Tulang belakang atau tulang punggung (back bone) adalah bagian penting dari tubuh manusia. Peranan utamnya yakni sebagai penyokong badan sehingga kita bisa berdiri dengan tegak. Namun demikian, tulang punggung juga rentan mengalami gangguan. Salah satunya kifosis atau bungkuk tulang.
Sebagian besar dari kita mungkin mengira bahwa penyakit tulang bungkuk hanya diderita oleh orang berusia lanjut. Tapi faktanya tidak seperti demikian. Menurut penelitian, bayi juga berisiko mengidap penyakit tulang bungkung. Apabila hal ini sampai terjadi tentunya akan menimbulkan berbagai masalah di kehidupan masa depannya. Si anak mungkin tidak hanya minder, tapi juga mengalami kelelahan otot, nyeri dan punggung terasa kaku. Nah, dibawah ini beberapa faktor penyebab bayi bungkuk. Simak yuk!
Baca juga:
Saat baru dilahirkan kondisi tulang belakang bayi umumnya masih lemah. Apabila bayi kekurangan gizi, maka tulangnya menjadi sangat rentan mengalami gangguan misalnya saja kifosis. Hal ini dikarenakan tulang kekurangan nutrisi sehingga tidak mampu menyangga postur tubuh.
Untuk mencegah hal tersebut, pertama cukupilah kebutuhan ASI bayi. Di dalam ASI terkandung kalsium yang berguna untuk memperkuat tulang. Kemudian, saat bayi memasuki usia lebih dari 6 bulan dan diperbolehkan mengonsumsi MPASI, mulailah dengan memperkenalkan susu sapi. Secara bertahap, berikan pula makanan-makanan penguat tulang seperti ubi-ubian, kacang merah, jeruk dan makanan lain tinggi kalsium. Di samping itu, pastikan bayi memperoleh cukup vitamin D dari paparan sinar matahari pagi. Tak lupa pula, sesekali ajaklah bayi untuk berenang ke kolam renang khusus bayi dengan pelatih profesional. (Baca juga: Efek bayi tidak minum ASI–Penyebab bayi tidak mau minum ASI)
Informasi pola makan bayi :
Penyebab bayi bungkuk berikutnya adalah cacat bawaan. Beberapa bayi mengalami tulang bungkuk sejak berada di dalam rahim. Kondisi ini bisa disebabkan oleh faktor genetik, bilamana ada keluarga dengan riwayat kelainan tulang kifosis maka bayi juga berisiko mengalami hal yang sama. Untuk mengatasi hal ini, biasanya dokter menyarankan penanganan lewat operasi agar kifosis tidak semakin parah. Bunda juga dianjurkan untuk meningkatakan pemberian asupan nutrisi seperti ASI, susu sapi, vitamin D, dan makanan sumber kalsium lainnya. (Baca juga: Tanda-tanda janin cacat–Penyebab bayi lahir cacat)
Bunda, pastikan menggendong bayi dengan posisi yang benar. Salah mengendong bisa-bisa menyebabkan kelainan pada tulang bayi, salah satunya yang mungkin adalah kifosis. Saat bunda mengendong bayi dengan selendang, usahakan agar tulang punggung bayi tidak meliuk atau tertekuk. Apabila bayi digendong dengan posisi tulang punggung menekuk dalam jangka waktu lama maka bukan tak mungkin ia akan mengalami bungkuk.
