Categories: Persalinan

Persalinan Forceps: Cara Kerja – Risiko dan Tips Perawatannya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Menjalani proses persalinan bisa dikatakan bukanlah hal yang mudah. Bagi seorang ibu, melahirkan anak adalah anugerah terindah namun juga pertaruhan nyawa. Adakalanya muncul masalah-masalah tertentu yang membuat ibu tak bisa melahirkan normal. Sehingga terpaksa harus menjalani metode caesar atau bahkan forceps.

Persalinan forceps sudah cukup umum digunakan dalam dunia medis. Biasanya metode ini dilipih tatkala ibu mengidap penyakit tertentu yang membuatnya tak mampu mengejan berlebihan. Atau bisa juga dikarenakan posisi bayi yang tidak tepat. Nah, berikut ini ulasan tentang persalinan forceps secara lengkap.

Definisi dan Cara Kerja Persalinan Forceps

Persalinan forceps adalah persalinan yang dilakukan dengan menggunakan bantuan alat forceps. Alat forceps ini berbentuk seperti penjepit besar dan terbuat dari logam. Biasa juga disebut sebagai cunam. Fungsinya untuk menjepit kepala bayi di rahim yang telah masuk panggul agar lebih cepat keluar. Penarikan dengan forceps dilakukan saat ibu sedang mengejan dan selama kontraksi masih berlangsung.

Cara kerja persalinan forceps meliputi beberapa tahapan.

  • Pertama, dokter akan memberikan anestesi spinal atau epidural. Yakni obat bius yang disuntikkan pada ibu untuk mematikan sementara bagian syaraf pinggang ke bawah. Sehingga nantinya ibu tidak akan merasakan sakit. Namun demikian perlu diketahui bahwa anestesi epidural tidak boleh diberikan pada ibu yang pernah melahirkan secara caesar, ibu pengidap tekanan darah rendah, infeksi dan kelainan darah, gangguan pada pinggang serta penderita alergi obat bius.
  • Kedua, pemberian obat lewat injeksi pembuluh vena (intravena) yang bertujuan untuk memperkuat proses kontraksi. Obat ini diberikan dengan metode suntik agar lebih cepat diabsorbi tubuh sehingga efeknya juga cepat bereaksi.
  • Memasangkan kateter urin pada saluran kencing (kandung kemih) untuk membantu pengeluaran urin
  • Jika ukuran bayi terlalu besar atau mungkin bayi berada dalam kondisi gawat dan harus segera dikeluarkan, maka dilakukan metode episiotomi. Yakni membuat sayatan diantara anus dan vagina sehingga nantinya jalan keluar bayi lebih lebar. Perlu Anda ketahui bahwa metode episiotomi ini sudah jarang diaplikasikan melainkan hanya untuk kasus tertentu. Misalnya persalinan dengan vakum atau forceps.
  • Jika semua alat sudah siap, maka dokter akan mulai memasukkan forceps ke dalam vagina untuk menjepit kepala bayi dan mengeluarkannya dengan cara perlahan sambil dibantu ibu mengejan.
  • Penarikan dengan alat forceps hanya bisa dilakukan saat ibu sudah memasuki  tanda tanda akan melahirkan, ciri ciri kontraksi akan melahirkan, kondisi air ketuban sudah pecah, proses  pembukaan saat melahirkan telah lengkap mencapai tahap 10, dan kepala bayi harus sudah memasuki panggul ibu.

Penyebab Dilakukannya Persalinan Forceps

Persalinan forceps tidak boleh asal-asalan untuk dilakukan. Persalinan ini hanya boleh dilakukan pada kondisi tertentu saja. Selain itu, pastikan juga Anda melakukannya pada rumah sakit yang peralatannya memadai sehingga peluang keberhasilan bisa tinggi. Kalaupun tidak berhasil maka biasanya akan diterapkan metode persalinan caesar.

Nah, berikut ini beberapa keadaan yang mengharuskan ibu menjalani persalinan forceps. Diantaranya yaitu:

  • Bayi berada dalam kondisi sungsang atau posisi yang tidak benar. Persalinan forceps perlu dilakukan untuk menghindari bahaya melahirkan bayi sungsang
  • Ibu menderita penyakit tertentu yang membuatnya tidak kuat mengejan, misalnya penyakit jantung lemah atau jantung bocor
  • Bayi tidak keluar padahal proses pembukaan telah usai
  • Bayi kekurangan oksigen dalam rahim, ini bisa menjadi pemicu janin yang meninggal dalam kandungan. Sehingga harus segera dilakukan persalinan forceps

Risiko Persalinan Forceps

Persalinan forceps bisa menjadi penolong bagi ibu yang mengalami kesulitan saat melahirkan bayi. Namun demikian, risiko dari persalinan forceps juga cukup besar loh. Penelitian yang dilakukan di Universitas Colombia mengemukakan bahwa persalinan forceps berisiko memicu komplikasi lebih tinggi dibandingkan risiko operasi caesar dan risiko melahirkan normal setelah caesar.

