10 Obat Pelancar ASI yang Aman

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Produksi air susu ibu atau ASI tidak selamanya lancar dan melimpah. Produksi asi yang tidak lancar selama proses menyusui terkadang membuat ibu menyusui menjadi cemas. Apalagi ASI merupakan makanan utama dan terbaik yang memiliki banyak manfaat untuk masa awal kehidupan bayi hingga berusia 6 bulan.

Banyak faktor yang mengakibatkan tidak lancarnya produksi ASI, mulai dari kondisi fisik, mental, sampai kerja hormon di dalam tubuh. Salah satu hormon yang berperan dalam ningkatkan produksi ASI adalah proklatin, namun hormon ini dihambat dengan hormon dopamin. Begitu juga dengan hormon oksitosin yang dapat melancarkan ASI, tapi bisa dihambat juga oleh catecholamine yang terbentuk saat ibu mengalami stres atau sakit secara fisik.

Namun ibu menyusui tidak perlu khawatir tentang masalah tersebut, karena ada obat pelancar ASI atau ASI booster . Obat pelancar ASI atau ASI booster  atau biasa dikenal di dunia medis sebagai laktogogue (glactogogue) ini merupakan obat yang dipercaya dapat membantu meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui dan paling efektif diberikan 3 minggu setelah melahirkan. ibu menyusui juga bisa mengonsumsinya jika produksi ASI-nya berkurang.

Namun ada baiknya untuk konsultasikan masalah ini kepada dokter agar diberikan atau diresepkan ASI booster  yang baik dan tepat dikonsumsi bagi ibu menyusui. Berikut ini 10 rekomendasi obat pelancar ASI atau ASI booster  yang baik dan aman:

1. Asifit

Salah satu ASI booster  terbaik yang sangat popular di kalangan ibu menyusui ini mengandung daun katuk berupa serbuk simplisia kering. Suplemen pelancar ASI yang diproduksi Kimia Farma juga mengandung vitamin B1, B2, B6, dan vitamin B12 yang bermanfaat bagi ibu menyusui. Tidak hanya itu, obat ini juga memiliki banyak kandungan vitamin di dalamnya yang tepat dikonsumsi bagi ibu menyusui.

2. Domperidon

Domperidon merupakan obat yang biasanya diindikasikan untuk mengatasi masalah pada saluran pencernaan, seperti mual atau muntah. Namun pada tahun 1983 obat ini dilaporkan bisa dijadikan sebagai laktogogue karena dapat meningkatkan hormon prolaktin, yaitu hormon untuk meningkatkan produksi ASI.

Namun obat ini memiliki efek samping saat mengonsumsinya, seperti mulut kering, gatal, sakit kepala, hingga kram perut. Dan sebaiknya domperidon tidak diberikan kepada ibu menyusui yang memiliki riwayat sensitif terhadap obat ini dan ibu menyusui yang mempunyai gangguan saluran pencernaan.

3. Sulpiride

Sulpiride merupakan obat anti-depresan dan obat antipsikotik yang berfungsi untuk meningkatkan hormon pelepas prolaktin. Artinya obat ini bekerja dengan meningkatkan hormon pelepas proklatin. Namun obat ini memiliki efek samping serupa dengan penggunaan metoklopramide dan peningkatan berat badan. Oleh karena itu, jika ingin menggunakan obat ini, dosis yang dianjurkan yaitu 50 mg dalam dua atau tiga kali dalam sehari.

4. Chlorpromazine

Obat selanjutkan adalah chlorpromazine. Chlorpromazine merupman obat antipsikotik yang digunakan sebagai lactogogue. Dengan dosis 25 mg tiga kali sehari selama seminggu bisa meningkatkan produksi ASI. Bentuk molekul obat ini sama dengan molekul Dopamin, dan memiliki kemampuan untuk mengikat reseptor Dopamin. Dan dengan begitu kadar prolaktin ikut meningkat.

5. Metoklopramid

Metoklopramid sebenarnya adalah obat mhak yang sering digunakan untuk mengatasi refluks gastroesofagus pada bayi. Namun ternyata obat ini dapat digunakan juga sebagai lactogogue yang bekerja dengan menghambat pelepasan Dopamin di saraf pusat sehingga kadar prolaktinnya meningkat.

Obat ini tidak dianjurkan kepada ibu menyusui yang mempunyai riwayat epilepsi, obstruksi intestinal, dan hipertensi yang tidak terkontrol. Karena obat ini memiliki efek samping yang lumayan berbahaya. Obat ini juga tidak boleh dikonsumsi bersama dengan obat anti kejang.

6. Thyrotrophin-Releasing Hormone (TRH)

Di luar negeri terutama di Amerika serikat, TRH biasa digunakan sebagai bahan untuk menilai fungsi tiroid yang juga dapat meningkatkan pelepasan hormon proklatin. Namun penggunaaan TRH untuk mempertahankan produksi ASI tidak umum di Indonesia. Jadi jika ingin mengonsumsinya sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter.

7. Suplemen Makanan dengan Kandungan Daun Katuk

Daun katuk dikenal ampuh untuk menambah dan melancarkan produksi ASI. Oleh karena itu, jika ASI tidak lancar bisa memilih untuk meminum suplemen makanan yang mengandung ekstrak daun katuk yang tinggi, vitamin B kompleks, dan juga zat besi yang sangat penting untuk menunjang masa menyusui

8. Lactamam

Lactamam merupakan ASI booster  yang mengandung ekstrak daun katuk dan juga ekstrak biji fenugreek yang bermanfaat untuk melancarkan produksi ASI semakin berlimpah.

Lactamam juga dilengkapi kandungan vitamin B12 di dalamnya yang lebih aman untuk di konsumsi. Namun obat ini tidak dianjurkan untuk ibu menyusui yang menderita diabetes, hipoglikemia atau gula darah rendah, asma, migrain, dan tekanan darah tinggi.

9. Suplemen yang mengandung Asam folat dan Vitamin

Selain suplemen makanan yang mengandung zat besi dan vitamin B, bisa juga mengonsumsi suplemen yang mengandung 1000 UI vitamin D3, asam folat, iodine dan kaya DHA. Kandungan tersebut baik untuk perkembangan otak bayi, sistem saraf, dan kemampuan penglihatan bayi.

10. Blackmores Pregnancy & Breastfeeding Gold

Obat pelancar ASI selanjutnya adalah Blackmores Pregnancy & Breastfeeding Gold. Obat ini mengandung minyak ikan dan 20 nutrisi yang baik untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil dan ibu menyusui, seperti iodium, asam folat, zat besi, kalsium, dan DHA sehingga dapat dijadikan sebagai ASI booster.

Obat ini juga tidak memiliki efek samping seperti rasa mual atau gangguan pencernaan, karena di dalam Blackmore Pregnancy & Breastfeeding Gold sudah terdapat kandungan zat besi dalam bentuk Ferrous Bisglycinate.

Itulah 10 obat pelancar asi yang aman dikonsumsi dan bisa menjadi pilihan kamu untuk membantu melancarkan produksi ASI. Namun sekali lagi perlu diingat, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter mengenai obat yang akan dikonsumsi supaya tidak berdampak apa pun.

fbWhatsappTwitterLinkedIn