Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah metode yang sangat penting untuk dilakukan oleh setiap dokter atau bidan. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi fisik bayi, apakah normal ataukah ada tanda-tanda cacat serta gangguan kesehatan lainnya.
Sebagaimana diketahui, kondisi bayi baru lahir sangat lemah. Setelah berbulan-bulan hidup dalam rahim dan bernafas lewat cairan ketuban (amniom), saat lahir bayi harus beradaptasi dengan dunia. Organ paru-parunya juga mulai bekerja untuk mengatur sistem pernafasan. Initnya, ada banyak perubahan fisiologik yang dialami bayi. Maka itu, perlu adanya pemeriksaan fisik secara lengkap sebelum bayi dipulangkan ke rumah.
Umumnya pemeriksaan fisik bayi baru lahir dilakukan sebanyak 3 kali, yakni:
Nah, berikut ini beberapa tahap pemeriksaan fisik bayi baru lahir lengkap!
Baca juga: Penyebab belum lahi padahal sudah waktunya – Penyebab bayi terlambat lahir – Bahaya janin terlalu lama dikandung
Pemeriksaan tahap awal dilakukan segera setelah bayi dilahirkan. Umumnya saat bayi berada di ruang bersalin. Pemeriksaan ini meliputi:
A. Pemeriksaan Score APGAR
Pemeriksaan score APGAR adalah metode akurat untuk menentukan kondisi bayi baru lahir secara cepat. Pemeriksaan ini meliputi warna kulit, denyut jantung, kepekaan reflek bayi, tonus otot dan sistem pernafasannya. Dengan dilakukannya penentuan nilai APGAR, nantinya dokter bisa memutuskan untuk melakukan tindakan darurat pada bayi atau tidak.
Penilaian APGAR ini dilakukan secara berulang-ulang, pada 5 menit pertama bayi dilahirkan, 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 24 menit. Apabila bayi memperoleh total keseluruhan nilai APGAR 10, maka bayi dinyatakan sehat. Sebaliknya jika nilai APGAR dibawah 5 berarti bayi membutuhkan perawatan intensif.
Cara menentukan nilai APGAR
Nilai APGAR 0 : kulit bayi berwarna biru pucat (sianosis)
Nilai APGAR 1 : kulit bayi kemerahan dengan tangan dan kaki berwarna biru
Nilai APGAR 2: kulit bayi berwarna kemerahan atau merah muda
Nilai APGAR 0 : tidak ada denyut jantung
Nilai APGAR 1 : denyut jantung kurang dari 100 per menit
Nilai APGAR 2: denyut jantung lebih dari 100 per menit
Nilai APGAR 0 : tidak ada respon
Nilai APGAR 1 : meringis atau menangis lemah
Nilai APGAR 2: respon kuat
Nilai APGAR 0 : tidak ada gerakan
Nilai APGAR 1 : gerakan lemah pada tangan dan kaki
Nilai APGAR 2: gerakan akti
Nilai APGAR 0 : tidak ada nafas
Nilai APGAR 1 : nafas tidak teratur
Nilai APGAR 2: nafas normal dna teratur
B. Pemeriksaan Anamnesa
Pemeriksaan ini meliputi pengumpulan data-data yang berkaitan dengan kondisi bayi. Nantinya data tersebut dijadihan bahan dasar untuk penentuanya adanya kelainan kongenital atau tidak. Ibu akan ditanya beberapa hal meliputih riwayat kehamilan dan keluarga. Serta bagaimana pola hidup selama mengandung.
Beberapa hal yang menjadi poin penting di pemeriksaan ini, yakni:
C. Pemeriksaan Tali Pusat
Pemeriksaan tali pusat dilakukan untuk mendukung data amnanesis. Dengan melihat kondisi tali pusat (mulai dari teksturnya, kesegarannya, jumlah pembuluh darah arteri dan vena, serta ada tidaknya tali simpul) dokter dapat mendiagnosis gangguan pada sistem kardiovaskular bayi. Serta pada sistem pernafasan, urogenital (organ reproduksi dan sistem kemih) dan pencernaan. (baca: janin terlilit tali pusat)
D. Pemeriksan Cairan Ketuban (Amniom)
Selain dilakukan pada saat kehamilan, pemeriksaan cairan ketuban juga masuk prosedur pemeriksaan setelah melahirkan. Pemeriksaan ini meliputi vomule dan warna ketuban. Tujuannya untuk mengetahui adanya kelainan kromosom atau ganggulan lain pada si bayi, misalnya gangguan ginjal, paru-paru dan sendi.
