Imunisasi adalah sebuah cara untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara memasukkan bibit penyakit tertentu yang sudah dilemahkan. Kemudian bahan inilah yang akan membuat respon imunitas untuk tubuh,dan tubuh bisa memiliki sistem kekebalan dengan cara yang sudah teratur. Imunisasi bisa dikatakan berhasil jika sistem kekebalan tubuh bisa membuat respon yang sangat cepat dengan membangkitkan memori sel kemudian menyebar ke semua bagian tubuh dan menangkis semua penyakit yang sesuai dengan jenis vaksin. Antigen dalam vaksin yang dimasukkan lewat suntikan saat imunisasi sebenarnya dikembangkan di laboratorium. Bahan pengawet dan stabilisator dicampurkan untuk membangkitkan sistem kekebalan tubuh. Imunisasi menggunakan vaksin yang bisa menyebabkan efek seperti obat.
Baca juga: imunisasi BCG pada bayi – vaksin BCG pada bayi – bahaya bayi tidak imunisasi.
Bahaya imunisasi masih menjadi pertimbangan fakta atau mitos saja, berikut ini mitos bahaya yang perlu Anda ketahui.
1. Resiko Tubuh Mudah Tertular Penyakit
Imunisasi sebenarnya bekerja untuk melawan penyakit tertentu dengan membuat sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh ini diatur dalam tubuh sesuai dengan antigen yang dimasukkan ke dalam tubuh seseorang. Namun setiap negara biasanya memiliki jenis penyebaran penyakit yang berbeda. Ketika imunisasi diberikan untuk jenis penyakit tertentu, maka ketika orang itu pergi ke sebuah negara lain masih bisa tertular penyakit. Penyakit ini biasanya hanya berkembang di negara atau daerah tertentu. Virus akan masuk ke dalam tubuh lebih cepat dan kemudian menyerang tubuh lebih cepat. Jadi resiko tertular penyakit akan tetap ada. (baca juga: cara menjaga bayi agar tidak mudah sakit)
2. Memperburuk Kondisi Autisme
Beberapa anak atau bayi yang menderita penyakit autis, bisa menerima bahaya yang lebih buruk. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Andrew Wakefield membuktikan jika imunisasi bisa menyebabkan kondisi yang lebih buruk pada autisme. Beberapa imunisasi untuk mencegah penyakit gondok dan campak sudah terbukti. Namun penelitian ini dibantah dan hasil penelitian itu belum terbukti hingga saat ini. Penyakit autisme adalah kondisi yang sudah terbawa sejak dalam rahim dan resiko imunisasi bisa menjadi lebih berat. Jadi inilah bahaya yang sebenarnya untuk penderita autisme.
Baca juga: penyebab anak hiperaktif dan cara mengatasinya bagi orang tua – penyebab anak autis dan cara mengatasinya – ciri ciri anak autis sejak bayi
3. Merusak Sistem Kekebalan Alami Tubuh
Imunisasi juga bisa menyebabkan sistem kekebalan alami rusak sehingga tubuh mudah terserang penyakit. Ketika tubuh bisa membuat sistem kekebalan alami maka sebenarnya tubuh bisa menolak penyakit dengan baik. Kondisi ini bisa dibandingkan dengan kekebalan buatan yang berasal dari vaksin yang sudah dimasukkan ke dalam tubuh. Hanya reaksi sakit yang lebih parah bisa muncul ketika tubuh bekerja dengan sistem kekebalan alami. Jadi kondisi ini memang sesuai dengan keadaan kesehatan tubuh. (Baca juga: tips agar anak balita tidak mudah sakit)
4. Merkuri dan Aluminium dalam Vaksin Merusak Sistem Syaraf
Bahan vaksin yang digunakan untuk imunisasi menggunakan stabilisator. Bahan yang digunakan adalah berupa merkuri dan aluminium. Bahan yang bekerja dengan bahan pengawet dalam vaksin ini bisa membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Namun ternyata efek dari kedua bahan ini sangat berat untuk sistem syaraf. Pada awalnya efek ini hanya terjadi pada bekas suntikan saja, namun ternyata setelah beberapa jam bahan menyebar ke semua bagian tubuh. Merkuri dalah logam berat yang bisa menyebabkan kerusakan syaraf berat. Dan hingga saat ini resiko ini belum mendapatkan penelitian yang serius.
