7 Komplikasi Postterm yang Harus Diketahui Ibu Hamil

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang terjadi hingga memasuki 42 minggu. Penyebab kehamilan postterm cukup sering diantara ibu hamil dengan presentase 5 hingga 10% kehamilan memungkinkan masuk kedalam kehamilan postterm.

Selain itu ibu juga harus menghadapi banyak komplikasi postterm yang harus diwaspadai.

1. Insufisiensi Plasenta

Komplikasi pertama yang terjadi pada anak saat postterm terjadi adanya insufisiensi plasenta. Kondisi dimana fungsi plasenta tidak berkembang sempurna bahkan mengarah ke kondisi rusak. Perkembangan plasenta akan berjalan selama kehamilan.

Namun karena kehamilan sudah berlangsung lebih dari waktu yang seharusnya atau memasuki kondisi postterm, sehingga aliran darah dari sang ibu tidak mencukupi atau berlebihan.  

Komplikasi ini juga membawa kemungkinan tingginya bayi mengalami kelainan dan cacat bawaan lahir. Untuk itu kondisi postterm sebisa mungkin harus ditangani.

2. Skor APGAR Rendah

Skor APGAR merupakan skor yang diperhitungan ketika bayi baru saja lahir. Skor ini membantu tenaga kesehatan khususnya bidan, dokter kandungan serta dokter anak memastikan bahwa si kecil tidak mengalami status buruk secara klinis. APGAR menjadi bahaya jika ternyata skornya rendah, mulai dari 0 – 3.

APGAR menggunakan metode pemeriksaan Appearance atau warna kulit, Pulse atau denyut jantung, Grimace atau refleks, Activity atau tonus otot dan terakhir Respiration atau pernafasan.

Jika terjadi kondisi postterm pada kehamilan dan kelahiran sangat memungkinkan skor dari APGAR menjadi rendah mulai dari angka 0 hingga 3. Kematian, cacat otak hingga epilepsi bisa menghantui bayi dengan kondisi APGAR rendah.

3. Hipoglikemia

Komplikasi lain yang dapat muncul apabila terjadi postterm adalah hipoglikemia. Kondisi dimana bayi memiliki kadar gula yang rendah dalam tubuh, bahkan cenderung ke arah kekurangan gula.

Hipoglikemia ini bisa diatasi saat bayi dilahirkan dengan memberikan tambahan cairan untuk meningkatkan kandungan gula darah. Hal ini berimbas dari postterm.

Dimana bayi masih bergantung pada makanan ibu hamil muda agar anak cerdas padahal usia janin sudah lebih dari 38 minggu di dalam tubuh ibu. Hipoglikemia juga bisa dialami oleh ibu yang melahirkan setelah mengandung 42 minggu.

4. Makrosomia

Makrosomia merupakan sebuah kondisi berat badan bayi prematur melebihi berat yang seharusnya misalnya saja kelahiran seharusnya maksimal 4 kg atau 4000 gram dengan usia kehamilan maksimal.

Walaupun ibu memasuki kondisi postterm namun bayi tidak boleh mengalami pertambahan berat karena akan mempersulit kelahiran. Kompikasi penyakit juga bisa menghantui bayi dengan bobot yang lebih berat

Dedangkan kelebihan berat badan atau makrosomia memungkinkan saja terjadi. Akibat dari berkembangnya usia janin dalam perut maka berkembang juga seluruh organ serta konsumsi nutrisi bayi.

5. Distonia Ketika Lahiran

Distonia merupakan kondisi kelainan pada bayi dalam kandungan yang terjadi kontraksi dengan sendirinya tanpa bisa dikendalikan. Hal ini terjadi berulang-ulang sehingga postur tubuh terganggu.

Saat kelahiran sangat mungkin terjadi dystonia pada ibu karena sudah melewati waktu lahir atau postterm. Otot dan bagian tubuh sudah tidak bisa toleransi adanya kondisi kehamilan dan adanya janin dalam tubuh.

Komplikasi ini juga berimbas pada ibu dan proses kelahiran bukan hanya pada bayi saja. Distonia bisa berpengaruh pada saat melahirkan, atau adanya kontraksi terus menerus saat dilakukan induksi.

6. Aspek Emosi

Komplikasi pada emosi sering terjadi pada ibu yang mengalami postterm. Bukan tanpa alasan, kehamilan yang terjadi hingga 42 minggu pasti menimbulkan kecemasan bagi ibu dan keluarga.

Mereka harus menghadapi kondisi kehamilan tidak umum, dimana ibu masih belum memasuki fase melahirkan pada minggu yang seharusnya. Selain itu dokter kandungan pasti telah menjelaskan dalam pemeriksaan berkalanya bahwa kondisi postterm akan berbahaya dan beresiko.

Kondisi aspek emosi bisa berdampak pada berbagai hal, misalnya stress, perubahan kondisi fisik ibu hingga menghambat kesiapan kelahiran. Aspek emosi sering disepelekan karena dianggap tidak terlihat.

Padahal adanya perubahan emosi menjadi lebih buruk bisa berimbas pada komplikasi yang lebih buruk saat ibu mulai memasuki usia kehamilan 42 minggu.

7. Aspek Fisik (Kelelahan, Cedera)

Terakhir, kehamilan mencapai 42 minggu bisa menimbulkan efek fisik dan komplikasi fisik ibu. Misalnya saja cedera pada bagian punggung karena menahan beban berat bayi yang semakin lama semakin besar.

Belum lagi ibu juga akan mengalami bengkak pada kaki, dan sulit berjalan karena kondisi perut yang begah akibat bayi. Kandungan dengan usia 42 minggu pasti akan bertambah besar dan berbeda dengan minggu ke 37 atau 38.

Sehingga sebelum mencederai fisik ibu harus segera dilahirkan saat memasuki postterm. Ditambah lagi karena adanya komplikasi pada aspek fisik atau cedera, menyebabkan kelahiran berakhir dengan caesar.

Postterm mengharuskan adanya kelahiran secara caesar. Kelebihan dan kekurangan caesar eracs ini mengharuskan operasi karena adanya berbagai efek misalnya bayi dengan bobot yang sudah berlebih.

Karena kelahiran natural akan menghabiskan waktu belum lagi adanya rangsangan atau induksi. Maka jalan caesar sering dipilih oleh dokter kandungan dan ibu hamil.

fbWhatsappTwitterLinkedIn