Selama hamil maka ibu hamil bisa mengalami berbagai gangguan kehamilan yang meningkatkan resiko untuk ibu dan janin. Kelainan ini bisa terjadi karena berbagai masalah baik selama hamil maupun semenjak ibu belum hamil. Salah satu masalah yang sangat mengkhawatirkan adalah oligohidramnion. Oligohidramnion merupakan sebuah kondisi tidak normal selama hamil yang membuat pengurangan cairan amnion atau cairan yang ada di sekitar bayi dalam rahim. Cairan amnion memang sangat penting karena bisa membantu perkembangan janin dalam rahim. Oligohidramnion biasanya akan terjadi selama trimester ketiga.
Penyebab oligohidramnion
Ketika janin yang ada dalam kandungan sehat maka ibu biasanya juga tidak akan mengalami oligohidramnion. Namun ketika ada masalah seperti cacat janin dalam kandungan maka kondisi ini bisa terjadi semenjak kehamilan masuk ke trimester ketiga atau lebih awal. Ada beberapa kelainan yang terjadi pada bayi yang sering membuat ibu hamil mengalami oligohidramnion, seperti: (baca: penyebab air ketuban sedikit)
(Baca: penyebab janin kekurangan oksigen dalam kandungan – penyebab janin cacat sejak dalam kandungan dan pencegahannya – penyebab bayi lahir prematur)
Kemudian penyebab lain dari oligohidramnion adalah masalah gangguan plasenta. Gangguan plasenta bisa menyebabkan tidak cukup darah dan nutrisi yang mengalir ke bayi. Akibatnya maka bayi tidak bisa mengalami perkembangan yang baik dan bahkan tidak bisa memperbarui cairan amnion. Kondisi ini juga bisa menyebabkan bayi lahir prematur dan lahir dengan berat badan yang rendah.
Baca juga:
Membran amnion bisa pecah atau bocor selama kehamilan. Kondisi ini bisa menyebabkan tetesan cairan amnion yang keluar secara perlahan. Ketika terjadi dalam waktu kehamilan trimester ketiga maka biasanya ibu mendapatkan perlakuan untuk mengurangi tingkat kebocoran. Namun ketika air ketuban pecah dini maka pertimbangan lain bisa dilakukan. Air ketuban pecah dini bisa membutuhkan perawatan darurat termasuk dengan persalinan caesar. (Baca: ciri-ciri air ketuban pecah merembes – tanda air ketuban merembes – air ketuban sedikit)
Beberapa ibu hamil juga bisa mengalami kehamilan setelah kehamilan. Ini berarti bahwa bayi yang seharusnya sudah lahir ternyata tidak lahir dan masa kehamilan ibu bisa menjadi lebih lama dan mencapai lebih dari 42 minggu. Kondisi ini bisa menyebabkan air ketuban merembes secara lambat dan akibatnya fungsi plasenta juga akan menurun. Bayi dalam kandungan juga sudah tidak bisa menghasilkan cairan dengan baik sehingga cairan amnion juga akan semakin sedikit. (baca: hamil lebih dari 40 minggu – penyebab bayi terlambat lahir)
Kekurangan cairan atau dehidrasi yang terjadi pada ibu hamil memang bisa sangat berbahaya untuk janin. Tubuh ibu hamil sebenarnya membutuhkan cairan yang lebih tinggi dibandingkan ibu yang tidak hamil. Ada banyak penyebab dehidrasi seperti misalnya ketika morning sickness parah dan ibu tidak bisa minum dengan baik. Kemudian ibu hamil yang kelelahan, tinggal dalam cuaca yang terlalu panas, dan tidak mendapatkan cairan yang cukup maka akan mengalami dehidrasi. Untuk mencegahnya maka ibu hamil harus minum cairan secara teratur. (baca: bahaya dehidrasi bagi ibu hamil – tanda tanda dehidrasi pada ibu hamil)
Penyakit tekanan darah tinggi pada ibu hamil juga bisa menyebabkan cairan amnion sangat sedikit. Ketika ibu sedang hamil sebenarnya membutuhkan aliran darah yang lancar. Volume darah dalam tubuh ibu hamil juga akan tinggi karena darah diperlukan untuk membantu perkembangan janin dan membuat janin bisa menerima nutrisi yang tepat. Namun karena ada masalah tekanan darah tinggi maka tubuh ibu hamil terhambat menghasilkan aliran darah. Kemudian bayi dalam kandungan juga bisa kekurangan oksigen dan nutrisi serta tidak bisa mendaur ulang cairan amnion. (Baca juga: darah tinggi pada ibu hamil – hipertensi dalam kehamilan – cara mencegah hipertensi pada ibu hamil)