Baca: Bahaya bayi minum air ketuban hijau– Penyebab air ketuban sedikit – Ciri-ciri air ketuban pecah/merembes, Ciri-ciri air ketuban kering–Akibat kelebihan air ketuban– Air ketuban sedikit saat hamil
E. Pemeriksaan Plasenta
Pemeriksaan plasenta juga dilakukan untuk memastikan kondisi bayi baru lahir. Apakah benar-benar sehat ataukah ada gangguan kesehatan. Cara pemeriksaan plasenta ini meliputi beberap hal, yakni:
(baca: plasenta letak rendah – Ciri kehamilan bermasalah)
Pemeriksaan fisik secara lengkap dilakukan saat kondisi bayi sudah stabil dan berada di ruang perawatan yang terang, hangat dan bersih. Pemeriksaan fisik ini meliputi
A. Pemeriksaan Komponen Pertumbuhan (atropometrik)
Pertama dilkaukan pemeriksaan paling ringan, yaitu komponen-komponen pertumbuhan pada bayi yang terdiri dari berat badan, tinggi, lingkar dada dan lingkar kepala.
Berat badan normal: 2,5 – 4 kg
Tinggi badan normal: 48- 52 cm
Lingkar dada normal: 32 – 35 cm
Lingkar kepala normal: 32 – 37 cm
B. Pemeriksaan Bagian Kepala
Saat dilahirkan, terkadang bayi mengalami cedera ringan di bagian kepalanya akibat tekanan-tekanan tertentu. Misalnya kondisi wajah yang sedikit tidak rata (asimetris), caput suksedangeum (pembengkakan pada kulit kepala yang berisi getah bening) atau cephal hematoma (pendarahan dari lapisan subperiosteum). (baca: Hidrosefalus pada bayi – Operasi hidrosefalus pada bayi)
C. Pemeriksaan Mulut
Pemeriksaan mulut juga dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada bayi, seperti hipersaliva (produksi air liur yang berlebihan), labiopalatoskisis (kelainan pada daerah mulut, misalnya bibir sumbing) dan sebagainya. (baca: Penyebab bayi lahir sumbing – Cara merawat bayi dengan bibir sumbing)
D. Pemeriksaan Sistem Indera
Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya gangguan sistem sensorik pada bayi, serta diagnosis cacat fisik. Pemeriksaan ini meliputi:
Baca juga: penyebab janin cacat sejak dalam kandungan – ciri ciri anak keterbelakangan mental – gangguan tumbuh kembang anak–Tanda-tanda janin cacat
E. Pemeriksaan Organ Pada Bagian Dada
Kondisi organ bagian dalam tubuh juga penting untuk diperiksa guna memastikan tidak ada kelainan. Umumnya pemeriksaan pada bagian dada dilakukan melalui pengukuran denyut jantung, pernafasan, dan payudara.
F. Pemeriksaan Organ Pada Bagian Perut (Abdomen)
Organ di bagian perut juga memerlukan pemeriksaan untuk memastikan fungsi kerjanya normal dan tidak ada kelainan. Organ-organ tersebut meliputi ginjal, hati, limpa, lambung, dan usus. Salah satu cara untuk memastikan kondisi organ pencernaan bayi sehat, yakni bayi mengeluarkan air kencing dan mekonium (feses yang bewarna hijau kehitaman) dalam 24 jam pertama setelah dilahirkan. (baca: Tanda-tanda bayi susah BAB)
G. Pemeriksaan Leher
Struktur dan bentuk leher juga perlu diperiksa untuk mendeteksi ada tidaknya kelainan kongetinal. Bagaimana refleks leher, apakah ada pembengkakan kelenjar getah bening atau kelenjar tiroid, semuanya akan diperiksa secara mendetail.
Baca juga:
H. Pemeriksaan Tulang Belakang
Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat apakah ada gangguan tulang, seperti skoliosis, kifosis dan lordosis. Selain itu, dokter juga memperhatikan adanya pembangkakan, kemerahan atau keabnormalan lain. (baca: penyebab bayi bungkuk – Akibat kekurangan kalsium pada bayi – Akibat kekurangan kalsium pada anak – Manfaat kalsium bagi ibu hamil)
I. Pemeriksaan Panggul, Paha dan Betis
Selain tulang belakang, bagian tubuh lain seperti panggul, paha dan betis juga dilakukan pemeriksaan. Dokter akan melakukan gerakan-gerakan tertentu pada bayi untuk menguji fungsi kerja bagian-bagian tubuh tersebut.
