Beberapa tahun belakangan ini kita sering mendengar istilah autisme atau anak autis. Sebelumnya jarang kita mendengar tentang penyakit tersebut, mungkin karena kurangnya pengetahuan sehingga belum banyak orang yang mengetahuinya. Autisme sendiri merupakan gangguan neurodevelopmental dengan ketidakseimbangan interaksi sosial, komunikasi verbal dan non verbal serta perilaku yang terbatas atau berulang-ulang. Orang tua biasanya mengetahui tanda penyakit ini pada usia satu atau dua tahun.
Masalah pada Anak Autis
Pada anak autis mereka sulit untuk melakukan interaksi sosial. Anak autis mengalami permasalahan dalam bersosialisasi dan sering tidak bisa memunculkan intuisi mereka pada orang lain. Anak-anak dengan autisme menderita kesendirian lebih banyak dibandingkan anak lainnya, walaupun ada yang percaya bahwa mereka memang lebih memilih untuk sendirian. Berteman menjadi hal sulit bagi mereka.
Sepertiga sampai setengah penderita autis tidak dapat mengembangkan kemampuan berbicara dengan baik untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Komunikasi yang berbeda bisa terjadi pada saat mereka masih kecil, misalnya tidak kunjung berbicara, gestur yang tidak biasa, tidak responsif dan pola bicara yang tidak sinkron dengan perawat mereka.
Autisme yang terjadi sejak kecil bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor penyebab anak autis antara lain:
1. Genetis
Faktor genetis menjadi faktor penyebab yang paling signifikan bagi penyakit autisme. Penelitian awal menunjukkan faktor genetis 90% merupakan penyebab anak terkena autisme pada anak kembar. Hal tersebut mungkin sedikit melebihi estimasi, diperlukan data anak kembar baru dengan struktur dan model gen yang bervariasi. Genetis dari autisme cukup kompleks. Lebih dari satu gen mungkin akan berimplikasi, gen yang berbeda mungkin akan berdampak berbeda pada individual yang berbeda, dan gen mungkin berinteraksi satu sama lainnya atau dengan faktor lingkungan. Beberapa gen kandidat terlokasi tapi mutasi yang dapat meningkatkan risiko autisme tidak teridentifikasi.
Gen autisme juga kompleks pada variasi gen setiap individu. Karena variasi tersebut, menjadi sulit untuk menyimpulkan gen autis seseorang sama dengan yang lainnya. Autisme sangat mungkin diturunkan tapi tidak keturunan karena mutasi yang menyebabkan autisme tidak tampak pada parental genome.
Meskipun faktor genetis merupakan faktor yang paling banyak menyebabkan risiko autisme, namun tidak menjelaskan semuanya. Beberapa teori berdasarkan faktor lingkungan telah ditujukan untuk risiko yang tersebut. Beberapa teori fokus pada faktor lingkungan sebelum lahir, seperti agen yang menyebabkan masalah kelahiran dan lingkungan setelah kelahiran seperti pola makan anak.
Faktor risiko untuk autisme termasuk karakteristik orang tua anak tersebut seperti usia ayah dan usia ibu yang terlalu tua. Risiko memiliki anak autis lebih besar pada ayah yang usianya terlalu tua. Sebuah hipotesis menyebutkan bahwa sperma yang tua menyebabkan mutasi dan hipotesis lainnya menyebutkan laki-laki yang membawa gen dengan beberapa fitur autisme.
2. Epigenetis
Mekanisme epigenetis mungkin akan meningkatkan risiko autisme. Perubahan epigenetis terjadi sebagai hasil modifikasi kromosom histone atau modifikasi dasar DNA. Modifikasi tersebut diketahui disebabkan oleh faktor lingkungan, termasuk nutrisi, obat-obatan, dan masalah mental.
3. Lingkungan Prenatal/Sebelum lahir
Risiko autisme berhubungan dengan beberapa faktro risiko sebelum kelahiran. Misalnya adalah usia orang tua yang terlalu tua, diabetes, pendarahan, dan penggunaan obat psikiatrik oleh sang ibu selama kehamilan. Autisme juga berhubungan dengan agen yang beraksi selama delapan minggu pertama meskipun kasus ini tergolong jarang terjadi.