Salah satu gangguan kehamilan yang sering dialami oleh ibu hamil ketika sudah masuk trimester ketiga adalah preeklampsia. Ini adalah sebuah penyakit atau kelainan pada ibu hamil yang menyebabkan tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Kemudian semua sistem dalam tubuh ibu hamil akan mengalami kelainan atau tidak bekerja seperti biasanya. Preeklampsia bisa menyebabkan resiko yang lebih buruk termasuk kematian janin akibat kurang oksigen dan juga resiko buruk pada ibu. (Baca: gejala preeklampsia pada ibu hamil)
Jenis diabetes yang dialami oleh ibu hamil yaitu diabetes gestasional bisa menyebabkan cairan amnion dalam kandungan ibu akan terus menurun. Penyakit diabetes bisa dialami oleh ibu hamil yang memang sudah mengalami gangguan diabetes maupun tidak ada bawaan sama sekali. Penyakit ini menyebabkan kadar gula darah dalam tubuh ibu sangat tinggi sehingga ibu juga perlu membatasi cairan dan makanan yang masuk. Dampaknya maka bayi dalam kandungan bisa memiliki kemampuan yang kurang untuk menghasilkan cairan amnion. (Baca: tanda tanda diabetes pada ibu hamil – ibu hamil muda cepat lapar – mudah lapar tanda hamil)
Hipoksia kronis adalah sebuah kondisi ketika dalam tubuh ibu hamil tidak terdapat oksigen yang cukup atau tingkat oksigen sangat rendah. Kondisi ini tidak terjadi secara mendadak sehingga umumnya juga berkaitan dengan masalah kesehatan ibu hamil. Beberapa penyebab yang paling sering termasuk seperti alergi anafilaksis, penyakit asma, obesitas pada ibu hamil, penyakit paru-paru, penyakit pneumonia dan kebiasan ibu hamil merokok saat sebelum dan saat hamil. Menggunakan beberapa jenis obat saat hamil juga bisa memicu kondisi ini. (baca: penanganan bayi asfiksia)
Ibu hamil yang memiliki janin kembar juga bisa terkena oligohidramnion. Semua jenis kembar dan kelipatan bisa menyebabkan cairan amnion menjadi lebih rendah. Hal ini juga dipengaruhi dari adanya masalah sindrom transfusi antar kembar yang menyebabkan satu bayi mendaparkan cairan amnion yang tinggi sementara yang lain tidak.
Informasi hamil kembar:
Ketika ibu hamil menggunakan obat maka memang harus dipertimbangkan secara medis. Ada beberapa jenis obat yang bisa menyebabkan dampak oligohidramnion termasuk seperti obat inhibitor ACE dan beberapa golongan NSAID. Jika ibu hamil harus menggunakan obat ini maka dokter bisa memutuskan apakah harus mengganti obat atau mengurangi dosis obat. (Baca: bahaya antibiotik bagi ibu hamil – bahaya ekstasi bagi ibu hamil – obat tambah darah untuk ibu hamil)
Penyakit lupus yang terjadi pada ibu hamil juga bisa menyebabkan cairan amnion menjadi lebih rendah. Penyakit ini akan menyebabkan sistem kekebalan tubuh ibu hamil justru menyerang tubuh ibu sendiri. Akibatnya maka bisa membuat ginjal tidak berfungsi dengan baik dan terkadang juga bisa membuat semua organ tubuh ibu hamil tidak berfungsi dengan baik. Semua ini bisa menyebabkan janin dalam rahim tidak bisa mengeluarkan air seni dengan baik dan mulai mengalami kondisi yang berbahaya.
Gejala oligohidramnion
Biasanya oligohidramnion memang tidak menunjukkan gejala yang jelas. Beberapa ibu hamil terdeteksi mengalami kondisi ini ketika melakukan pemeriksaan rutin. Namun jika ibu khawatir maka bisa melihat beberapa tanda umum dibawah ini:
Umumnya ketika tidak terjadi oligohidramnion maka cairan ketuban berada dalam batas yang normal. Namu ketika ibu mengalami oligohidramnion maka cairan ketuban akan berkurang secara terus menerus. Dengan pemeriksaan USG maka biasanya jumlah cairan ketuban akan terdeteksi dan dokter bisa memberikan diagnosa.