5. Membuat Tubuh Mengalami Resistensi Terhadap Obat Tertentu
Vaksin yang dimasukkan dalam imunisasi bisa membuat tubuh mengalami reaksi berlebihan terhadap beberapa jenis penyakit tertentu. Resistensi ini terjadi ketika obat sama sekali tidak bisa menghancurkan penyakit dan justru memperburuk kondisi penyakit. Salah satu contohnya adalah ketika imunisasi DPT bisa menyebabkan batuk rejan yang lebih parah dan sulit untuk diobati. Jadi imunisasi bisa memicu jenis penyakit baru dalam tubuh dengan kondisi yang lebih parah. Sistem kekebalan tubuh sudah mengalami gangguan dan sulit untuk mendorong kekebalan tubuh alami melawan penyakit.(baca juga: bahaya antibiotik bagi ibu hamil dan janin)
6. Mendorong Kontaminasi Virus
Vaksin yang diproduksi secara khusus di dalam laboratorium bisa menyebabkan kontaminasi yang sangat berbahaya. Beberapa buktinya adalah vaksin polio yang ditumbuhkan di dalam tubuh monyet bisa menyebabkan virus baru pada ginjal monyet dan memicu kanker pada manusia. Kanker yang sering menjadi resiko adalah seperti kanker tulang dan kanker otak. Kemudian ketika seseorang terkena virus ini maka penyebaran virus bisa menjadi lebih cepat, sehingga kontaminasi virus akan lebih cepat.
7. Demam
Demam menjadi salah satu efek samping imunisasi yang sangat sering terjadi. Kondisi ini sangat umum, namun juga bisa menjadi sangat serius. Demam bisa menjadi reaksi dalam tubuh karena tubuh mendapatkan obat dari vaksin yang sudah dimasukkan. (baca juga: menjemur bayi saat demam)
Cara perawatan demam setelah imunisasi:
8. Nyeri pada Bekas Suntikan
Nyeri pada bekas suntikan hampir selalu terjadi setelah imunisasi. Reaksi ini juga bisa muncul pada orang dewasa yang menerima vaksin. Biasanya nyeri disertai dengan bekas kemerahan, gatal yang berlebihan, sensasi panas, sakit jika disentuh dan bengkak.Cara perawatan untuk nyeri bekas suntikan dengan mengompres pada daerah bekas suntikan. Kompres dengan air hangat bisa mengurangi rasa tidak nyaman.
9. Muntah
Muntah bisa terjadi pada beberapa bayi dan anak yang baru saja menerima imunisasi. Dan pada orang dewasa sering disertai dengan pingsan atau sakit kepala. Jika hal ini terjadi maka cukup berikan cairan sehingga bisa mencegah dehidrasi. Jika muntah berlebihan maka segera bawa anak Anda ke dokter terdekat. (baca juga: gumoh pada bayi setelah minum susu)
10. Rewel dan Tidak Nafsu Makan
Bayi dan anak-anak yang menerima imunisasi juga sering rewel dan sulit untuk makan. Pada umumnya kondisi ini muncul akibat beberapa reaksi yang lain seperti demam, sering muntah dan sakit pada bekas suntikan. Jika hal ini terjadi maka bantu anak dengan menggendong atau menghiburnya. (Baca juga: penyebab bayi menangis terus – manfaat menggendong bayi baru lahir dan < 2 tahun)
11. Alergi atau Anafilaksis
Alergi yang parah bisa terjadi pada anak atau bayi yang menerima imunisasi. Namun kondisi ini sangat jarang terjadi. Anafilaksis adalah kondisi alergi yang sangat serius dan bisa menyebabkan kematian. (baca juga: gejala alergi susu sapi pada bayi – akut dan kronis)
Gejala anafilaksis
Perawatan : Tindakan perawatan untuk anafilaksis harus dilakukan dengan sangat cepat. Jika hal ini terjadi maka segera bawa anak Anda ke rumah sakit terdekat. Anak Anda membutuhkan semua obat untuk mengatasi gejala dan mengurangi resiko yang fatal.
