Bayi jarang BAB tapi sering kentut

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Bayi baru lahir masih dalam konsisi tubuh dan organ yang masih rentan. Oleh karenanya, tubuh bayi rentan mengalami gangguan kesehatan. Salah satu masalah yang sering terjadi pada bayi berupa gangguan saluran cerna. Contohnya seperti bayi tidak BAB 3 hari, atau hingga bayi tidak BAB seminggu. Keadaan berupa bayi jarang BAB tapi sering kentut bisa juga menjadi tanda dari masalah saluran cerna. Gejala ini belum begitu serius, sebab bisa saja akan kembali pulih. Namun apa bila terus-menerus demikian, maka bisa jadi ada masalah dan dapat menjadi resiko kesehatan bagi bayi.

Resiko kesehatan

Penyebab bayi tidak BAB atau jarang BAB dan hanya kentut bisa karena berbagai hal, bisa jadi akan mengalami beberapa resiko gangguan saluran pencernaan. Kentut merupakan pertanda berjalannya fungsi saluran cerna. Namun dalam keadaan sehari-hari sulit untuk mengamati bayi kentut. Bisa jadi keadaan tersebut menjadi pertanda menurunnya fungsi saluran cerna. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai penyebab, bisa karena ada gangguan pada organ cerna. Beberapa resiko saluran cerna yang mungkin terjadi bisa berupa:

1. Saluran cerna menjadi tak berfungsi

Keadaan tidak bab namun masih kentut bisa jadi menunjukkan kemunduran fungsi saluran cerna. Hal yang ditakuti dari gangguan ini, bisa menyebabkan usus yang mengalami penurunan fungsi menjadi sama sekali tak berfungsi. Akibatnya justru yang awalnya kentut bahkan menjadi tidak kentut. Kondisi ini dapat sangat berbahaya menyebabkan berbagai gejala saluran cerna lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa utus memang mengalami penyumbatan atau tak berfungsi sehingga kotoran maupun gas akan terjebak di dalam perut atau saluran cerna.

2. Bayi muntah

Resiko yang timbul lainnya sebagai dampak dari saluran cerna adalah muntah walau penyebab bayi muntah ada banyak. Hal ini dikarenakan ASI yang di berikan tidak dapat dicerna akibat gerakan usus (peristaltik) tidak normal. Sehingga ASI atau susu yang masuk ke dalam lambung akan kembali dimuntahkan oleh bayi. Hal ini dapat terus berlanjut jika penyebab gangguan saluran cerna tidak diatasi. Akibatnya bayi tidak akan mendapat nutrisi yang cukup. Di sisi lain akibat muntah yang sedikit encer terjadi, dapat masuk ke dalam saluran napas seperti paru-paru dan dapat menyebabkan gangguan napas dan beresiko pada nyawa bayi.

3. Infeksi

Akibat tidak lancarnya saluran cerna, maka kotoran yang tidak keluar akan semakin mengendap dan dapat menjadi sumber patogen bakteri-bakteri di saluran cerna. Lama-kelamaan bakteri tersebut akan semakin banyak dan dapat menginfeksi usus. Akibat infeksi ini lama-kelamaan dapat menyebabkan usus kemudian meradang dan mudah pecah, sehingga infeksi kemudian menyebar keseluruh rongga perut dan membahayakan nyawa bayi.

4. Demam

Biasanya akibat gangguan saluran cerna yang terjadi, bayi dapat mengalami demam. Hal ini dikarenakan terjadinya infeksi pada usus sebelumnya. Dampak infeksi saluran cerna bisa menyebabkan terjadinya sepsis pada bayi. Disisi lain, akibat meningkatnya jumlah bakteri patogen, maka tubuh akan berusaha mematikan bakteri tersebut dengan cara meningkatkan suhu tubuh sebagai metode pertahanan tubuh sederhana. Sebab banyak bakteri tidak dapat bertahan pada suhu tinggi. Namun keadaan demam sangat tidak nyaman bahkan dapat menyebabkan gangguan kesadaran jika demam tinggi. Dampak demam dapat menyebabkan kejang atau step, sehingga harus dihindari dengan cara menurunkan panas pada bayi.

