7 Penyebab Anak Cuek Pada Orang tua dan Cara Mengatasinya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tidak ada satu orang tua pun di dunia ini yang menginginkan anak keras kepala atau anak yang tidak penurut. Pasti setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang berbakti dan menjadi anak yang dapat di nasehati.

Namun, tak semua orang tua paham bahwa anak-anak juga mengalami proses pubertas yang umumnya menjadikan tingkah mereka terlihat seperti tak acuh, cuek atau abai terhadap orang tua.

Seorang anak dengan sikap acuh tak acuh seperti itu juga akan memiliki kesan keras kepala dan nakal, dan orang tua pasti bingung dengan perilaku acuh tak acuh anak.

Perilaku acuh tak acuh yang diperlihatkan anak seringkali membuat orang tua mempersepsikannya sebagai sikap memberontak. Akibatnya, orang tua sering memarahi anaknya dan kecewa dengan sikap anaknya. Padahal ada cara mendidik anak yang baik agar anak patuh dan toleran kepada orang tua.

Efek jangka panjangnya adalah orang tua membenci anak-anaknya. Padahal menurut penelitian, anak berkinginan agar anak mandiri sesuai caranya sendiri. Tapi kita juga wajib tahu cara mendidik anak agar mandiri dengan benar.

Agar tidak terjadi hal demikian, para orang tua diharapkan agar memahami lebih dahulu penyebab dari sifat cuek atau abai yang dilakukan oleh anak. Berikut ini adalah penyebab anak cuek pada orang tua.

1. Kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak

Hal pertama yang wajib diketahui oleh orang tua adalah apakah orang tua sudah berusaha membangun komunikasi dua arah yang baik dengan anak? Karena pada dasarnya, komunikasi atau manfaat quality time bersama keluarga dapat mengatasi berbagai persoalan.

Termasuk rasa cuek yang diberikan anak-anak kepada orang tuanya. Memang ada beberapa anak yang kesulitan dalam membangun komunikasi kepada ayah dan ibunya.

Kesulitan berkomunikasi atau sekedar menceritakan hari kepada orang tuanya ini berasal dari kebiasaan yang sudah terbentuk semenjak dini, sehingga anak akan kesulitan dalam memulai komunikasi tentang apa yang ia rasakan.

Hal lain yang juga dapat terjadi adalah saat anak di fase pra remaja. Biasanya di fase ini hubungan antara anak dan orang tua seakan mempunyai pembatas dan orang tua wajib tahu cara mendidik anak remaja agar bertanggung jawab agar anak lebih terkontrol ke depannya.

Anak akan berusaha memilih dan memilah apa yang harus disampaikan dan apa yang tidak. Sehingga sudah seperti terbiasa membuat sebuah rahasia.

Fase ini jika diabaikan terlalu lama akan menciptakan suasana renggang dan segan satu sama lain. Yang pada akhirnya akan menghambat atau bahkan menghilangkan komunikasi dan hubungan itu sendiri.

Komunikasi yang kurang dapat menyebabkan seorang anak akan terbiasa tidak berkomunikasi dengan orang tua, dan hal tersebutlah yang menyebabkan kerenggangan hubungan semakin parah.

2. Banyaknya kritikan dari orang tua

Mengkritik bagi sebagian orang tua sudah menjadi hal yang biasa, dan bahkan saking terbiasa nya sifat ini keluar secara alami walau tanpa disadari. Padahal, kritik merupakan hal yang paling tidak membuat anak nyaman.

Terlalu banyak dikritik anak akan beranggapan bahwa orang tuanya tidak bisa memahami keinginan mereka, mulai dari kesukaan sampai hal-hal yang tidak disukai, ia merasa segala usaha yang sudah dilakukan nya adalah sebuah hal yang sia-sia.

Hal tersebut akan terus berjalan dan ia rasakan setiap harinya. Semakin ia rasakan akan semakin tidak mungkin ada komunikasi dia arah yang tercipta antara anak dengan orang tua.

