Categories: Sakit

Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir : Penyebab – Gejala – Risiko dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Asfiksia atau asfiksia neonatorum merupakan gangguan kesehatan yang dialami oleh bayi baru lahir, dimana tubuh bayi kekurangan oksigen sehingga mengakibatkan kesulitan bernafas dan kondisinya juga tampak lemah. Keadaan asfiksia biasanya sudah terindikasi sejak bayi di dalam rahim. Penyebabnya bisa dikarenakan adanya kelainan pada rahim, gangguan kesehatan ibu atau proses persalinan yang berat.

Mengingat kasus asfiksia cukup sering terjadi pada bayi baru lahir, maka kali ini kami akan menyajikan pembahasan tentang asfiksia. Mulai dari gejala, penyebab, risiko hingga penanganannya. Baca terus ya!

Baca juga: asfiksiapenanganan bayi asfiksia – penyebab asfiksia pada bayi baru lahir

Gejala

Seorang bayi yang menderita asfiksia dapat dikenali dari gejalanya. Diantaranya yaitu:

  • Ritme pernafasan tidak teratur
  • Terkadang terdengar suara seperti dengkuran
  • Pernafasan juga lambat
  • Bayi terlihat lesu
  • Bayi mengalami kejang
  • Kulit tampak kebiruan dan pucat
  • Denyut jantung lambat (Permenitnya kurang dari 100 kali). Dalam kondisi lebih parah, bahkan kehilangan denyut jantungnya
  • Kehilangan kesadaran

Baca juga: hipotermia pada bayi baru lahir  – penanganan hipotermia pada bayiPneumonia pada bayi

Penyebab

Pada dasarnya, asfiksia bermula dari kondisi gawat janin (Fetal Distress). Kondisi ini dapat terjadi apabila aliran darah dari tubuh ibu ke plasenta mengalami gangguan. Sehingga menyebabkan janin kekurangan pasokan oksigen (Hipoksia). Apabila keadaan ini tetap berlanjut maka bayi berisiko lahir mengidap asfiksia saat lahir. Nah, berikut ini beberapa faktor penyebab asfiksia pada bayi baru lahir:

  1. Ibu menderita Eklampsia atau Preeklampsia

Seorang ibu hamil yang menderita preeklampsia atau eklampsia berisiko melahirkan bayi dalam kondisi asfiksia. Preeklampsia ini merupakan gangguan kesehatan, dimana ibu menderita tekanan darah tinggi (hipertensi) di usia kehamilan lebih dari 25 minggu. Kondisi ini cukup berbahaya sebab aliran darah mulai tak lancar, bahkan organ ginjal juga ikut terganggu.

Selain itu, peningkatakan tekanan darah juga mengakibatkan terjadinya insufisinsi uteroplasenta, yaitu terganggunya sirkulasi darah ke plasenta. Hal ini menyebabkan janin kekurangan oksigen. Sehingga pada akhirnya, berefek pada keabnormalan sistem pernafasan janin. Untuk meminimalisir risiko hipertensi saat hamil, sebaiknya ibu menjaga pola makannya dengan meningkatkan konsumsi makanan sehat dan mengurangi makanan cepat saji. Kontrol berat badan dan lakukan olahraga ringan. (baca: gejala preeklampsia pada ibu hamilpenyebab hipertensi pada ibu hamilhipertensi dalam kehamilanCara mencegah hipertensi pada ibu hamil)

  1. Adanya Gangguan Plasenta Previa

Plasenta Previa juga menjadi penyebab asfiksia pada bayi baru lahir. Kondisi ini terjadi saat posisi plasenta tidak berada pada tempat yang seharusnya. Plasenta terletak lebih rendah, mendekati mulut rahim sehingga menutupi jalan lahir. Meski gangguan ini jarang ditemukan pada ibu hamil. Namun Anda harus tetap berhati-hati.

Seorang ibu hamil yang menderita gangguan plasenta previa biasanya akan mengalami pendaharan pada awal trimester terakhir. Pendarahan yang berlebihan tersebut dapat membuat ibu berisiko mengalami kurang darah (anemia). Jika sampai terjadi maka bayi dalam rahim juga ikut berpeluang mengalami anemia karena pasokan sel darah merahnya berkurang sehingga otomatis kadar oksigen juga menurun. Dan bayi rentan menderita gangguan pernafasan atau asfiksia.  (baca: plasenta letak rendahjanin terlilit tali pusat – Ciri kehamilan bermasalah)

  1. Infeksi Pada Masa Kehamilan

Infeksi yang diidap oleh ibu hamil adalah masalah yang cukup serius dan harus segera ditangani. Pasalnya, apabila infeksi tersebut dibiarkan saja maka berisiko menular ke janin. Misalnya saja ibu menderita HIV, sifilis atau malaria. Maka kondisi tersebut menyebabkan bayi rentan lahir cacat atau mengalami gangguan tertentu.