Untuk mencegah berbagai bahaya imunisasi maka Anda bisa melakukan berbagai persiapan. Umumnya imunisasi untuk bayi dan anak sudah terprogram dari dokter anak yang merawat anak Anda. Semua jadwal ini sudah ditentukan oleh tanggalnya sehingga Anda bisa melakukan berbagai persiapan, sebagai berikut:
Jika Anda melakukan imunisasi di rumah sakit, maka Anda cukup mengikuti program yang sudah dibuat oleh dokter anak. Jadwal akan dibuat sesuai dengan umur anak atau bayi Anda. Sebelum melakukan imunisasi maka buat jadwal dengan dokter anak Anda. Bicarakan dengan dokter mengenai reaksi imunisasi sebelumnya. Cara ini bisa membantu dokter mengenali riwayat vaksin sebelumnya dan mencegah bahaya.
Istirahat yang cukup sebelum dan sesudah imunisasi sangat penting untuk anak-anak dan bayi. Istirahat yang cukup sebelum imunisasi bisa membantu tubuh memiliki kesehatan yang baik saat imunisasi. Sementara tidur yang cukup setelah imunisasi bisa membantu meningkatkan kekebalan tubuh akibat vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh.
Baca juga: pola tidur bayi 0-12 bulan – posisi tidur bayi yang baik dan benar – bayi tidur tengkurap – bahaya, manfaat dan tips sehat.
Untuk mengatasi beberapa reaksi yang parah maka ibu bisa memberikan obat untuk bayi dan anak – anak. Obat harus diberikan setelah imunisasi dan harus sesuai dengan resep dokter. Terkadang beberapa bayi dan anak-anak sama sekali tidak memerlukan obat untuk mengatasi efek imunisasi. Jadi sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan anak setelah imunisasi.
Jika Anda mengasuh bayi sebaiknya berikan ASI selama setidaknya tiga bulan sebelum imunisasi. Dan hasilnya akan lebih bagus untuk bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. ASI bisa membantu mengatasi berbagai efek buruk setelah imunisasi. ASI bisa bekerja untuk meningkatkan imunitas dalam tubuh bayi. Bahkan efek ASI sangat baik dibandingkan obat-obatan. (baca juga: manfaat memberikan ASI bagi ibu – cara memperbanyak ASI kembali).
Bayi atau anak yang akan menerima imunisasi sebaiknya mendapatkan pemeriksaan kesehatan. Imunisasi membutuhkan sistem kekebalan tubuh yang baik sehingga ketika sakit maka tidak boleh menerima imunisasi. Biasanya dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan seperti berat badan, tekanan darah, suhu tubuh, dan penilaian faktor kesehatan lain. Jika bayi atau anak sedang sakit sebaiknya tidak dilakukan imunisasi.
Bayi dan anak-anak yang mendapatkan nutrisi sehat sebelum dan setelah imunisasi bisa memiliki kesehatan yang lebih baik. Nutrisi yang sehat dan cukup juga bisa mencegah efek buruk dari imunisasi. Berikut ini tips untuk menjaga nutrisi yang penuh untuk bayi dan anak-anak.
Beberapa bahan yang ditemukan pada vaksin adalah seperti antigen, antibiotik, adjuvant, bahan pengawet dan stabilisator. Berikut ini beberapa bahan vaksin dan fungsinya.
1. Thimerosal (ethylmercury)
2. Formaldehida
3. Aluminium
4. Bahan Antibiotik
5. Gelatin
6. MSG (Monosodium Glutamate)
Imunisasi masih menjadi pertentangan hingga saat ini. Karena itu ada orang tua yang melakukan imunisasi dan juga tidak melakukan imunisasi untuk anak. Berkonsultasi dengan pihak medis sangat penting untuk membahas mengenai reaksi dan kemungkinan bahaya imunisasi untuk anak Anda.
Periode tunggu saat melakukan program kehamilan seperti bayi tabung ataupun IVF memang mendebarkan. Sehingga beberapa…
Haid dengan siklus yang normal setiap bulannya akan memiliki interval waktu yang sama, yakni sekitar…
Program embrio transfer atau paling umum dikenal sebagai program dalam kehamilan cukup banyak dilakukan oleh…
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah masalah yang banyak dialami pasangan sehingga harus menunggu cukup lama sampai…
Di dalam tubuh wanita, terdapat dua hormon penting yang dikenal sebagai hormon reproduksi, yakni estrogen…
Hormon di dalam tubuh manusia bermacam-macam, sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.…