Menjalani proses kehamilan dengan baik dan benar merupakan impian para ibu hamil agar dapat menjadikan kondisi kesehatan dan perkembangan janinnya selalu dalam keadaan normal. Untuk mendapatkan keadaan ideal yang banyak diinginkan oleh pada ibu hamil tersebut maka ia harus melakukan berbagai macam usaha yang diantaranya seperti memenuhi nutrisi kehamilan melalui konsumsi makanan sehat untuk ibu hamil, menghindari berbagai macam aktivitas berat dan berbahaya bagi kandungan, serta berkonsultasi dengan dokter kandungan secara rutin untuk mengetaui setiap perubahan dalam proses kehamilan.
Namun terkadang meskipun seorang ibu hamil telah berusaha menjaga kondisi kehamilannya agar selalu berjalan normal hingga proses persalinan tiba tetap saja beberapa permasalahan atau gangguan kehamilan tetap dapat datang. Dalam artikel kali ini, hamil.co.id akan mengulas salah satu kondisi yang disebut sebagai kehamilan serotinus. Kehamilan serotinus merupakan kehamilan lewat waktu atau posterm yakni merupakan kehamilan yang secara normal berlangsung 40 minggu tapi terjadi lebih dari 42 minggu masih belum terjadi proses persalinan.
Kehamilan serotinus memiliki resiko yang lebih berbahaya dibandingkan dengan kehamilan aterm (sebelum waktunya). Kondisi kehamilan yang lewat waktu tersebut dapat membahayakan kondisi janin serta bisa beresiko menyebabkan kematian janin. Kondisi kehamilan serotinus juga dapat berbahaya bagi ibu hamil karena meningkatkan resiko pendarahan dalam persalinan. Untuk lebih memahami kondisi kehamilan serotinus maka berikut ini beberapa penjelasan mengenai penyebab kehamilan serotinus tersebut yang perlu dipahami oleh seluruh ibu hamil terutama bagi mereka di kehamilan pertamanya.
- Pengaruh progesteron
Meskipun penyebab kehamilan serotinus masih belum dapat dijelaskan secara pasti namun ada beberapa hal yang diduga menjadi pemicu yakni yang pertama karena pengaruh dari hormon progesteron. Hormon progesteron dalam kehamilan dapat mempengaruhi terjadinya perubahan endokrin yang memicu proses biomelekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitoksin. Keadaan tersebut yang menjadikan hormon progesteron salah satu yang diduga sebagai penyebab kehamilan serotinus.
- Teori Oksitosin
Penyebab kedua yang diduga sebagai pemicu terjadinya kehamilan serotinus adalah oksitoksin. Ibu hamil yang secara fisiologis kurang dapat memproduksi oksitoksin dalam jumlah yang cukup bisa menjadikan proses persalinannya tidak kunjung terjadi.
- Korsitol atau ACTH janin
Penyebab kehamilan serotinus lainnnya adalah karena janin tidak memberikan tanda tanda akan melahirkan. Kondisi ini ditengarai karena kristol atau Adrenocorticotropic Hormone pada janin tidak diproduksi. Kristol merupakan senyawa atau hormon yang akan memberikan pengaruh pada plasenta sehingga produksi progesteron menurun dan estrogen meningkat. Selanjutnya proses tersebut akan mempengaruhi peroduk prostaglandin yang dapat memicu proses persalinan segera terjadi. Jika kristol tidak terbentuk maka bayi tidak akan memberikan tanda kesiapan persalinan.
- Kelainan pada syaraf uterus
Kondisi lainnya yang juga menjadi pemicu kehamilan serotinus adalah karena adanya kelainan pada syaraf uterus yang dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya seperti tidak adanya penekanan pada ganglion servikalis dan pleksus Frankenhauser, tali pusar yang pendek dan kesalahan letak bayi di dalam kandungan.
- Herediter
Keadaan lain yang juga banyak disebutkan sebagai salah satu penyebab kehamilan lewat bulan atau kehamilan serotinus adalah karena herediter. Yang dimaksud herediter disini adalah kondisi dimana seorang ibu hamil memiliki peluang resiko mengalami kehamilan serotinus ketika dia pernah mengalami kondisi kehamilan serotinus sebelumnya.
- Penyebab lainnnya
Beberapa hal lain yang juga dapat menjadi pemicu terjadinya kehamilan lewat bulan atau kehamilan serotinus daintaranya seperti karena faktor keturunan, cacat bawaan, defisiensi sulfat plasenta, pemakaian obat obatan terutama yang berpengaruh menimbulkan reaksi anti prostaglandin, serta beberapa teori penyebab lainnya yang masih terus digali kebenaraannya.
Itulah beberapa penyebab yang dapat menjadikan tejadinya kondisi kehamilan serotinus sehingga bayi tidak kunjung menunjukan reaksi akan terjadinya proses persalinan. Kondisi penyebab tersebut perlu dipahami dan harus diperhatikan oleh setiap ibu hamil karena adanya berbagai bahaya dari kehamilan serotinus baik bagi janin maupun bagi ibu hamil sampai beresiko pada kondisi kematian janin maupun ibu hamil.
Penanganan kehamilan serotinus sering kali perlu diperhatikan dengan baik karena banyak juga ibu hamil yang tetap menginginkan bayinya terlahir secara benar atau persalinan dengan jalan melahirkan normal. Meskipun begitu, setiap tenaga medis harus mampu memberikan informasi mengenai berbagai bahaya yang dapat muncul ketika kehamilan tetap dijalannkan meskipun sudah lewat bulan. Dokter spesialis kandungan juga perlu memperhatikan berbagai kondisi penyerta berbahaya.
Memperhatikan kondisi penyerta berbahaya seperti preeklampsia, gestational diabetes, isoimunisasi, primitua, dan infetilitas untuk mencegah kondisi berbahaya yang mengintai. Dalam lah ini yang perlu dilakukan oleh ibu hamil adalah mempercayakan semua tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter dengan berbagai pilihan tindakan medisnya demi tetap memperoleh hasil yang baik dengan bayi selamat terlahir dan ibu tetap dalam kondisi sehat pasca persalinan.