3 Tipe Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pola Asuh dapat diartikan sebagai sebuah cara orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya yang bertujuan memberikan perawatan, penjagaan, pendidikan dan pembimbingan yang diberikan dalam intensitas.

Pola asuh orang tua bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya seperti: pendidikan orang tua, lingkungan, dan budaya. Dalam ruang lingkup keluarga anak akan mempelajari dasar-dasar perilaku yang penting bagi kehidupannya.

Kemudian karakter anak dipelajari anak melalui role model orang tua dalam melaksanakan pola asuh. Sedangkan pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak terbagi menjadi 3 macam yaitu sebagai berikut:

1. Pola asuh otoriter (Authoritarian Parenting)

Orang tua dengan tipe pola asuh ini biasanya cenderung untuk membatasi dan menghukum anak secara otoriter atau mendesak anak untuk mengikuti perintah, larangan, dan menghormati mereka.

Orang tua dengan pola asuh ini sangat ketat dalam memberikan batasan dan kendali yang tegas terhadap anak-anak, serta komunikasi verbal yang terjadi juga akan lebih satu arah.

Orang tua tipe otoriter umumnya menilai anak sebagai obyek yang harus dibantu oleh orang tua yang merasa “lebih tahu” mana yang terbaik bagi anak-anaknya.

Anak yang diasuh dengan pola otoriter sering kali terlihat kurang bahagia, merasa ketakutan dalam melakukan sesuatu mungkin takut salah, minder, dan memiliki kemampuan komunikasi yang lemah.

Contoh orang tua dengan tipe pola asuh ini, mereka melarang anak laki-laki bermain dengan anak perempuan tanpa memberikan penjelasan atau pun alasannya. Dampak sikap otoriter orang tua terhadap anak ini sangat mempengaruhi kondisi mental dan perkembangan anak.

2. Pola asuh demokratis/otoritatif (Authoritative Parenting)

Pola asuh orang tua dengan gaya otoritatif  lebih kepada hal-hal yang positif dan mendorong anak-anak untuk terus berkembang,mandiri, namun orang tua tetap berperan dalam menempatkan batas-batas serta kendali atas tindakan mereka.

Orang tua tipe ini juga memberikan kebiasaan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, serta pendekatan yang dilakukan orang tua ke anak juga bersifat hangat.

Pola asuh ini komunikasi yang terjadi dua arah dan orang tua bersifat mengasuh serta mendukung anak-anaknya. Anak yang diasuh dengan pola asuh ini akan terlihat lebih dewasa, mandiri, ceria, mampu mengendalikan diri, berorientasi pada prestasi, dan mampu mengatasi stresnya dengan baik.

Cara mendidik anak seperti ini merupakan cara mendidik anak agar mandiri dan tidak cengeng yang harus diterapkan sejak kecil.

3. Pola asuh permisif (Permissive Parenting)

Orang tua dengan pola asuh ini tidak pernah ikut berperan dalam tumbuh kembang anak. Sehingga tidak sedikit yang mengalami gangguan tumbuh kembang anak karena anak diberikan kebebasan dalam melakukan apapun tanpa pengawasan dari orang tua.

Orang tua cenderung tidak menegur atau memperingatkan, sedikit bimbingan, sehingga sering kali pola asuh ini disukai oleh anak. Orang tua lebih bersifat acuh dan tidak mengikuti perkembangan anak secara keseluruhan.

Anak yang diasuh dengan pola ini cenderung akan melakukan pelanggaran karena mereka tidak mampu mengendalikan perilakunya, tidak dewasa, memiliki harga diri rendah dan terasingkan dari keluarga.

Pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak di masa kecil yang akan terus akan berlanjut hingga dewasa. Diantara ketiga pola asuh tersebut yang paling baik yaitu pola asuh demokratis.

Namun, sebaiknya orang tua mengkombinasikan ketiga pola asuh tersebut dan disesuaikan pada situasi dan kondisi yang ada. Misalnya, saat anak ingin melakukan hal-hal buruk harus melarang anak dengan tegas dengan menggunakan pola asuh otoriter.

Tetapi tetap harus diberikan pengertian alasan mengapa hal tersebut dilarang, dan juga cara penyampaian larangan harus bisa diterima dengan logika sang anak.

fbWhatsappTwitterLinkedIn