Darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu gangguan kesehatan yang menimpa banyak pasien dari berbagai jenis kelamin, usia, postur tubuh, berat badan hingga pada ibu hamil. Kondisi ini terjadi ketika aliran darah yang dipompa jantung mengalami peningkatan sehingga mengalir cepat, menekan dan merusak dinding arteri pada pembuluh darah. Dinding arteri yang rusak akan menyebabkan aliran darah tidak lancar sehingga beberapa bagian atau organ tertentu tidak menerima pasokan darah dalam kadar maupun intensitas yang dibutuhkan. Ini akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan mulai dari yang paling ringan hingga paling serius.
Sementara itu, ibu hamil dituntut untuk ekstra menjaga kesehatan mengingat dirinya tengah mengandung jabang bayi yang juga membutuhkan asupan nutrisi ibu hamil cukup. Jika kerja organ-organ sang ibu terganggu karena rusaknya pembuluh darah, proses perkembangan janin akan terhambat dan ibu juga beresiko mengalami gangguan kesehatan. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai gangguan darah tinggi pada ibu hamil sehingga gejala yang demikian sebisa mungkin dapat dihindari.
Penyebab darah tinggi umumnya adalah pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Ini berlaku bagi wanita hamil maupun penderita lain. Pola makan meliputi menu makanan, cara memasak, cara konsumsi serta membuat kombinasi yang sehat dan sesuai setiap jam makan ‘besar’. Untuk itu, hindarilah makanan atau cara masak yang dapat menyebabkan darah tinggi, semisal makanan yang mengandung kadar garam tinggi atau sayuran hijau yang dimasak terlalu lama. Pastikan juga anda mengunyah makanan hingga benar-benar hancur dan mudah diserap tubuh. Kombinasi makanan dalam satu kali makan juga wajib Anda perhatikan sebab kombinasi yang salah akan mengharuskan organ tubuh bekerja ‘double’.
Selain itu, pola hidup tidak sehat juga rentan menyebabkan darah tinggi pada ibu hamil semisal merokok dan konsumsi alkohol. Ada juga sebagian penderita darah tinggi yang mengidap penyakit tersebut karena faktor kelebihan berat badan, tensi stress yang tinggi serta ‘warisan’ genetik. Jika hipertensi yang diderita seorang pasien disebabkan oleh satu atau beberapa faktor tersebut, maka hipertensinya umum disebut hipertensi primer. (Baca juga : bahaya merokok saat hamil dan bahaya alkohol saat hamil)
Sementara itu, hipertensi sekunder dialami mereka yang memiliki gangguan ginjal atau gangguan jantung. Sebagian besar kasus hipertensi yang diderita ibu hamil, dialami oleh mereka yang telah memiliki riwayat penyakit ini sebelumnya. Sebab itu, para perempuan yang memiliki hipertensi sebaiknya ekstra hati-hati dalam menjaga kesehatan utamanya menjaga tekanan darahnya pada batas normal. Jangan lupa juga untuk rajin berkonsultasi pada dokter dan tenaga medis.
Hipertensi umumnya menyerang ibu hamil di bawah usia 20 tahun, di atas usia 40 tahun dan ibu hamil pada kehamilan pertamanya. Seperti halnya pada pasien dari segmentasi lain, vonis hipertensi dapat diberikan pada seorang ibu hamil jika tekanan darahnya mencapai 140/90 mmHg.
Selain pemeriksaan tensi darah yang merupakan cara efektif mengetahui apakah tekanan darah seseorang masih bisa dikategorikan normal atau tidak. Berikut adalah gejala-gejala umum dari hipertensi yang sebagian di antaranya merupakan tanda kehamilan normal :
Beberapa point di atas menunjukkan bahwa tanda-tanda hipertensi dalam kehamilan tidak jauh berbeda dengan tanda kehamilan normal. Karena itu, rajinlah berkonsultasi pada dokter untuk mengetahui apakah gejala yang Anda alami sifatnya normal atau mengarah pada sebuah penyakit tertentu.
Ada beberapa jenis hipertensi pada kehamilan yang perlu Anda ketahui sehingga Anda lebih bijak dan tepat mengambil langkah. Jenis-jenis tersebut adalah sebagai berikut :
Gejala darah tinggi yang satu ini umumnya muncul setelah 20 minggu kehamilan. Tanda yang paling umum terjadi adalah adanya kerusakan organ ibu yang terasa dengan nyeri di beberapa bagian tertentu serta tiadanya protein berlebih dalam urin. Sebagian di antara penderita hipertensi ini mengalami preeclampsia pada minggu-minggu selanjutnya.
Hipertensi jenis ini terjadi pada ibu hamil yang tekanan darahnya sudah tinggi sebelum kehamilan.
Ini merupakan ‘perkembangan’ dari 2 point selanjutnya karena tiadanya perawatan yang tepat terhadap tekanan darah tinggi yang dimiliki sang ibu.
Biasanya, tanda seorang ibu hamil tengah mengalami preeklampsia selain tekanan darahnya yang tinggi adalah ditemukannya protein berlebih dalam urin.
Bahaya darah tinggi yang secara khusus mengancam ibu hamil adalah preeklampsia atau semacam keracunan dalam kehamilan yang dapat mengancam jiwa ibu maupun jabang bayi. Selain itu, bahaya umum lain yang mengancam penderita darah tinggi juga dapat mengancam si ibu hamil dengan hipertensi semisal kerusakan pada ginjal, gangguan jantung, kerusakan pembuluh darah hingga stroke.
Tak sampai di situ saja, tekanan darah tinggi pada ibu hamil juga dapat menghambat aliran darah ke plasenta sehingga menghambat tumbuh kembang bayi karena tidak mendapat asupan nutrisi dan oksigen dari sang ibu. Ini biasanya akan menyebabkan bayi lahir dengan berat badan di bawah rata-rata, prematur atau mengalami gangguan pernapasan.
Jika darah tinggi sudah berkembang menjadi ‘preeklampsia’, bahaya yang mengancam juga akan lebih parah, semisal placental abruption yang terjadi ketika plasenta terpisah dari dinding rahim sebelum kelahiran. Dalam keadaan yang buruk, gejala ini dapat menyebabkan pendarahan dan kerusakan plasenta serta mengancam keselamatan ibu dan si jabang bayi.
Bahaya lain adalah kelahiran prematur serta resiko gangguan jantung pada sang ibu setelah persalinan. Kelahiran prematur banyak terjadi dalam keadaan sang ibu belum siap secara fisik dan mental untuk melahirkan. Proses persalinan seringkali terjadi secara terburu-buru dan tanpa kehadiran tim medis yang kompeten dan atau peralatan yang memadai. Sementara itu, gangguan jantung yang akan diderita setelah proses persalinan dapat menjadi ancaman serius sehingga dibutuhkan penanganan menyeluruh setelah melahirkan mulai dari mengubah pola makan hingga gaya hidup.
Info seputar kesehatan kehamilan lainnya, yaitu :
Periode tunggu saat melakukan program kehamilan seperti bayi tabung ataupun IVF memang mendebarkan. Sehingga beberapa…
Haid dengan siklus yang normal setiap bulannya akan memiliki interval waktu yang sama, yakni sekitar…
Program embrio transfer atau paling umum dikenal sebagai program dalam kehamilan cukup banyak dilakukan oleh…
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah masalah yang banyak dialami pasangan sehingga harus menunggu cukup lama sampai…
Di dalam tubuh wanita, terdapat dua hormon penting yang dikenal sebagai hormon reproduksi, yakni estrogen…
Hormon di dalam tubuh manusia bermacam-macam, sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.…