6 Bahaya Melahirkan Bayi Sungsang

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Persalinan sungsang terjadi ketika posisi janin membujur di dalam uterus dengan bagian bokong atau kaki berada di bagian bawah dekat jalan lahir sedangkan kepala berada di posisi sebaliknya (perut bagian atas, prosessus xyfoideus) sehingga saat terjadi proses persalinan, bagian yang pertama lahir adalah bokong atau kaki bayi.

Mengapa Terjadi Bayi Sungsang ?

Posisi dan letak janin selama di dalam kandungan sangat bergantung terhadap proses adaptasi janin sendiri terhadap uterus. Pada usia kehamilan kurang dari 32 minggu (kurang dari perkembangan janin 8 bulan) masih memungkinkan untuk janin bergerak dengan leluasa mengubah-ubah posisinya karena dalam usia kehamilan itu jumlah air ketuban terbilang telatif masih banyak yang bisa memudahkan pergerakan janin. Dengan begitu, janin bisa mudah menempatkan posisinya menjadi normal (presentasi kepala, bokong berada di atas sementara kepala berada dekat jalan lahir), sungsang, atau pun melintang. Letak sungsang terjadi karena ukuran bokong dan kedua tungkai terbilang cukup besar jika dibandingkan dengan kepala sehingga memerlukan ruang yang lebih besar juga. Di dalam rahim, fundus uteri adalah ruang yang lebih besar jika dibandingkan dengan segmen bawah rahim.

Pada usia kehamilan yang masih muda juga dengan bantuan air ketuban, maka tidak heran jika kita sering menemui bayi dalam posisi sungsang karena bokong dan tungkai tadi memerlukan ruang besar sementara kepala terbilang lebih kecil. Untuk beberapa waktu, keadaan sungsang ini sendiri bisa berubah-ubah bahkan kembali normal dengan sendirinya. Sebaliknya, ketika kehamilan memasuki minggu-minggu terakhirnya, dimana jumlah air ketuban juga mulai berkurang, maka pergerakan janin akan lebih terbatas sehingga janin akan kesulitan untuk mengubah posisinya. Sehingga muncullah beberapa kasus di mana bayi tidak kembali ke posisi normalnya sehingga saat memasuki usia kehamilan yang semakin tua, posisinya tetap bertahan dalam keadaan sungsang.

Macam-macam Letak Sungsang

Ada beberapa posisi letak sungsang yang ibu hamil perlu untuk mengetahuinya, yakni:

  • Presentasi bokong (frank breech), kejadiannya cukup tinggi yakni sekitar 50% sampai 70%. Saat dilakukan pemeriksaan dalam oleh bidan atau dokter akan diketemukan (teraba) bagian bokong dengan jelas. Hal ini disebabkan karena terjadinya ekstensi kedua sendi lutut dan kedua kaki ke atas sehingga ujungnya jadi setnggi bahu bahkan sampai kepala. Bokong pun jadi mudah teraba.
  • Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech), persentase kejadiannya sekitar 5% sampai 10%. Jika pada presentasi bokong akan teraba bokong saja, maka pada presentasi bokong kaki sempurna ini apabila dilakukan pemeriksaan dalam akan turut teraba bagian kaki.
  • Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete or footling), peluang kejadiannya sekitar 10% sampai 30%. Hanya ada satu bagian kaki yang berada di samping bokong sementara bagian kaki yang lain terangkat ke atas sehingga bagian terendah yang bisa teraba saat dilakukan pemeriksaan dalam adalah bagian kaki saja.

Penyebab Bayi Sungsang

Ada beberapa penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya:

  • Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
  • Hydramnion (jumlah air ketuban yang berlebihan) karena anak mudah bergerak.
  • Plasenta previa (plasenta letak rendah) karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
  • Plasenta yang menempel di daerah kornu fundus uteri dapat menyebabkan letak sungsang karena mengurangi luas ruangan di daerah fundus.
  • Panggul sempit dan kadang-kadang letak sungsang disebabkan oleh kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus sendiri.
  • Kelainan bentuk kepala : hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
  • Faktor lain : kemampuan uterus untuk berkontraksi dan relaksasi yang mulai berkurang akibat multiparitas (terlalu sering melahirkan), jumlah janin, riwayat persalinan sungsang sebelumnya, dan tumor pelvis.