Beberapa risiko yang mungkin terjadi, yakni:

  • Cedera pada tengkorak kepala bayi. Ini bisa terjadi akibat penarikan dengan forceps terlalu kasar atau kurang hati-hati
  • Pendarahan bagian dalam kepala
  • Otot-otot di wajah dan kepala melemah dan berisiko mengalami cedera
  • Goresan luka pada bagian wajah atau kepala
  • Bayi mengalami kejang
  • Bayi kurang aktif (tidak menangis)
  • Kerusakan pada rahim
  • Episiotomi menyebabkan cedera pada jaringan diantara anus dan vagina
  • Rasa nyeri pada lubang keluarnya bayi
  • Nyeri dan cedera pada uretra
  • Kebocoran kandung kemih yang menyebabkan urine keluar tidak terkontrol
  • Gangguan buang air kecil
  • Otot-otot panggung mengalami kelemahan bahkan mungkin berpindah tempat dari posisi awal
  • Ibu mengalami kekurangan hemoglobin

Perlu Anda ketahui bahwa risiko diatas tidak selalu dialami oleh pelaku persalinan forceps.  Menurut survey, porsentase peluang terjadinya risiko tidak terlalu besar. Umumnya sih hanya dikarenakan keadaan tertentu, seperti yang telah dijelaskan diatas mungkin kondisi ibu lemah, dokter kurang profesional atau mungkin ketersediaan alat medis masih belum lengkap, atau mungkin lainnya.

Perawatan Pasca Persalinan Forceps

Setelah menjalani persalinan forceps, biasanya ibu akan merasakan gejala-gejala tertentu yang membuat tubuh tidak nyaman. Bahkan nyeri di bagian-bagian tertentu. Nah, berikut ini beberapa tips perawatan pasca persalinan forceps.

  • Anda mungkin akan mengalami peningkatan frekuensi buang air kecil (BAK). Hal ini wajar, yang mana merupakan efek dari pemakaian kateter yang menyebabkan terganggunya fungsi kandung kemih. Urine jadi mudah keluar. Untuk mengatasinya Anda bisa menggunakan pentyliner atau pembalut. Namun ingat, jangan sampai Anda tidak minum ya. Hanya karena takut ngompol lalu mengurangi asupan ai r putih secara drastis. Hal ini tidak baik dan dapat memicu dehidrasi.
  • Berkonsultasi pada dokter apabila Anda merasakan vagina nyeri berlebihan.
  • Saat BAB sebaiknya jangan mengejan terlalu kuat karena bisa membongkar jahitan di daerah vagina.
  • Perbanyak konsumsi makanan berserat dan air untuk mempermudah keluarnya feses tanpa harus mengejan terlalu keras
  • Anda bisa mengompres atau membilas bagian vagian dan sekitarnya dengan air hangat untuk meminimalisir rasa nyeri.
  • Jika ingin duduk, lakukan secara berhati-hati. Jika perlu gunakan alas empuk agar daerah genital tidak tertekan dan terasa nyeri.
  • Meletakkan es batu yang telah dibungkus handuk di daeras vagina untuk mengurangi rasa nyeri dan pedih akibat luka sayatan.
  • Anda bisa mengikuti senam untuk melatih oot-otot panggul

Tips Menghindari Persalinan Forceps

Mengingat risiko yang ditimbulkan cukup besar, ada baiknya jika Anda mencoba i tips mengindari persalinan forceps. Diantaranya yakni:

  • Tingkatkan asupan gizi selama kehamilan, buah-buahan dan sayuran pastikan dikonsumsi setiap hari. Kemudian perbanyak makanan asam folat dan tinggi zat besi.
  • Kontrol atau medical chek up di setiap trimesrer kehamilan untuk mengecek kondisi kesehatan ibu dan janin.
  • Mengikuti senam hamil dan olahraga untuk ibu hamil yang dapat membantu peregangan otot-otot tubuh
  • Jika bayi berada pada posisi sungsang, Anda bisa mengembalikannya dengan beberapa cara seperti melakukan pemijatan lembut di daerah perut, merangsang dengan cahaya atau suara, serta melakukan gerakan-gerakan yoga tertentu yang dapat mempermudah proses persalinan.
  • Terapkan gaya hidup sehat sebagai cara menjaga kehamilan agar tetap sehat.
  • Sering melakukan gerakan posisi sujud di saat mendekati hari HPL dengan tujuan untuk mengembalikan posisi bayi yang sungsang.
  • Menghindari pengonsumsian obat-obatan selama kehamilan.

Demikianlah penjelasan tentang persalinan forceps pada ibu hamil. Kesimpulannya persalinan forceps hanya dilakukan saat ibu mengalami kesulitan saat proses kelahiran, dimana bayi tidak kunjung keluar padahal ibu sudah mengejan selama berjam-jam. Tindakan ini perlu dilakukan sebelum ibu kehabisan air ketuban atau bayi kekurangan oksigen. Dan apabila tidak berhasil maka dokter bisa mengambil jalan operasi caesar.

Recent Posts

3 Tips Agar Embrio Menempel di Dinding Rahim

Periode tunggu saat melakukan program kehamilan seperti bayi tabung ataupun IVF memang mendebarkan. Sehingga beberapa…

9 months ago

4 Ciri-ciri Masa Subur untuk Haid Tidak Teratur

Haid dengan siklus yang normal setiap bulannya akan memiliki interval waktu yang sama, yakni sekitar…

9 months ago

5 Tanda Embrio Transfer Gagal

Program embrio transfer atau paling umum dikenal sebagai program dalam kehamilan cukup banyak dilakukan oleh…

9 months ago

4 Hal yang Harus Diperhatikan Terkait Suntik Hormon untuk Hamil

Infertilitas atau ketidaksuburan adalah masalah yang banyak dialami pasangan sehingga harus menunggu cukup lama sampai…

9 months ago

HCG : Pengertian, Fungsi, dan Pengaruhnya

Di dalam tubuh wanita, terdapat dua hormon penting yang dikenal sebagai hormon reproduksi, yakni estrogen…

9 months ago

12 Ciri-ciri Hormon HCG Meningkat

Hormon di dalam tubuh manusia bermacam-macam, sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.…

9 months ago