Anak yang mengompol merupakan hal yang sering terjadi. Apalagi saat anak mulai lepas dari popok maka tidak mengherankan jika akan sering mengompol terutama saat malam hari tiba.
Namun, kebiasaan ini pun harus segera dihentikan sebab akan sangat memalukan ketika dia sudah dewasa tetapi masih memiliki kebiasaan mengompol.
Untuk itu, perlu beberapa bimbingan tepat yang harus diberikan sehingga anak tidak terbiasa ngompol saat tidur atau pada saat tengah malam. Agar lebih jelas, berikut tips-tips yang bisa Anda ikuti.
1. AJarkan Buang Air Kecil Sebelum Tidur
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengajak anak buang air kecil terlebih dahulu sebelum tidur.
Keinginan buang air kecil bisa muncul jika anak banyak minum sebelumnya.
Oleh sebab itu, usahakan anak sudah buang air kecil saat setengah jam sebelum tidur.
Kalaupun anak tidak banyak minum, sebaiknya tetap lakukan buang air kecil. Jika sudah, barulah Anda ajak anak untuk tidur.
2. Hindari Minuman yang Membuatnya Buang Air Kecil Terlalu Sering
Nah, beberapa orang tua banyak yang tidak menyadari bahwa banyak minuman yang dapat merangsang anak untuk buang air kecil.
Contohnya seperti coklat panas, susu, dan juga teh hangat. Hal tersebut dikarenakan minuman tersebut cukup mengandung kafein.
Meskipun kadarnya tidak sebanyak pada kopi, namun kadar kafein yang terkandung pada minuman tersebut dapat memicu anak untuk buang air kecil. Jika anak sempat meminumnya, maka gunakan cara pertama.
3. Mengatur Jadwal
Salah satu cara berikutnya untuk mengurangi anak sering ngompol adalah dengan melakukan jadwal rutin.
Contohnya pada pagi dan siang hari anak boleh minum sepuasnya. Akan tetapi pada sore sampai malam hari, sebaiknya kurangi minum yang terlalu banyak.
Contoh lainnya adalah jika anak mulai merasakan ingin buang air kecil, maka arahkan agar dia langsung ke kamar mandi.
Setelah mengatur jadwal tersebut, selanjutnya Anda catat perkembangan anak saat mengompol apakah semakin sering atau semakin sedikit.
Jika durasi mengompolnya lebih sedikit maka program yang Anda lakukan sudah benar.
4. Berikan Arahan
Anak-anak masih belum mengetahui kalau dia tidak menggunakan popok lagi.
Maka dari itu, Anda harus sering memberikan pengarahan pada anak bahwa jika ingin pipis segera ke kamar mandi.
Jika anak merasa takut ke kamar mandi sendirian, Anda bisa berikan pengarahan pada anak agar membangunkan Anda untuk mengantarnya ke kamar mandi. Meskipun begitu, Anda juga harus mengajari anak pipis sendirian.
5. Sesekali Beri Penghargaan Pada Anak
Umumnya anak akan lebih bersemangat jika diberi hadiah. Hal tersebut juga tidak berbeda dengan kasus ini. jika anak berhasil untuk tidak mengompol dalam satu minggu, maka cobalah beri dia hadiah.
Bentuk hadiahnya tidak harus dalam bentuk barang saja. Anda bisa memberi hadiah dalam bentuk lainnya seperti mengajaknya jalan-jalan, berwisata ke tempat yang disukai anak, dan sebagainya. Memberikan hadiah pada anak dapat memotivasinya untuk melakukan perbuatan baik.
6. Menggunakan Alarm
Menggunakan teknik alarm bisa menjadi solusi selanjutnya. Alarm digunakan agar anak bangun dan langsung pergi ke toilet.
Setelah itu, alarm kembali di reset sehingga anak bisa bangun tepat waktu. Teknik ini sering digunakan orang tua di luar negeri seperti Amerika Serikat.
Hanya saja, metode ini perlu ada latihannya karena hasilnya tidak selalu sama dengan apa yang diperkirakan.
Artinya keberhasilan menggunakan alarm ini sangat bergantung pada anak itu sendiri.
7. Jangan Langsung Memarahinya
Perlu Anda ketahui bahwa ngompol adalah reaksi yang tidak disengaja oleh anak. Ngompol terjadi ketika anak masih tertidur.
Apalagi dampak membentak anak malah akan melukai sisi psikologisnya sehingga dia akan ketakutan.
Perlu Anda ketahui juga bahwa anak yang masih mengompol juga memiliki berbagai faktor.
Bisa itu karena faktor belum terbiasa saja atau bisa jadi karena ada penyakit tertentu di dalam tubuhnya.
8. Periksakan ke Dokter
Hal yang berbahaya adalah jika anak sering mengompol karena terkena penyakit tertentu.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa anak yang masih mengompol bisa jadi ada dua faktor. Pertama adalah kebiasaan dan kedua adalah ada kelainan.