Anak akan lebih memilih melawan yang diperintahkan oleh orang tua daripada menurutinya. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab anak membenci ibu nya.

Sebab itu ada baiknya orang tua harus percaya akan apa yang sudah dilakukan dan dikatakan oleh anak, dan biarkan ia memutuskan segala sesuatu yang dijalaninya.

Kita sebagai orang tua sembari mengawasi tugas kita membenarkan apabila keputusan yang diambil salah, dengan teguran yang tidak terkesan menegur, namun justru mengajak komunikasi. Apresiasi jika keputusan anak sudah benar dan hargai usaha yang sudah ia lakukan.

3. Lingkungan yang buruk

Faktor lingkungan juga termasuk ke dalam faktor pengaruh terkuat untuk pembentukan pribadi anak. Kepribadian anak bisa jadi berbeda dengan apa yang diajarkan sang orang tua kepada anak.

Jik ia tumbuh di lingkungan yang menunjukkan bahwa membangkang kepada orang tua adalah hal yang biasa, ia pun akan terbiasa melakukan hal tersebut kepada kedua orang tuanya. Agar tidak menjadi pribadi yang demikian ada cara membentuk kepribadian anak yang baik yang harus diketahui.

Bahkan jika dibiarkan seperti itu, ia akan terus melakukan kebiasaan jelek tersebut, karena terjadi pembiaran terhadap perilaku tersebut. Oleh sebab itu peran kita sebagai orang tua adalah mengawasi ruang lingkup pergaulan anak, terutama saat pertama ia bersosialisasi dengan orang lain.

Orang tua harus dapat bertindak tegas kepada anak jika ia melakukan kesalahan. Berikan contoh apa yang ia boleh lakukan dan mana yang tidak boleh ia lakukan.

Dan yang terpenting, orang tua harus memastikan lingkungan yang ditinggali anak adalah lingkungan yang baik dan mendukung perbuatan baiknya.

4. Terlalu dimanja

Hal selanjutnya adalah sifat manja yang dibiasakan kepada anak. Memanjakan anak dengan berusaha yang terbaik bagi anak adalah hal yang baik, namun apabila berlebihan justru menjadi efek yang buruk kepada anak.

Para orang tua yang terbiasa mengiyakan segala hal yang diinginkan anak akan semakin mebuat anak merasa di atas angin. Anak akan sulit mengatur emosi dan sulit menerima keadaan jika ada hal yang tidak sesuai dengan yang dia inginkan.

Selain itu, anak juga akan kurang menghormati orang tua karena orang tua seolah tidak ada wibawanya. Orang tua yang hanya menjadi tempat untuk anaknya meminta, tanpa pernah memberinya arahan maupun penjelasan akan membuat anak memahami bahwa peran orang tua sebatas menyediakan apa yang anak inginkan.

Pembiaran yang dilakukan tanpa teguran terhadap hal salah yang dilakukan anak akan menjadikan anak egois dan tidak mempedulikan sekitar atau hal yang tidak sesuai harapannya.

Hal tersebut jika diteruskan akan membuat anak menutup telinga terhadap saran dan nasihat yang dilontarkan oleh orang terdekatnya.

Jadi sebagai orang tua, kita harus mendidik secara tegas apabila yang dilakukan oleh anak salah. Bila perlu berikan hukuman atau sanksi jika hal yang sudah tidak diperbolehkan dilanggar oleh anak.

Hal ini demi mendidik anak supaya menjadi pribadi yang lebih baik lagi ke depannya.

5. Berbicara terlalu lama

Hal yang paling membosankan bagi seorang anak adalah mereka harus mendengarkan ocehan panjang lebar dari orang tuanya.

Itu tidak akan dipahami, tetapi akan benar-benar masuk ke telinga kanan dan meninggalkan telinga kiri.

Jangan gunakan sarkasme atau kode yang menguji anak-anak. Ekspresikan pendapat Anda secara deklaratif dalam waktu 10 detik.