Baik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan letak kepala. Manipulasi secara manual dalam jalan lahir akan memperbesar risiko infeksi pada ibu. Pada janin, mortalitas (janin yang meninggal dalam kandungan) 3 kali lebih besar dibandingkan dengan presentasi normal.

Komplikasi yang dapat terjadi pada persalinan dengan bayi letak sungsang adalah :

Komplikasi pada ibu

1. Perdarahan

Perdarahan biasanya terjadi setelah selesai proses melahirkan bayi maupun plasenta atau disebut perdarahan post partum, yakni perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam. Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah sistolik  <90 mmHg,  denyut nadi > 100x/menit, kadar Hb <8 g/dL.

Perdarahan Kala IV  Primer; Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir. Yang biasanya disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa plasenta, dan retensio plasenta. Perdarahan kala IV Sekunder; Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama. Yang biasanya disebabkan oleh robekan jalan lahir dan sisa plasenta. Akibat persalinan sungsang sendiri, banyak kemungkinan perdarahan terjadi akibat robekan jalan lahir atau trauma saat melahirkan.

2. Robekan jalan lahir

Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif (terlalu banyak dilakukan tindakan yang sebenarnya tidak perlu) dan traumatik akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan jalan lahir, trauma forceps atau vacum ekstrasi, atau karenaversi ekstraksi. Perdarahan dalam keadaan di mana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari robekan jalan lahir.

Robekan jalan lahir bersumber dari berbagai organ diantaranya vagina, perineum, porsio, serviks dan uterus. Ciri yang khas dari robekan jalan lahir yaitu kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil, perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus setelah masase atau pemberian uterotonika langsung mengeras tapi perdarahan tidak berkurang. Dalam keadaan apapun, robekan jalan lahir harus dapat diminimalkan karena tak jarang perdarahan terjadi karena robekan dan ini menimbulkan akibat yang fatal seperti terjadinya syok.

Robekan jalan lahir selalu menyebabkan perdarahan dalam jumlah banyak yang bervariasi. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus (rupture uteri). Perdarahan bisa berbentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan perdarahan bersifat arterial atau pecahnya pembuluh darah vena. Jenis robekan ringan berupa lecet, yang berat berupa robekan jalan lahir.

3. Infeksi

Dapat terjadi akibat proses persalinan yang berlangsung lama atau terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam atau manipulatif tindakan. Pada kasus berat, infeksi pada ibu bisa menyebabkan terjadinya kematian.

Komplikasi pada bayi

1. Asfiksia

oleh sebab kemacetan saat melahirkan kepala bayi sehingga terjadi aspirasi antara air ketuban dan lendir. Asfiksia juga bisa disebabkan oleh perdarahan pada otak bayi akibat tekanan saat proses persalinan, sampai pada kerusakan yang terjadi di medula oblongata. Penyebab lain adalah fraktur atau kerusakan pada daerah tulang leher bayi yang mengganggu proses pernapasan. Asfiksia berat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada bayi.

2. Trauma persalinan

Sebab dislokasi-fraktura persendian tulang ekstremitas dan leher (fraktur tulang dasar kepala, tulang kepala, kerusakan mata, hidung, telinga) serta kerusakan pada otak, dan alat vital (lien, hati, paru-paru, atau jantung).

3. Infeksi pada bayi

Proses persalinan yang berlangsung lama, air ketuban pecah pada saat pembukaan masih kecil, serta manipulasi pemeriksaan dalam (terlalu sering dilakukan pemeriksaan melalui vagina untuk mengetahui posisi dan pembukaan portio).

fbWhatsappTwitterLinkedIn