4. Proses infeksi
Infeksi yang terjadi sebelum kelahiran dikenal sebagai penyebab autisme non genetis. Adanya rubella atau cytomegalovirus sebelum kelahiran dapat mengaktifkan sistem imun tubuh ibu dan meningkatkan risiko autisme. Congenital rubella syndrome merupakan penyebab lingkungan yang paling banyak menyebabkan autisme. Infeksi yang berhubungan dengan kekebalan tubuh pada awal kehamilan akan berdampak pada pengembangan neural daripada infeksi pada akhir kehamilan, tidak hanya untuk autisme, tapi juga pada gangguan psikiatrik seperti schizophrenia.
5. Agen atau perantara lingkungan
Teratogens merupakan perantara lingkungan yang dapat menyebabkan kecacatan kelahiran. Beberapa perantara menurut teori juga berpotensi menjadi faktor penyebab autisme meskipun buktinya masih sedikit. Pertanyaan juga muncul apakan ethanol dapat meningkatkan risiko autisme sebagai bagian dari fetal alcohol syndrome atau kecacatan kelahiran yang diakibatkan oleh alkohol. Diketahui bahwa tetragens muncul pada saat delapan minggu pertama dan meskipun ini tidak menghilangkan kemungkinan bahwa autisma dapat muncul setelahnya. Ada bukti yang kuat bahwa autisme muncul pada awal perkembangan janin.
6. Kondisi ibu bayi
Permasalahan thyrod akan menyebabkan kekurangan thyroxine pada ibu hami di usia 8-12 minggu kehamilan. Kekurangan thyroxine dapat disebabkan karena kurangnya iodine dalam makanan dan karena perantara lingkungan yang mempengaruhi hormon tiroid. Perantara lingkungan yang mungkin dapat mempengaruhi antara lain flavonoid pada makanan, rokok, dan herbicides. Selain itu penyakit diabetes pada ibu hamil merupakan faktor penyebab autisme. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 dan tahun 2014 menunjukkan bahwa ibu hamil yang menderita diabetes memiliki risiko yang lebih tinggi dalam melahirkan anak yang autis. Obesitas ibu hamil juga meningkatkan risiko autisme walaupun studi lebih lanjut diperlukan.
7. Lingkungan perinatal
Autisme berhubungan dengan kondisi perinatal dan kandungan. Pada tahun 2007 sebuah review menyebutkan bahwa ditemukan hubungan antara kondisi kandungan termasuk berat badan yang kurang, durasi kehamilan, dan hypoxia selama kelahiran. Hubungan tersebut tidak disebutkan sebagai penyebab namun merupakan dua kondisi yang saling berhubungan.
8. Lingkungan postnatal
Ada banyak faktor setelah kehamilan yang menjadi penyebab terjadinya autisme pada anak. Beberapa faktor tersebut antara lain:
9. Penyakit autoimun
Ada teori yang menyebutkan bahwa autoantibodi yang bekerja pada otak dapat menyebabkan autisme. Interaksi antara sistem imun dan sistem nervous dimulai saat pembentukan embrio.
10. Kekurangan vitamin D
Ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D dapat menyebabkan autisme. Perlu adanya riset lanjutan untuk meyakinkan anggapan ini.
11. Timah
Keracunan timah menjadi salah satu faktor penyebab anak autis dalam kandungan. Timah dalam darah penderita autisme ternyata lebih tinggi dari anak biasa. Kebiasaan makan saat hami atau pada anak itu sendiri, dapat meningkatkan kadar timah dalam darah.
12. Merkuri
Autisme juga disebutkan berhubungan dengan keracunan merkuri. Merkuri bisa ditemukan di kosmetik, vaksin, dan lain-lain. Perlu ada penelitian lanjutan yang dapat mendukung pernyataan tentang merkuri dan autisme ini.