Kemudian karena oligohidramnion maka tonjolan janin juga bisa terlihat tidak normal. Dalam hal ini ibu hamil bisa mengamati sendiri karena kondisi janin yang terlihat berubah. Ketika ada jumlah cairan yang cukup maka perut ibu terlihat dengan tonjolan yang sempurna. Namun ketika tidak ada maka bagian yang kosong akan terlihat dan ini bisa membuat ibu merasakan sensasi yang aneh.
Informasi perkembangan janin:
Ketika cairan amnion semakin sedikit maka juga bisa menyebabkan perkembangan janin dalam rahim tidak terlalu baik. Hal ini terjadi karena pertumbuhan janin yang seharusnya mendapatkan dukungan dari cairan amnion tidak terjadi secara normal. Janin mungkin juga akan mengalami kekurangan nutrisi sehingga berat dan ukuran janin terlihat tidak normal dibandingkan umur kehamilan. (baca: cara meningkatkan berat badan janin – tanda janin tidak berkembang)
Dalam kehamilan maka ibu harus melakukan pemeriksaan secara rutin. Dengan pemeriksaan ini maka dokter atau bidan bisa mengukur tinggi fundus. Semakin pendek tinggi fundus maka bisa mengindikasikan ibu hamil mengalami oligohidramnion. (baca: antenatal care – palpasi abdomen pada kehamilan)
Kemudian ketika ibu terkena oligohidramnion maka bisa menyebabkan ibu mengalami sensasi basah terus menerus. Kondisi ini akan terjadi karena kantung amnion sudah pecah sehingga kebocoran air ketuban akan keluar melewati vagina. Ini termasuk tanda yang jelas sehingga ibu seharusnya sudah waspada.
Kemudian tanda fisik yang lain adalah ketika ibu mengalami kekosongan atau perasaan ukuran perut yang mengecil dari waktu ke waktu. Kondisi ini mungkin bisa dirasakan oleh ibu karena terlihat adanya pengurangan tekanan pda perut.
Resiko oligohidramnion
Oligohidramnion memang bisa meningkatkan beberapa resiko masalah kehamilan sesuai dengan kapan kondisi ini terjadi. Berikut ini beberapa resiko komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan janin ketika mengalami oligohidramnion.
Ketika oligohidramnion terjadi pada trimester pertama maka resiko pada janin memang menjadi sangat besar. Salah satunya adalah masalah cacat lahir yang bisa menyebabkan bayi lahir dengan organ fisik yang tidak lengkap, bayi tidak memiliki organ dalam yang lengkap dan masalah fisik seperti kaki bengkok dan jenis cacat lain. Semua ini terjadi karena pada masa trimester pertama maka pertumbuhan janin harus terjadi dengan lengkap. Dan kekurangan cairan amnion menyebabkan bayi tidak menerima nutrisi yang dibutuhkan dan juga adanya resiko warisan cacat genetik. (Baca juga: penyebab janin kekurangan oksigen dalam kandungan – penyebab janin cacat sejak dalam kandungan dan pencegahannya – penyebab bayi lahir prematur)
Ketika ibu hamil mengalami oligohidramnion maka juga bisa mengalami persalinan prematur. Persalinan prematur terjadi karena cairan ketuban sudah berkurang terus menerus sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Lahir prematur bisa menyebabkan resiko lain termasuk pertumbuhan organ dalam bayi yang belum sempurna, bentuk organ fisik bayi yang belum sempurna dan resiko komplikasi setelah dilahirkan.
Baca:
Banyak ibu hamil yang mengalami oligohidramnion dan tidak mendapatkan perawatan yang tepat maka akan mengalami keguguran. Kondisi ini terjadi ketika bayi mengalami perhentikan pertumbuhan, tidak mendapatkan oksigen yang cukup, kurangnya kemampuan bayi untuk adaptasi dan masalah kesehatan bayi yang lain. Dampaknya maka bisa membuat bayi meninggal dalam kandungan sehingga memicu keguguran.