5. Gizi buruk

Keadaan tubuh dimana saluran cerna tidak berfungsi disertai muntah membuat sulitnya nutrisi masuk dan diserap oleh tubuh. Maka bayi lama-kelamaan akan mengalami kekurangan gizi bahkan dapat menjadi gizi buruk. Hal ini diperparah dengan kondisi infeksi yang terjadi, yang mana tubuh membutuhkan nutrisi dan energi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

Perawatan yang dapat dilakukan

Hal yang perlu diperhatikan jika kondisi ini terjadi pada bayi adalah:

1. Segera ke dokter

Segera berkunjung ke dokter atau rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan dan perawatan jika perlu.

2. Bayi dipuasakan

Setelah pemeriksaan oleh dokter, biasanya jika memang saluran cerna bayi bermasalah dan tidak berfungsi, maka biasanya dokter meminta bayi dipuasakan. Hal ini bertujuan agar mencegah bayi mengalami muntah yang dapat beresiko pada saluran napas. Namun untuk puasa, bayi biasanya perlu dipasang infus.

3. Pemasangan infus

Pemasangan infus biasanya disertai jika bayi dipuasakan (tidak diberi ASI dan susu, atau makan lain). Hal ini bertujuan agar nutrisi bayi tetap terpenuhi dan juga tidak mengalami dehidrasi. Biasanya kondisi demam dan infeksi juga memerlukan pemasangan infus untuk pemberian antibiotik.

4. Jangan memberikan makanan padat

Secara turun-temurun, di masyarakat berkembang kebiasaan untuk memberikan pisang, bubur, atau jenis makanan lain pada bayi yang belum lama lahir. Padahal hal ini belum dapat dilakukan. Sebab pola makan bayi 1 bulan hingga 6 bulan belum dapat mengkonsumsi makanan padat atau setengah padat tersebut, karena  saluran cerna belum sempurna sehingga sebaiknya hanya mengkonsumsi susu. Pemberian makanan padat atau setengah padat terlalu awal menyebabkan gangguan saluran cerna, penyumbatan usus, tersedak dan resiko lain. Oleh karenanya, pemberian makanan setengah padat seperti bubur saring diberikan bila diatas 6 bulan.

5. Jangan mengurut perut bayi

Apa bila bayi tidak bab, maka jangan mengurut perut bayi. Sebab hal ini tidak akan memberikan manfaat lebih baik, malah dapat menyebabkan bayi menjadi refluks (susu dimuntahkan), tersedak, dan mencederai organ bayi.

6. Periksa bagian dubur

Biasanya bayi tidak bab juga disebabkan kelainan pada anatomi dan fungsi pada dubur bayi. Oleh karenanya, periksa dubur bayi karena biasanya lubang dubur tidak terbentuk sempurna. Segera kunjungi dokter.

7. Stimulasi dubur

Biasanya saluran cerna tidak berjalan lancar karena gerakan usus (peristaltik) tidak berjalan normal dan cenderung lambat. Hal ini bisa dikarenakan penyumbatan sebagian pada saluran usus atau memang usus belum berfungsi baik. Karena itu, biasanya saluran cerna di stimulasi dengan cara menggunakan sarung tangan elastis yang steril yang diberi gel (bila tidak ada, bisa minyak kelapa) pada bagian kelingking (sebaiknya jari tidak terlalu besar). Lalu kelingking dimasukkan sekitar 1 sampai 2 sentimeter kedalam dubur bayi untuk menstimulasi usus. Kelingking kemudian digerakkan seperti memijat dinding dubur secara berputar. Hal ini dapat dilakukan 2 kali dalam sehari. Namun apabila saat kelingking masuk dan tiba-tiba kotoran bayi langsung menyembur, maka segera ke dokter.

8. Kompres demam

Cara mengatasi demam pada bayi bila suhu tubuhnya panas, dapat dilakukan kompres dengan air hangat. Namun perlu diperhatikan, jangan sampai kondisi basa saat kompres tersebut membuat tubuh bayi mudah kehilangan panas tubuhnya

fbWhatsappTwitterLinkedIn