13. Ibu yang bersikap dingin
Seorang psikolog anak, Bruno Bettelheim percaya bahwa autisme berhubungan dengan trauma masa kecil. Orang tua terutama ibu bisa menjadi penyebab anak menderita autisme. Leo Kenner juga menyebutkan bahwa orang tua yang bersikap dingin dapat menyebabkan autisme. Namun teori ini meragukan karena Bettelheim ternyata pernah berbuat curang dalam laporan penyembuhan yang ia lakukan.
14. Sosial
Teori konstruksi sosial menyebutkan bahwa batasan antara normal dan tidak normal ditentukan secara subyektif sehingga autisme bisa jadi tidak ada secara obyektif, tapi hanya berupa konstruksi sosial. Hal ini bisa kita lihat di negara kita yang baru marak dengan autisme beberapa tahun belakangan. Sebelumnya anak yang berperilaku autis dianggap memang demikian adanya.
Anak yang mengalami autisme dapat hidup secara normal dengan melakukan beberapa terapi. Terapi-terapi untuk menangani masalah autisme antara lain :
Anak autisme memang sulit untuk bersosialiasi dan berkomunikasi dengan orang lain sehingga perlu terapi dalam hal perilaku dan komunikasi. Terapi perilaku bisa berupa mendorong perilaku positif dan melarang perilaku negatif. Caranya bisa dengan memberikan penghargaan atau hadiah jika mereka melakukan perilaku positif. Terapi komunikasi juga diperlukan sehingga anak dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan baik. Terapi-terapi untuk anak autis ini bisa ditemui di pusat terapi khusus anak autis.
Terapi obat yang diberikan lebih kepada obat untuk mengendalikan gejala-gejala autisme yang berdampak negatif. Misalnya saja terapi obat untuk mengatasi perilaku agresif atau hiperaktif. Anak-anak autisme memang cenderung hiperaktif dan tidak bisa diam. Jika berlebihan hal tersebut tentu tidak baik bagi diri mereka dan lingkungannya sehingga perlu diredam sedikit. Perilaku agresif tanpa mempedulikan orang lain juga dapat berakibat buruk pada anak-anak dan lingkungannya sehingga juga perlu dikendalikan.
Seiring populernya autisme, maka bermunculan juga klinik-klinik pengobatan alternatif yang mengklaim dapat menyembuhkan autisme. Pengobatan alternatif sendiri tidak disarankan oleh dokter. Walaupun demikian ternyata banyak orang tua yang mencoba cara ini walaupun kadang berbahaya. Orang tua sebaiknya tidak langsung percaya pada metode alternatif yang belum teruji apalagi masalah autisme memang bukan sekedar penyakit fisik saja yang dapat diobati oleh obat tertentu.
Tak sedikit orang tua yang kadang tidak menyadari bahwa anaknya menderita autisme, terutama yang kurang pengetahuan atau berada di tempat yang terpencil. Anak sejatinya membutuhkan kasih sayang dari orang tua mereka sehingga mereka akan merasa nyaman walaupun anak autis sulit untuk berhubungan dengan orang lain. Jika perilaku anak masih dapat terkontrol dengan baik maka orang tua tidak perlu terlalu khawatir pada anak autis. Anak autis juga dapat menjadi anak yang pintar dan berprestasi seperti anak-anak lainnya jika mampu diarahkan dengan tepat.
Info seputar kesehatan anak lainnya yang perlu diketahui :
Periode tunggu saat melakukan program kehamilan seperti bayi tabung ataupun IVF memang mendebarkan. Sehingga beberapa…
Haid dengan siklus yang normal setiap bulannya akan memiliki interval waktu yang sama, yakni sekitar…
Program embrio transfer atau paling umum dikenal sebagai program dalam kehamilan cukup banyak dilakukan oleh…
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah masalah yang banyak dialami pasangan sehingga harus menunggu cukup lama sampai…
Di dalam tubuh wanita, terdapat dua hormon penting yang dikenal sebagai hormon reproduksi, yakni estrogen…
Hormon di dalam tubuh manusia bermacam-macam, sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.…