J. Pemeriksaan Genetelia (Alat Kelamin)
Pemeriksaan genetelia dilakukan dengan cara melihat kelengkapan dan struktur kelamin bayi. Apabila dia berkelamin laki-laki, maka normalnya memliki dua skrotum (pembungkus testis atau buah zakar) diantara anus dan penis. Sedangkan perempuan terdapat labia minora (di bagian dalam) dan labia mayora (di bagian luar). (baca: fimosis – penanganan fimosis pada bayi)
K. Pemeriksaan Anus
Pada bayi normal, posisi anus berada di belakang kemaluan. Dokter juga perlu mematiskan apakah ada masalah anus buntu atau tidak. Seorang bayi yang mengalami gangguan anus buntu biasanya tidak bisa mengeluarkan mekonium. (baca: Cara Mengatasi Bayi Jarang Pipis– tanda tanda bayi dehidrasi)
L. Pemeriksaan Suhu Tubuh
Untuk mendeteksi adanya gangguan hipotermia, hipertermia, dehidrasi, infeksi atau gangguan lain, perlu dilakukan pemeriksaan suhu tubuh bayi. Umumnya seorang bayi normal memiliki suhu sekitar 36,5 0C– 37 0C.
Baca juga:
M. Pemeriksaan Syaraf
Untuk memeriksa fungsi kerja syaraf bayi biasanya dokter melakukan pengujian gerak refleks, yang meliputi:
N. Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan dengan tensimeter atau sfignomanometer ai raksa. Alat ini dipasang pada lengan atas bayi secara perlahan saat bayi telentang. Normalnya bayi baru lahir memiliki tekanan darah 60-80/40-50 mmHg.
Baca juga: gejala preeklampsia pada ibu hamil– penyebab hipertensi pada ibu hamil– hipertensi dalam kehamilan –Cara mencegah hipertensi pada ibu hamil)
O. Pemeriksaan Denyut Nadi
Pemeriksaan denyut nadi umumnya dilakukan saat bayi dalam kondisi tidur. Dokter melakukan pengukuran dengan meraba pembuluh darah arteri yang terletak pada tangan kanan bayi. Normalnya denyut nadi bayi baru lahir berkisar 140 kali per menit.
P. Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan ini meliputi tulang gerak bagian atas (ekstremitas atas-lengan tangan) dan bagian bawah (ekstremitas bawah – kaki).
Baca juga: cara menjaga agar bayi tidak mudah sakit– cara agar balita tidak mudah sakit–tips agar anak tidak mudah sakit–tips agar anak balita tidak mudah sakit
Pemeriksaan tahap akhir dilakukan beberapa jam sebelum bayi pulang. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada perubahan dari hasil pemeriksaan sebelumnya. Sehingga nantinya dokter bisa memutuskan ada tidaknya kelainan pada bayi. Pemeriksaa ini meliputi:
Apabila tidak ditemukan adanya kelaianan maka bayi akan segera diperbolehkan pulang, kira-kira hanya sekitar 1-2 hari. Sedangkan jika bayi didiagnosis mengidap kelainan tertentu, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan tahap lanjut untuk si bayi. Dengan demikian, bayi perlu dirawat lebih lama lagi.
Baca juga: Tanda anak kurang gizi yang harus diperhatikan–Menu sehat untuk anak kurang gizi– Makanan yang Baik Untuk Otak janin dalam kandungan
Demikianlah penjelasan mengenai pemeriksaan fisik bayi baru lahir lengkap. Semoga bermanfaat dan dapat membantu.
Periode tunggu saat melakukan program kehamilan seperti bayi tabung ataupun IVF memang mendebarkan. Sehingga beberapa…
Haid dengan siklus yang normal setiap bulannya akan memiliki interval waktu yang sama, yakni sekitar…
Program embrio transfer atau paling umum dikenal sebagai program dalam kehamilan cukup banyak dilakukan oleh…
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah masalah yang banyak dialami pasangan sehingga harus menunggu cukup lama sampai…
Di dalam tubuh wanita, terdapat dua hormon penting yang dikenal sebagai hormon reproduksi, yakni estrogen…
Hormon di dalam tubuh manusia bermacam-macam, sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.…