Begitupun ketika ibu mengindap tubercolosis (TBC). Hal ini memicu terjadinya hipoksia (tubuh kekurangan oksigen). Apabila kadar oksigen dalam tubuh ibu berkurang maka otomatis janin juga akan kekurangan oksigen. Dalam tahap parah, janin berisiko lahir dalam keadaan asfiksia.  Infeksi lain yang patut diawaspadai adalah pneumonia, asma dan gangguan pernafasan lainnya. (baca: Cara menjaga kehamilan mudaKomplikasi kehamilanPenyebab endometriosis)

  1. Persalinan Telat Waktu (Serotinus)

Persalinan telat waktu atau juga dikenal serotinus yakni kondisi dimana ibu belum juga melahirkan padahal usia kehamilan sudah melebihi 42 minggu. Pada keadaan ini, biasanya produksi hormon oksitosin menurun. Sehingga akibatnya tanda-tanda kontraksi persalinan menjadi semakin melemah. Selain itu, sirkulasi oksigen dan aliran nutrisi ke plasenta juga terganggu. Jika bayi tidak segera dikeluarkan maka bisa meningkatkan risiko asfiksia atau bahkan bayi mati dalam rahim.

Baca juga:

  1. Gangguan Pada Proses Persalinan

Asfiksia pada bayi baru lahir juga bisa dipicu oleh gangguan-gangguan yang terjadi selama proses persalinan. Misalnya saja bayi berada kondisi sungsang, bobot bayi berlebihan, distosia bahu, bayi kembar, ruang pinggul ibu sempit dan sebagainya. Hal-hal tersebut menyebabkan proses persalinan berjalan lebih lama. Terlebih lagi saat ibu memilih proses persalinan normal. Maka bayi menjadi sulit dikeluarkan. Sehingga dokter akan memutuskan melakukan tindakan obstetri operatif dengan menarik bayi menggunakan alat vakum ekstraktor. Bayi yang ditarik dengan alat vakum biasanya akan kehilangan banyak oksigen. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya asfiksia yang ditandai bayi terlihat pucat dan sulit bernafas.

Baca juga:

  1. Bayi Terlilit Tali Pusar (Nuchal Cord)

Bayi terlilit tali pusar adalah kondisi yang cukup sering terjadi ketika usia kehamilan memasuki trimester akhir. Bayi aktif bergerak dalam rahim sehingga tak jarang tali pusar melilit lehernya. Namun demikian, hal tersebut tidaklah berbahaya selama lilitannya longgar. Tapi apabila lilitan tersebut menekik leher sangat kencang maka bisa memicu gangguan kesehatan bayi. Aliran oksigen bisa terhambat, pernafasan terganggu dan bahkan bayi berisiko meninggal dalam rahim. Walau begitu, Anda tak perlu cemas, sebab kondisi ini jarang terjadi. Umumnya tali pusar yang terlilit mudah untuk dilepaskan. (baca:  janin terlilit tali pusat)

  1. Kelainan Pada Tali Pusat

Tali pusat merupakan tali pengubung ibu dan janin. Fungsinya untuk menyalurkan nutrisi makanan dan oksigen dari plasenta ke tubuh bayi. Apabila tali pusat mengalami gangguan maka secara otomatis kondisi kesehatan bayi pun ikut terganggu. Pasoka oksigen menjadi berkurang sehingga bayi berisiko lahir dalam kondisi asfiksia. Beberapa jenis gangguan tali pusat yang harus diwaspadai seperti ukuran tali pusat yang pendek, prolapsus tali pusat, single umbilical arteri (kelainan pembuluh arteri), fetal homicide (gerakan refleks bayi mengenggam rapat tali pusat) dan sebagainya.

Baca juga:

  1. Kelahiran Prematur

Kelahiran prematur bisa menjadi faktor penyebab asfiksia. Seorang  bayi dikatakan lahir prematur apabila sang ibu melakukan proses persalinan kurang dari 37 minggu dan berat badan bayi juga sangat rendah. Pada kondisi ini, biasanya organ-organ bayi belum berfungsi optimal. Termasuk paru-parunya. Sehingga prose pernafasan bayi pun terganggu dan memicu asfiksia. (baca: Penyebab Bayi Lahir Prematur– Ciri ciri Bayi Lahir Prematur)

  1. Bayi mengidap Sindrom Aspirasi Mekonium

Bayi yang mengidap sindrom aspirasi mekonium sejak dalam rahim berisiko tinggi mengalami Fetal Distress (gawat janin). Hal ini disebabkan adanya mekonium (tinja) di dalam air ketuban sehingga warna ketuban pun menjadi hijau. Bayi bisa saja meminum air ketuban tersebut. Atau mungkin mengirupnya sehingga tinja ikut terbawa ke organ paru-parunya. Hal tersebut dapat menyebabkan bayi mengalami gangguan paru-paru, seperti pneumonia hingga asfiksia. Jika bayi terlihat lahir dalam kondisi pucat, mengelurkan tinja hitam dan nafasnya tampak terengah-engah, maka dokter perlu melukan tindakan secepatnya. Misalnya dengan pemberian alat ventilator atau melakukan tindakan resusitasi.

