Menghadapi anak marah atau mengamuk dengan posisi sebagai seorang ibu baru jelas bukan perkara mudah. Apalagi jika anak masih tergolong balita. Dalam usia balita, anak belum bisa mengombinasikan antara penggunaan kata “aku” dengan “keinginan yang belum terpenuhi” sehingga terciptalah tantrum. Kali ini akan dibahas mengenai temper tantrum atau tantrum.
Baca juga:
Pengertian dan Pemahaman Tantrum pada Anak
Menjengkelkan sekali ya, Ibu, ketika anak kita tiba-tiba mengamuk atau mengalami tantrum. Di saat kita sudah pusing dan lelah dengan urusan di luar rumah atau keluarga, anak seolah menambah beban pikiran dengan tingkah alami mereka. Akan tetapi, mungkin Ibu juga belum mengetahui pasti mengapa anak marah atau mengamuk. Tantrum pada anak merupakan kondisi di mana anak emosi yang meledak.
Biasanya tantrum akan disertai dengan tanda sikap anak yang menjadi keras kepala, menangis, bahkan menjerit dan berteriak, hingga sampai pada resistensi pada upaya penenangan diri atau bahkan kekerasan. Tantrum sudah dianggap umum terjadi pada balita dan hal ini merupakan sebuah perilaku bermasalah pada anak. Tetapi tenang saja, frekuensi dan intensitasnya akan cenderung menurun sejalan dengan pertumbuhan anak. Sisi baiknya, tantrum bahkan bisa dianggap sebagai pengukur kekuatan pengembangan karakter.
Ibu, sejujurnya tantrum bukan hanya bisa terjadi pada anak, tetapi juga pada wanita dewasa. Prinsipnya sama: membuat orang lain tak nyaman dan segera memenuhi keinginannya guna meredakan amarah mereka. Perbedaannya, wanita dewasa lebih memahami penggunaan konsep kata “aku” serta keinginan dirinya sehingga kode yang disampaikan cenderung lebih spesifik ke orang tertentu dan apa yang ingin disampaikan.
(Baca Juga: Penyebab Step pada Anak; Penyebab Anak Susah BAB)
Mengapa Tantrum Bisa Terjadi?
Tantrum bukan suatu kondisi yang tiba-tiba muncul. Ada penyebab yang melatarbelakangi munculnya kondisi ini. Perhatikan, faktor keluarga dan pengasuhan juga bisa jadi sebabnya. Tantrum pada anak bisa terjadi atas dukungan beberapa hal berikut:
1. Orang tua terlalu fokus dan sibukkan hal lain di luar keluarga sehingga perhatian pada anak yang masih balita berkurang atau menjadi sangat minim. Hal ini sebenarnya membuat anak merasa kecewa dan karena belum bisa mengutarakannya dengan baik, mereka akan memendam kekecewaan tersebut hingga sampai pada suatu fase anak akhirnya tantrum untuk mendapatkan perhatian lebih tersebut. (Baca juga: Cara Mengatasi Kulit Kering pada Anak)
2. Pernahkah Anda sebagai orang tua kerap menolak apa yang menjadi keinginan anak? Hati-hati, kebiasaan ini lama-kelamaan akan memicu timbulnya konflik antara Anda sebagai orang tua dan anak. Belum lagi jika kondisi ini ditambah dengan penyampaian menggunakan cara tidak tepat atau bahkan orang tua sampai marah kepada anak untuk alasan menolak keinginan mereka. (Baca juga: Tips Agar Anak Tidak Mudah Sakit)
3. Jika ternyata anak Anda tipe pribadi yang relatif tidak berani melawan orang tua, mereka akan memendam sendiri perasaan marah, kesal, benci, atau ingin menangis karena selalu mematuhi perkataan orang tua yang mungkin tidak sejalan dengan kehendaknya. Tipe anak yang seperti ini juga harus diasuh secara hati-hati karena bisa jadi akan menjadi bom waktu bagi orang tuanya sendiri. (Baca juga: Penyebab Anak Terlambat Bicara)
4. Apakah Anda termasuk orang tua yang mudah marah dan melampiaskannya secara nyata tanpa babibu? Coba ingat lagi seberapa sering Anda memperlihatkan amarah Anda di depan anak, bisa jadi penyebab tantrum anak itu sendiri sebenarnya refleksi dari apa yang dilakukan orang tuanya. Kalau sudah begini, Anda sendiri yang akan pusing mencari cara mengatasi anak tantrum. (Baca juga: Penyebab Anak Terlambat Jalan)
Solusi untuk Mengatasi Anak Tantrum
Menyelesaikan perkara memang tak semudah mencegahnya. Akan tetapi bukan berarti hal ini tidak mungkin ditangani. Jika Anda memang benar-benar ingin menyelesaikan masalah anak tantrum, beberapa hal penyelesaian berikut akan membutuhkan kerendahan hati Anda sebagai orang tua, lebih tepatnya sebagai seorang Ibu.