Di samping itu, menggendong bayi menghadap depan juga tidak disarankan. Bayi cenderung merasa tidak nyaman saat tubuhnya digendong menghadap depan. Ia tidak memiliki tempat pegangan, punggungnya juga cenderung menekuk ke depan. Hal ini juga menjadi pemicu penyebab bayi bungkuk. (Baca juga: Manfaat menggendong bayi)
Penyebab bayi bungkuk selanjutnya yang cukup sering terjadi adalah cedera atau adanya luka pada bagian tulang bayi. Kondisi ini bisa disebabkan bayi terjatuh saat digendong atau terjatuh dari tempat tidur sehingga menyebabkan bayi mengalami retak atau patah tulang (fraktur). Risiko kelainan tulang belakang juga meningkat pada bayi dilahirkan secara sungsang, dimana kepala atau bahu keluar terlebih dahulu. (Baca juga: Efek bayi jatuh dari temapt tidur)
Ada beberapa orang tua yang tidak sabar dengan perkembangan anaknya, sehingga tak jarang mereka memaksakan bayinya untuk duduk padahal belum saatnya. Tindakan memaksakan bayi duduk pada usia dini ini bisa memicu terjadinya kelainan tulang belakang. Sebab otot-otot punggung, bahu, pinggang dan perut bayi masih lemah dan belum kuat. Bila dipaksakan bisa menyebabkan cedera. Umumnya bayi mulai belajar duduk sejak usinya 4 atau 5 bulan. Bayi tidak bisa langsung duduk dengan baik, proses pembelajarannya secara bertahap. Di usia 7-9 bulan biasanya bayi sudah bisa duduk dengan stabil. (Baca juga: Cara melatih bayi agar cepat duduk)
Seorang bayi yang mengidap sindrom tertentu juga menjadi pemicu kelainan punggung bungkuk. Misalnya saja sindrom Prader-willi. Sindrom ini dikarenakan kelainan kromosom. Porsentasenya memang sedikit, biasanya penderita sindrom ini memiliki ciri-ciri badan gemuk, mudah lapar dan beberapa juga bungkuk.
Jenis sindrom lain yang menjadi penyebab punggung bungkuk yakni sindrom Marfan. Sindrom ini sangat jarang terjadi, penyebabnya dikarenakan gangguan pada jaringan ikat tubuh. Ciri-ciri orang yang mengidap sindrom marfan umumnya bertubuh kurus, struktur giginya tidak beraturan, mata cekung dan tulang belakang melekung. (Baca juga: Sindrom baby blues–Hidrosefalus pada bayi)
Baca juga:
Apakah bunda sering meletakkan bantal di kepala bayi saat si bayi tertidur? Menurut penelitian, pemberian bantal terlalu tinggi dan tebal bisa mempengaruhi bentuk tubuh bayi khususnya pada bagian tulang belakang. Hal ini meningkatkan risiko bayi sakit punggung dan leher. Di samping itu, pemberian bantal juga memicu sesak nafas, alergi dan iritasi, terlebih lagi jika bantal berbahan poliester. Di Amerika, kasus SIDS (sindrom kematian mendadak pada bayi) sering dikaitkan dengan pemberian bantal saat tidur. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, dokter menyarankan agar bayi tidak perlu diberikan bantal saat tidur. Kecuali usianya telah mencapai 2 tahun barulah boleh mengenakan bantal karena otot-otot leher bayi juga sudah mulai kuat.
Baca juga:
Tips Mencegah Bayi Bungkuk
Terdapat beberapa cara yang bisa bunda lakukan untuk mencegah bayi bungkuk, diantaranya ialah:
Baca juga:
Demikianlah informasi mengenai penyebab bayi bungkuk dan cara pencegahannya. Apabila bunda menemukan sesuatu abnormal dalam diri bayi, sebaiknya segeralah memeriksakan bayi ke dokter untuk mencegah terjadinya hal yang lebih parah.
Periode tunggu saat melakukan program kehamilan seperti bayi tabung ataupun IVF memang mendebarkan. Sehingga beberapa…
Haid dengan siklus yang normal setiap bulannya akan memiliki interval waktu yang sama, yakni sekitar…
Program embrio transfer atau paling umum dikenal sebagai program dalam kehamilan cukup banyak dilakukan oleh…
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah masalah yang banyak dialami pasangan sehingga harus menunggu cukup lama sampai…
Di dalam tubuh wanita, terdapat dua hormon penting yang dikenal sebagai hormon reproduksi, yakni estrogen…
Hormon di dalam tubuh manusia bermacam-macam, sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.…