Informasi penyebab keguguran:
Lalu oligohidramnion juga bisa menyebabkan bayi yang dilahirkan akan meninggal tidak lama setelah dilahirkan. Kondisi ini bisa berhubungan dengan kesehatan bayi yang sangat rendah, persalinan prematur dan ketidakmampuan bayi untuk bertahan. Ketika bayi yang dilahirkan masih berusia muda maka juga kemungkinan sulit untuk bisa bertahan. (baca: janin yang meninggal dalam kandungan)
Kemudian masalah yang lain adalah ketika bayi tidak bisa mendapatkan oksigen dan nutrisi lain yang dibutuhkan. Hal ini bisa menyebabkan bayi tidak bisa mendapatkan pertumbuhan yang seharusnya. Masalah ini juga bisa dipicu karena adanya kompresi pada tali pusar sehingga bayi tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi. Pembatasan pertumbuhan pada bayi bisa membuat bayi lahir dengan berat badan yang rendah, bayi lahir dengan cacat fisik dan berbagai masalah cacat organ tubuh yang lain. (baca: gangguan tumbuh kembang anak)
Informasi perkembangan anak sehat:
Ketika cairan amnion semakin rendah maka dokter bisa memberikan pertimbangan untuk melakukan tindakan caesar. Tindakan ini dilakukan untuk membantu menyelamatkan ibu dan janin dalam kandungan. Persalinan caesar bisa memberi dampak yang kurang baik untuk ibu termasuk trauma dan rasa sakit berlebihan setelah persalinan.
Baca:
Perawatan oligohidramnion
Ketika ibu mengalami oligohidramnion maka dokter akan melakukan beberapa pengujian seperti melihat perkembangan paru-paru bayi, memantau detak jantung bayi dan melihat gerakan bayi. Semua itu bisa dilakukan dengan alat USG. Jika oligohidramnion terjadi pada trimester ketiga atau menjelang persalinan maka dokter bisa memasukkan cairan natrium klorida ke bagian rongga amnion dengan menggunakan alat kateter intrauterine.
Ketika ibu hamil mengalami oligohidramnion maka dokter juga bisa membantu mengelola cairan amnion. Caranya dilakukan dengan alat untuk memantau amnion dan mengurangi kemungkinan besar cairan amnion keluar dari tubuh. Namun ternyata metode ini bisa menyebabkan kondisi berbahaya untuk perkembangan ginjal dan paru-paru bayi.
Kemudian dokter juga bisa memberikan suntikan cairan melalui proses amniosentesis yang akan dilakukan sebelum melahirkan. Dokter bisa membantu proses ini dan memperbaiki pertumbuhan janin sebelum dilahirkan. Namun proses ini dikhawatirkan tidak nyaman untuk ibu hamil.
Kemudian ibu hamil juga bisa mendapatkan cairan baik itu melalui oral ataupun cairan infus. Minum dengan jumlah yang ditentukan oleh dokter akan membantu ibu hamil bisa mendapatkan cairan yang cukup. Namun semua program ini harus diatus oleh dokter yang merawat.
Kemudian cara yang lain adalah ketika ibu mengalami oligohidramnion menjelang persalinan maka ibu sebaiknya mendapatkan tindakan bed rest. Ini adalah sebuah istilah istirahat total di atas tempat tidur dan semua gerakan ibu hamil akan dibatasi. Tindakan ini biasanya dilakukan di rumah sakit untuk membantu ibu bisa istirahat dengan baik.
Ketika ibu mengalami oligohidramnion parah pada trimester pertama maka dokter bisa merekomendasikan penghentikan kehamilan. Ini berarti bahwa ibu akan kehilangan janin secara sengaja dengan metode yang ditawarkan oleh dokter. Ibu juga harus melewati proses kuret untuk membersihkan janin. (baca: akibat keguguran)
Oligohidramnion pada ibu hamil memang bukan kondisi yang menyenangkan dan bisa membuat ibu dan bayi berada dalam bahaya. Ketika sudah mengenali semua gejala maka segera lakukan konsultasi ke dokter sehingga ibu dan janin bisa mendapatkan perawatan yang tepat.
Periode tunggu saat melakukan program kehamilan seperti bayi tabung ataupun IVF memang mendebarkan. Sehingga beberapa…
Haid dengan siklus yang normal setiap bulannya akan memiliki interval waktu yang sama, yakni sekitar…
Program embrio transfer atau paling umum dikenal sebagai program dalam kehamilan cukup banyak dilakukan oleh…
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah masalah yang banyak dialami pasangan sehingga harus menunggu cukup lama sampai…
Di dalam tubuh wanita, terdapat dua hormon penting yang dikenal sebagai hormon reproduksi, yakni estrogen…
Hormon di dalam tubuh manusia bermacam-macam, sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.…