Diare adalah salah satu di antara penyakit yang paling sering menyebabkan kematian bayi di Indonesia. Gangguan yang tak jarang juga menyerang orang dewasa ini seringkali dianggap gejala yang biasa sehingga tidak mendapatkan penanganan yang serius. Padahal, jika dibiarkan dan tidak mendapat perawatan yang seharusnya, diare dapat mengancam keselamatan jiwa, utamanya pada bayi yang masih sangat rentan terkena berbagai penyakit karena sistem imunnya belum sempurna. Sebagai orangtua, Anda tentu tidak menginginkan kesehatan bayi Anda terganggu atau bahkan jiwanya terancam karena diare. Untuk itu, Anda harus mengetahui beberapa hal dasar mengenai diare ini, utamanya penyebab yang memicu munculnya penyakit ini.
Diare merupakan gangguan kesehatan yang ditandai dengan intensitas buang air besar yang lebih sering dari biasanya serta bentuk tinjak yang konsisten mencair. Baik bayi maupun orang dewasa umumnya menunjukkan gejala yang sama, kecuali persoalan intensitas di mana seorang bayi yang baru lahir umumnya memang buang air besar dalam jumlah yang cukup tinggi, yakni sekitar sepuluh kali sehari. Sementara itu bagi bayi yang lebih besar atau orang dewasa, frekuensi buang air besar biasanya adalah 1-2 kali sehari. Tak heran, banyak yang mendefinisikan diare sebagai gangguan pencernaan yang ditandai dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari.
Sementara itu mengenai bentuk dan tekstur tinja, Anda bisa perhatikan perbedaannya dengan pedoman berikut; Bayi yang masih mengkonsumsi ASI saja umumnya memiliki tinja lembut, sehingga Anda tidak perlu khawatir bayi Anda terkena diare. Akan tetapi, jika bayi Anda mulai mengkonsumsi makanan lain selain ASI, bentuk tinjanya akan perlahan mengeras meski tidak sama dengan tinja orang dewasa yang sudah mengkonsumsi berbagai macam makanan.
Perhatikan juga gerak-gerik lain pada bayi, sebab umumnya, bayi yang menderita diare akan lebih sering menangis karena tengah mengeluhkan sakit perut atau gangguan pencernaan yang dideritanya. Tanda lain yang seringkali muncul adalah kentut dalam suara yang nyaring, demam, nafsu makan berkurang dan tidak seaktif biasanya.
Selain perihal definisi yang secara umum telah disepakai dan karakteristik serta gejalanya, penyebab diare adalah hal lain yang perlu diketahui. Beberapa point di bawah ini adalah penyebab diare pada bayi yang memang harus diketahui orang tua sebab bayi umumnya belum bisa berkomunikasi dan menyampaikan pesan sehingga mereka tidak bisa mengeluhkan hal-hal yang tak nyaman di tubuhnya. Karena itu, orangtualah yang harus secara proaktif sadar dan waspada terhadap beberapa penyebab diare pada bayi. Penyebab-penyebab tersebut adalah sebagai berikut;
1. Virus
Beberapa virus tertentu dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada bayi, termasuk diare. Virus-virus tersebut di antaranya adalah rotavirus (penyebab paling umum), influenza, astovirus, adenovirus, dan calivirus. Anda bisa menelusuri informasi lebih lengkap mengenai virus-virus tersebut, akan tetapi ada banyak hal-hal kecil yang bisa Anda lakukan untuk menghindarkan bayi Anda dari ancaman virus, yakni dengan menjaga kebersihan dan kesterilan bayi Anda dan barang-barang yang digunakannya.
Barang-barang dimaksud adalah baju, popok, tempat makanan, tempat minuman bahkan mainan (khususnya bagi bayi yang sampai pada fase suka memasukkan apapun yang ia temui ke dalam mulutnya atau mengemut tangannya sendiri). Selain itu, pastikan Anda selalu mencuci tangan setiap kali mengganti popok bayi, sebelum maupun sesudah makan dan setelah dari kamar mandi. Jangan lupa bahwa dalam masa menyusui, Anda juga harus hati-hati terhadap ancaman virus karena virus yang menyerang tubuh Anda akan secara otomatis juga mengancam bayi Anda melalui ASI yang dikonsumsinya.
2. Alergi
Alergi di sini dapat berarti alergi makanan maupun obat-obatan. Gejala yang paling umum menyertai diare yang disebabkan alergi adalah sulit bernapas dan mengalami pembengkakan wajah atau bibir. Jika Anda mendapatkan bayi Anda dengan gejala-gejala ini, ada kemungkinan ia memiliki alergi terhadap jenis makanan tertentu. Umumnya, bayi alergi pada jenis dan merk susu yang mengandung protein sapi karena merupakan alergen yang paling sering menyerang bayi. Reaksi yang ditimbulkan dari alergi susu ini biasanya tampak beberapa menit atau jam setelah waktu konsumsi.
