berdarah pada bayi umumnya menandakan adanya masalah pada sistem pencernaan bayi, baik disebabkan oleh faktor pemberian makanan atau lainnya. Berikut akan dijelaskan mengenai apa saja penyebab bayi BAB keras dan berdarah.
1. Sistem pencernaan yang belum sempurna
Tidak jarang ditemukan bayi yang bahkan baru berumur 4 bulan saja sudah diberikan makanan tambahan seperti bubur. Padahal, ini merupakan salah satu penyebab mengapa bayi bisa mengalami BAB yang keras serta sembelit. Hal ini disebabkan karena sistem pencernaan pada bayi belum siap atau belum matang secara sempurna sehingga tidak dapat mencerna makanan padat yang diberikan.
Frekuensi, konsistensi, dan warna feses bayi bergantung pada jenis dan makanan apa yang diberikan kepadanya. Ketika bayi mulai diberikan makanan tambahan yang padat, bayi cenderung lebih jarang buang air besar. Dalam keadaan normal, bayi biasanya buang air besar satu atau dua kali dalam dua sampai tiga hari. Akan tetapi, akibat pemberian makanan padat, bayi bisa mengalami konstipasi (sembelit, susang BAB) dan fesesnya menjadi keras sehingga bayi bahkan bisa tidak buang air besar selama tiga hari.
2. Faktor susu
Umumnya, bayi yang mendapatkan susu langsung dari ibunya (Air Susu Ibu/ASI) akan lebih mudah dalam proses BABnya karena bakteri baik yang terkandung di dalam ASI ibu dapat menguraikan protein susu yang sulit dicerna bayi sehingga feses menjadi lebih lembut. Sementara itu, tidak jarang ada ibu yang tidak dapat memberikan ASI kepada bayinya oleh karena faktor tertentu sehingga mau tidak mau pilihan lain adalah dengan memberikan susu formula dan makanan tambahan pada bayi. Inilah yang kemudian menjadi masalah untuk bayi.
ASI Eksklusif diperuntukkan bagi bayi minimal sampai usia 6 bulan, setelah itu baru boleh diberikan susu formula maupun makanan tambahan. Akan tetapi, lebih dianjurkan lagi untuk tetap memberikan ASI ibu sampai usia di atas 6 bulan tersebut tapi boleh saja dibarengi dengan makanan tambahan yang sehat. Waktu 6 bulan itu sebenarnya juga disesuaikan dengan keadaan sistem pencernaan bayi yang sebetulnya belum siap betul untuk menerima makanan yang berat. ASI adalah asupan yang paling sempurna bagi bayi sehingga pemberiannya sangat dianjurkan.
Bayi yang tidak mendapat ASI tetapi diberi susu formula memang cenderung lebih sering mengalami masalah gangguan pencernaan, termasuk BAB keras dan sulit. Hal ini disebabkan karena kandungan protein dan lemak di dalam susu formula tidak seimbang. Juga kandungan kalsium dan fosfor yang terlalu tinggi menyebabkan air pada feses justru terserap ke dinding usus yang membuat feses menjadi keras. Inilah yang membuat bayi kesulitan dalam proses buang air besar.
Baca : Manfaat susu formula untuk bayi – gejala alergi susu – menyusui sambil tiduran
3. Dehidrasi
Dalam keadaan kekurangan asupan cairan atau dehidrasi bayi juga bisa mengalami kesulitan buang air besar. Bayi yang dehidrasi bisa disebabkan oleh kebutuhan ASI yang tidak sesuai (ASI tidak on demand) sehingga bayi tidak mendapat asupan sesuai kebutuhannya. Hal ini menyebabkan cairan yang didapat menjadi kurang dan akan berpengaruh pada proses pencernaan. Sementara pada bayi yang mendapat asupan dari susu formula yang terbatas sesuai takaran pada botol susunya serta mulai mendapatkan makanan padat tambahan yang teksturnya terbilang cukup keras, juga bisa menyebabkan dehidrasi apabila ibu tidak menyesuaikan antara asupan makanan padat tersebut dengan asupan cairan yang cukup. Ketidakcukupan asupan cairan yang seharusnya bayi dapatkan dapat membuat fesesnya menjadi keras dan bayi kesulitan untuk buang air besar.