Baca: Bahaya bayi minum air ketuban hijauPenyebab air ketuban sedikitCiri-ciri air ketuban pecah/merembes, Ciri-ciri air ketuban keringAkibat kelebihan air ketubanAir ketuban sedikit saat hamil

  1. Ibu Hamil Mengindap Anemia

Anemia merupaka salah satu faktor penyebab asfiksia pada bayi baru lahir. Seorang ibu yang menderita anemia, kadar hemoglobin dalam darahnya berkurang. Padahal hemoglobin ini adalah protein yang bertugas membawa oksigen dari sel darah merah. Apabila jumlahnya menurun, maka otomatis penyaluran oksigen ke plasenta juga akan berkurang. Hal inilah yang kemudian menyebabkan bayi berisiko mengalami gangguan pernafasan sejak dalam rahim. Misalnya saja ya asfiksia. Ciri-ciri ibu hamil yang mengindap anemia umumnya terlihat lesu wajahnya. Kemudian kulitnya pucat dan ia mudah merasa lelah. (baca: Penyebab bayi anemiaanemia pda ibu hamil)

Resiko

Kondisi asfiksia pada bayi baru lahir sangatlah serius dan harus segera diatasi oleh dokter. Jika tidak, maka bayi yang mengalami gangguan pernafasan akan berisiko mengalami kejang, kerusakan otak, metabolik asidosis (keinakan kadar asam dalam darah), hiperkapnia (tingginya kadar gas karbon dioksida dalam tubuh), hipoksemia (tubuh kekurangan oksigen), gangguan paru-paru, lemahnya denyut jantung, hingga pada tahap parah berisiko kematian. (baca: Penyebab pendarahan saat hamil, Tanda keguguran di awal kehamilan)

Penanganan Asfiksia pada bayi baru lahir

Ketika bayi terlahir dengan kondisi sulit bernafas, biasanya dokter akan melakukan beberapa penanganan untuk mencegah komplikasi. Diantaranya yaitu:

  1. Resusitasi

Metode ini dilakukan dengan cara menyalurkan oksigen pada organ-organ vital bayi (seperti paru-paru, jantung, otak) dengan menggunakan alat ventilator. Tindakan ini bertujuan untuk mengembangkan  paru-paru sehingga bayi dapat bernafas normal. Terdapat beberapa jenis ventilator yang biasa digunakan, yakni ventilator mekanik, ventilator mekanik konvensional dan ventilasi frekuensi tinggi (High frequency jet ventilation).

  1. Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO)

Teknik ini merupakan pemasangan paru-paru buatan yang diberikan kepada bayi dengan kondisi sulit bernafas (asfiksia). Alat ini dipasang pada tubuh bayi, fungsinya untuk membantu pernafasan dan proses memompa darah. Nantinya darah yang melewati alat ini akan disalurkan dua bagian membran yaitu veno venous dan veno arterial.

  1. Pemberian Gas Nitrat Oksida

Gas ini biasanya dimasukkan ke dalam tenggorokan menggunakan alat berupa tabung. Tujuannya untuk melebarkan pembuluh darah di organ paru-paru sehingga sirkulasi oksigen bisa lancar kembali.

Baca juga:

Demikianlah penjelasan mengenai asfiksia pada bayi baru dilahirkan. Semoga bisa membantu.

Recent Posts

3 Tips Agar Embrio Menempel di Dinding Rahim

Periode tunggu saat melakukan program kehamilan seperti bayi tabung ataupun IVF memang mendebarkan. Sehingga beberapa…

8 months ago

4 Ciri-ciri Masa Subur untuk Haid Tidak Teratur

Haid dengan siklus yang normal setiap bulannya akan memiliki interval waktu yang sama, yakni sekitar…

8 months ago

5 Tanda Embrio Transfer Gagal

Program embrio transfer atau paling umum dikenal sebagai program dalam kehamilan cukup banyak dilakukan oleh…

9 months ago

4 Hal yang Harus Diperhatikan Terkait Suntik Hormon untuk Hamil

Infertilitas atau ketidaksuburan adalah masalah yang banyak dialami pasangan sehingga harus menunggu cukup lama sampai…

9 months ago

HCG : Pengertian, Fungsi, dan Pengaruhnya

Di dalam tubuh wanita, terdapat dua hormon penting yang dikenal sebagai hormon reproduksi, yakni estrogen…

9 months ago

12 Ciri-ciri Hormon HCG Meningkat

Hormon di dalam tubuh manusia bermacam-macam, sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk mendukung kelangsungan hidup manusia.…

9 months ago