3. Infeksi
Ada beberapa macam infeksi yang kerap menjangkiti bayi dan menyebabkan diare. Salah satu di antaranya adalah alergi telinga. Jika Anda mendapatkan anak Anda bertingkah lebih rewel dari biasanya dan suka menarik-narik telinganya dan mengalami gangguan buang air besar, kemungkinan besar bayi Anda terkena infeksi sehingga menderita diare. Infeksi lain yang seringkali menyebabkan diare adalah infeksi saluran kencing dan campak.
4. Konsumsi Sari Buah yang Terlalu Banyak
Dokter biasanya tidak merekomendasikan bayi untuk mengonsumsi jus atau sari buah sebelum berumur enam bulan. Akan tetapi, tak sedikit orangtua yang memberi bayinya jus buah sebelum usia tersebut. Penyabab jus buah mengakibatkan diare pada bayi adalah kandungan fruktosa yang tinggi serta sorbitol di dalamnya. Tak hanya jus buah, makanan atau minuman yang terlalu manis juga rentan menyebabkan diare pada bayi. Buah yang memiliki kandungan sorbitol tinggi di antaranya adalah pir, ceri dan apel. Untuk itu, kurangi jumlah asupan jenis makanan dan minuman manis atau jus buah jika bayi Anda terserang diare.
5. Bakteri dan Parasit
Selain virus, bakteri dan parasit juga dapat mengakibatkan diare pada anak Anda. Bakteri yang dimaksud di antaranya adalah salmonella, vibrio cholera, eschricia coli dan shigella. Sebagai orang tua, Anda mutlak harus mencaritahu bakteri-bakter ini karena diare yang disebabkan bakteri umumnya disertai kejang, demam dan ditemukannya darah pada tinja. Ini tentu cukup membahayakan dan lebih mengancam dibanding diare biasa yang menyerang bayi.
Sementara itu, parasit yang cukup sering menyebabkan diare adalah giardiasis yang dipicu oleh keberadaan parasit di dalam usus. Umumnya ini menyebar di komunitas bayi, semisal tempat penitipan bayi. Diare yang diderita karena sebab ini biasanya ditandai dengan tinja berminyak dan kembung. Karena itu, sebelum menitipkan bayi Anda ke tempat penitipan bayi atau tempat lain di luar rumah, pastikan bayi Anda terlindungi sehingga virus, bakteri atau parasit apapun tidak akan mudah menyerangnya.
6. Makanan
Ketika lepas dari pengawasan Anda, bukan tidak mungkin bayi Anda menelan berbagai benda yang menjadi perantara virus, bakteri, parasit bahkan kotoran. Jika anak Anda tiba-tiba diare dan atau muntah, periksakan segera ke dokter sehingga ia mendapat penanganan tepat dan cepat dengan diagnosa meyakinkan sehingga Anda akan memberi penanganan yang tepat.
7. Efek Samping Antibiotik
Jika anak Anda tengah mengonsumsi antibiotik kemudian menderia diare, kemungkinan besar itu adalah efek samping dari antibiotik yang ia konsumsi. Efek samping dari antibiotik adalah membunuh bakteri baik dalam usus, sehingga usus kehilangan ‘tameng’nya dan makanan yang dikonsumsi bayi sangat rentan menyebabkan diare, bahkan sekalipun makanan tersebut tidak berbahaya.
Penanganan Diare
Selain segera mengunjungi dokter, ada banyak hal lain yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama pada bayi yang terkena diare. Beberapa di antaranya adalah membuatkannya oralit, memberi pisang, pasta, wortel, kentang, yogurt dan sereal beras. Jangan lupa bahwa diare yang diderita bayi merupakan imbas dari diare yang tengah melanda sang ibu menyusui, sehingga jika ini terjadi, pengobatan juga harus diintensifkan pada sang ibu. Tentunya, ada lebih banyak obat yang bisa dikonsumsi sang ibu, semisal kunyit, daun jambu biji, teh pahit dan obatan-obatan herbal lainnya. Suplemen atau vitamin yang rutin dikonsumsi seorang ibu juga berpotensi menyebabkan gangguan pada sang bayi, termasuk gangguan diare.
Kesehatan bayi lainnya
- Tips agar anak tidak mudah sakit
- Tips agar anak balita tidak mudah sakit
- Menjemur bayi saat demam
- Penyebab bayi menangis terus
- Sakit gigi saat hamil
- Kelainan jantung pada bayi baru lahir
- Cara menjaga bayi agar tidak mudah sakit
- Cara mengatasi demam pada bayi
Description: Ada banyak faktor yang bisa memicu bayi menderita diare, mulai dari gangguan yang menyerangnya langsung atau ‘sampai’ padanya melalui ibu menyusui. Karena itu, kebersihan dan kesehatan makanan—dan lingkungan—bayi dan sang ibu harus selalu diperhatikan.