1. Karena mencegah selalu lebih baik daripada mengobati, mulailah untuk terbuka kepada anak.
Bangun komunikasi yang baik dengan anak. Ajari mereka untuk bisa mengutarakan apa yang menjadi keinginannya. Tentu saja hal ini membutuhkan waktu yang relatif lama karena anak juga sedang belajar menganalisis sebenarnya apa yang ia inginkan. Sering melakukan pembicaraan dari hati ke hati tentu akan lebih mendekatkan ibu dan buah hati. Jangan hanya mengajak bicara anak ketika tantrumnya sedang kumat, usahakan bicara secara intens terutama ketika suasana hatinya sedang baik.
(Baca juga: Gejala Asma pada Anak –Penyebab Berat Badan Bayi Tidak Naik)
2. Sepanjang tidak membahayakan dirinya, jangan terlalu banyak melarang
Anda sebagai pribadi diri sendiri pun pasti tidak senang dengan orang yang terlalu banyak mengatur dan melarang Anda. Begitu pula dengan anak, yang memiliki rasa keingintahuan besar dan ingin mengeksplorasi semua hal. Sepanjang hal itu tidak membahayakan anak Anda, mengapa mereka harus dilarang? Orang tua yang terlalu protective sesungguhnya justru tidak sepenuhnya mengamankan anak mereka karena semakin anak dilarang, semakin besar rasa ingin tahunya. Yang dikhawatirkan adalah ketika anak akhirnya mengambil jalan belakang untuk mencari tahu apa yang membuatnya penasaran.
(Baca juga: Akibat Kekurangan Kalium pada Anak – Penyebab Anak Hiperaktif)
3. Mengalihkan perhatian anak
Tidak memberikan perhatian pada kemarahan yang ia perlihatkan dan mengalihkannya pada hal lain merupakan cara untuk meredakan tantrum sekaligus media pembelajaran bagi para orang tua untuk mengetahui apa yang menjadi kesukaan dan minat anak. Ajak anak ke tempat yang lebih sepi untuk meredakan tantrum mereka juga salah satu alternatif efektif. Biarkan mereka meluapkan kemarahan mereka tanpa harus mengganggu orang lain atau mungkin merusak barang di sekitarnya.
(Baca juga: Mimisan pada Anak – Gejala Alergi Susu Sapi pada Bayi)
4. Menuruti apapun keinginan anak saat tantrum bukan solusi bijak
Banyak orang tua yang akhirnya tidak tega pada anak yang sedang tantrum dan akhirnya menuruti semua keinginannya. Padahal langkah yang benar justru mendiamkannya hingga ia lelah dan tantrumnya sudah selesai. Anak harus diajari komunikasi yang baik untuk menyampaikan apa yang menjadi keinginannya namun bukan dengan cara marah. Ketika anak mengalami tantrum, kuncinya adalah biarkan saja ia meluapkan energinya dengan marah hingga habis. Pada saat tantrum, suasana hatinya sedang tidak baik dan ia sedang berusaha ‘meyakinkan’ orang lain bahwa apa yang dirasakannya begitu menyebalkan. Biarkan anak meredakan sendiri amarahnya dan berikan pengertian ketika suasana hatinya sudah menjadi lebih baik.
Itulah beberapa cara mengatasi anak tantrum beserta pengertian dan penyebabnya. Semoga dapat memberikan pencerahan kepada para Ibu agar lebih baik dan lebih mampu mendidik anak-anak.
Periode tunggu saat melakukan program kehamilan seperti bayi tabung ataupun IVF memang mendebarkan. Sehingga beberapa…
Haid dengan siklus yang normal setiap bulannya akan memiliki interval waktu yang sama, yakni sekitar…
Program embrio transfer atau paling umum dikenal sebagai program dalam kehamilan cukup banyak dilakukan oleh…
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah masalah yang banyak dialami pasangan sehingga harus menunggu cukup lama sampai…
Di dalam tubuh wanita, terdapat dua hormon penting yang dikenal sebagai hormon reproduksi, yakni estrogen…
Hormon di dalam tubuh manusia bermacam-macam, sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.…