6. Sering ulangi

Meski tidak panjang, hati-hati dengan kalimat pendek yang berulang-ulang. Pada awalnya, anak mungkin mendengarkan dan menurut.

Namun, karena pengulangannya terlalu sering, Anda akan dinilai anak sebagai cerewet. Alhasil, kalimat itu menjadi “Angin Terakhir”.

7. Terlalu sering berteriak

Sesekali mengeluarkan suara melengking untuk menegaskan maksud Anda memang membuat anak Anda lebih fokus mendengarkan.

Namun, jika Anda menggunakan nada tinggi atau bahkan berteriak setiap kali, anak-anak akan benar-benar frustrasi dan menutup telinga mereka. Alih-alih memperhatikan, mereka akan menghindari Anda.

Peran yang baik tersebut akan lebih baik lagi jika disertai contoh perbuatan, sehingga anak akan menjadi pribadi yang sesuai dengan keinginan orang tua dalam artian yang positif.

Problematika dengan remaja juga kerap menyulitkan orang tua untuk sekedar mengajak komunikasi dua arah, yang sering terjadi malah anak terkesan cuek kepada orang tuanya. Sifat pembangkang yang saat kecil tidak pernah dimiliki oleh anak, kini saat remaja mulai hadir diantara ego anak.

Tumbuh kembang yang dirasakan oleh anak ini adalah hal yang lumrah terjadi sebenarnya. Ia hanya mengekspresikan hal yang ingin ia beritahukan kepada orang tuanya adalah sesuatu yang wajar. Namun tetap saja, jika orang tua terlambat menangani sifat ini, tentu saja akan semakin memperburuk hubungan orang tua dengan anak.

Cara Mengatasi anak cuek

Menjadi orang yang acuh tentu merugikan orang-orang di sekitar kita. Karena kita akan dianggap sebagai orang yang tidak peduli dengan diri sendiri dan lingkungan atas ketidakpedulian ini. Apatis bukan hanya sesuatu yang dilakukan orang dewasa.

Tapi bisa juga terjadi pada anak-anak. Anak-anak jahil ini seringkali tidak menuruti perintah orang tuanya. Ini juga bisa menjadi kegagalan untuk mengikuti peraturan sekolah.

Maka dari itu berikut cara mengatasinya.

  • Ajari anak tentang perasaan

Untuk mengatasi anak yang gampang pemarah, kita sebagai orang tua selalu belajar untuk tidak putus ada. Ajari secara perlahan tentang perasaan terhadap sesama.

Berlakukan hal yang serupa jika ia menyakiti perasaan orang lain. Jadikan posisi nya sebagai orang yang tersakiti dan tanyakan anak apa yang dirasakannya saat disakiti.

  • Beritahukan kepada anak-anak apa yang dilakukan saat marah

Jika mulai merasakan amarah, berikan informasi kepada anak apa yang harus dilakukan. Misalnya menghitung sampai 10 sembari mengatur napas. Jika masih tidak bisa, suruh berbaring dan berikan relaksasi pada anak.

  • Jangan pernah mengalah pada anak

Saat tantrum, pasti seorang ibu akan merasakan panik. Sebaiknya yg dilakukan ibu adalah, jangan panik! Tetap tenang dan jangan mengiyakan permintaan anak jika permintaan itu salah.

Hal ini akan mengajarkan pada anak bahwa hal tersebut memang tidak diperbolehkan dan tidak dapat ditawar. Secara perlahan anak akan mengerti dan tidak akan mengulang kesalahannya lagi.

  • Berikan hukuman yang wajar

Jika bersalah, selain tidak mengalah kita juga harus memberlakukan hukuman kepada anak. Dengan syarat, hal ini memang sudah dalam batas keterlaluan. Jika kita terus memaklumi sikapnya yang demikian, anak akan merasa di atas awan dan semua hal yang dilakukan nya adalah benar.

fbWhatsappTwitterLinkedIn