Categories: Eklampsia

Preeklampsia – Gejala, Penyebab dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Preeklampsia adalah satu di antara gangguan kehamilan yang tergolong cukup mengancam karena jika dibiarkan tanpa penanganan tepat dan serius, gangguan ini bisa mengakibatkan janin yang meninggal dalam kandungan dan atau calon ibu. Di Indonesia, preeklampsia menjadi satu di antara tiga hal yang paling sering menyebabkan kematian janin dan ibu hamil, selain pendarahan dan infeksi. Karena itu, pengetahuan tentang pengertian, gejala dan cara penanganan penyakit ini menjadi penting untuk diketahui. Berikut adalah penjelasan detail mengenai beberapa hal tersebut.

Pengertian Preeklampsia

Sesuai dengan namanya, preeklampsia adalah gangguan kesehatan yang mendahului eklampsia dan umumnya terjadi ketika usia kehamilan menginjak perkembangan janin 5 bulan (20 minggu). Eklampsia sendiri adalah kelainan akut pada usia kehamilan tua yang terjadi dalam bentuk koma atau kejang dan tak jarang berakhir pada kematian. Ada yang menyamakan preeklampsia dengan keracunan dalam kehamilan karena banyaknya ‘ketidakteraturan’ yang terjadi dalam tubuh. Jika tidak ditangani dengan baik, preeklampsia akan meningkat menjadi eklampsia.

Preeklampsia dapat menghalangi plasenta menerima serta menyuplai darah ke janin sehingga asupan gizi ibu hamil berkurang dan janin tidak berkembang dengan sempurna. Sementara bagi sang ibu, terhambatnya aliran darah ini menyebabkan kurang optimalnya fungsi organ-organ ini sehingga rawan menyebabkan komplikasi.

Gejala

Gejala-gejala paling umum preeklampsia adalah pertama hipertensi dalam kehamilani akut. Kedua, pembengkakan pada bagian tungkai dan wajah. Ketiga, kenaikan berat badan yang tidak biasa. Keempat, kandungan protein berlebihan dalam urin atau yang biasa disebut dengan proteinuria. Seorang ibu hamil bisa mengalami satu atau lebih gejala umum tersebut, sehingga jika mengalami salah satunya. Segeralah temui dokter untuk memastikan apakah gangguan yang dialami adalah gejala preeklampsia atau hanya keluhan biasa, perubahan hormonal seperti kaki bengkak saat hamil dan bagian tubuh lainnya.

Selain itu, ada juga gejala-gejala minor yang sering ditemukan pada penderita preeklampsia. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :

  • Pusing
  • Penglihatan Terganggu
  • Pendengaran Terganggu
  • Rasa nyeri di perut sisi atas dan di bagian dada
  • Minimnya produksi urin atau kencing berdarah
  • Mual atau muntah

Penyebab

Hingga saat ini, sebagian besar ahli medis menyatakan bahwa penyebab pasti preeklampsia belum diketahui. Meski demikian, ada beberapa hal yang dimungkinkan menjadi sebab atau memudahkan penyakit ini menjangkiti seorang ibu hamil. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :

  • Mengalami hamil di usia di bawah 20 tahun, di atas 35 tahun atau kehamilan pertama (Baca juga : bahaya hamil di usia muda – resiko hamil diatas usia 35 tahun)
  • Pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
  • Lahir dari kandungan ibu yang mengidap preeklampsia
  • Kelainan plasenta, kurangnya oksigen serta gangguan di bagian pembuluh darah
  • Mengalami kehamilan kembar
  • Kelebihan berat badan atau obesitas
  • Kekurangan vitamin D
  • Memiliki riwayat penyakit diabetes, memiliki kadar protein yang tinggi dalam tubuhnya, hipertensi serta gangguan ginjal.
  • Penyakit autoimun

Meski demikian, ada juga sebagian penderita preeklampsia yang tidak mengalami gejala seperti tersebut di atas pun juga tidak memiliki ciri-ciri yang menyebabkan penyakit ini muncul. Karena itu, pemeriksaan rutin ke dokter adalah solusi yang tepat sebab semakin dini diketahui, preeklampsia dapat segera diatasi dan dicarikan solusi terbaik.

Penanganan

Penanganan terhadap preeklampsia umumnya disesuaikan dengan keadaan pasien. Jika tekanan darah pasien amat tinggi, sehingga tergolong preeklampsia berat, yakni melebih 160/110 (ukuran normal bagi ibu hamil adalah 120/110) dan atau protein urinnya positif 3, sedang usia kandungan sudah memasuki minggu ke-24, maka dokter umumnya akan mengeluarakan bayi secara paksa melalui operasi caesar. Keputusan yang demikian tak jarang dibuat beberapa hari setelah diagnosa penyakit diberikan. Dalam kasus lain yang lebih darurat, dokter biasanya akan segera menghentikan kehamilan berapapun usia kehamilan dan bagaimanapun keadaan jabang bayi dalam kandungan, baik dengan operasi caesar ataupun induksi pada janin.

Tindakan semacam ini memang riskan karena bayi dengan kelahiran prematur biasanya memiliki organ dan otak yang belum sempurna, apalagi jika harus mengorbankan jiwa si jabang bayi.

Baca juga tentang gangguan kehamilan lainnya seperti :

Recent Posts

3 Tips Agar Embrio Menempel di Dinding Rahim

Periode tunggu saat melakukan program kehamilan seperti bayi tabung ataupun IVF memang mendebarkan. Sehingga beberapa…

8 months ago

4 Ciri-ciri Masa Subur untuk Haid Tidak Teratur

Haid dengan siklus yang normal setiap bulannya akan memiliki interval waktu yang sama, yakni sekitar…

8 months ago

5 Tanda Embrio Transfer Gagal

Program embrio transfer atau paling umum dikenal sebagai program dalam kehamilan cukup banyak dilakukan oleh…

9 months ago

4 Hal yang Harus Diperhatikan Terkait Suntik Hormon untuk Hamil

Infertilitas atau ketidaksuburan adalah masalah yang banyak dialami pasangan sehingga harus menunggu cukup lama sampai…

9 months ago

HCG : Pengertian, Fungsi, dan Pengaruhnya

Di dalam tubuh wanita, terdapat dua hormon penting yang dikenal sebagai hormon reproduksi, yakni estrogen…

9 months ago

12 Ciri-ciri Hormon HCG Meningkat

Hormon di dalam tubuh manusia bermacam-macam, sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.…

9 months ago