4. Adanya kelainan organ
Hirschsprung merupakan suatu keadaan dimana terjadi masalah persyarafan di bagian usus besar paling bawah (mulai anus sampai usus di atasnya) yang menyebabkan terjadinya gangguang pada gerak peristaltik usus. Hirschsprung menyebabkan saluran menjadi sempit sehingga terjadi penumpukan kotoran yang akhirnya menyumbat usus bagian bawah. Apabila keadaan ini dibiarkan akan terjadi infeksi akibat kuman bahkan bisa menyebabkan terjadinya radang usus. Jika demikian, maka perlu dilakukan operasi untuk pembuatan lubang pada dinding perut agar bisa mengeluarkan feses yang menumpuk. Salah satu tanda terjadinya kasus Hirschsprung ialah bayi yang pada saat dilahirkan tidak juga buang air besar sampai pada 48 jam setelah dilahirkan.
5. Penyakit tertentu
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan masalah atau gangguan buang air besar pada bayi memang jarang terjadi. Akan tetapi diantaranya kemungkinan yang bisa terjadi ialah karena bayi kekurangan tiroid, terjadi gangguan metabolisme tubuh, atau alergi pada makanan yang menyebabkan bayi mengalami kesulitan buang air besar dan fesesnya pun menjadi keras.
6. Luka, pemicu BAB berdarah
Bayi yang mengalami buang air besar berdarah dapat menunjukkan adanya perdarahan pada saluran pencernaan (lambung, usus, sampai anus). Adapun lokasi pasti atau sumber daripada perdarahan itu tergantung pada karakteristik darah yang ada pada feses bayi sendiri.
Pada feses bayi yang keras dan terdapat darah berwarna kehitaman, ada kemungkinan penyebabnya adalah gangguan sistem pencernaan bagian atas di mana sisa makanan yang dicerna bercampur dengan kandungan asam pada lambung. Pada feses yang keras dan bercampur darah berwarna merah segar kemungkinan adanya gangguan pada sistem pencernaan bagian bawah. Untuk itu, berikut akan dijelaskan mengenai beberapa penyebab BAB berdarah pada bayi.
Bayi yang kesulitan buang air besar karena fesesnya keras juga merasa kesakitan setiap kali ia berusaha untuk BAB. Gesekan antara feses yang keras dan permukaan anus dapat menyebabkan terjadinya luka yang menimbulkan darah pada feses.
7. Alergi
Alergi terhadapa jenis makanan atau susu bisa menyebabkan gangguan pada pencernaan bayi. Umumnya yang terjadi ialah alergi pada susu sapi dan kedelai yang disebabkan karena intoleransi laktosa. Akibat adanya alergi, juga bisa menyebabkan infeksi pada usus yang memicu terjadinya perdarahan pada saluran pencernaan sampai pada feses yang dikeluarkan oleh bayi.
Baca : Makanan untuk memperbanyak asi – Makanan sehat untuk ibu menyusui – Stres saat hamil – cara memperbanyak asi
Periode tunggu saat melakukan program kehamilan seperti bayi tabung ataupun IVF memang mendebarkan. Sehingga beberapa…
Haid dengan siklus yang normal setiap bulannya akan memiliki interval waktu yang sama, yakni sekitar…
Program embrio transfer atau paling umum dikenal sebagai program dalam kehamilan cukup banyak dilakukan oleh…
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah masalah yang banyak dialami pasangan sehingga harus menunggu cukup lama sampai…
Di dalam tubuh wanita, terdapat dua hormon penting yang dikenal sebagai hormon reproduksi, yakni estrogen…
Hormon di dalam tubuh manusia bermacam-macam, sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.…