Bagi tiap perempuan yang sudah menjadi seorang istri pasti akan menginginkan menjadi seorang ibu juga. Menjadi seorang ibu tidak hanya rasa bahagia saja yang dirasakan. Namun juga rasa bangga sudah melahirkan keturunannya.
Sebenarnya membangun sikap baik pada anak, kita sebagai orang tua perlu memahami perkembangan dan cara mengatasi emosi pada anak. Pendekatan emosi terhadap anak sangatlah penting, mengingat agar anak selalu dekat kepada orang tua nya.
Saat anak marah atau meluapkan kekesalan nya, jangan serta merta men-judge atau menyalahkan sikap anak. Sebaiknya, kita juga perlu meng introspeksi diri, apakah penyebabnya adalah diri kita sendiri? Ataukah ada sebuah kejadian yang melatarbelakangi tingkah mereka tersebut.
Meski mereka sudah mengalami perkembangan emosi dan kognitif yang baik, tetapi kemampuan verbal untuk mengekspresikan diri pada usia mereka relatif belum matang.
Apalagi jika menghadapi tingkah polah anak usia balita. Mereka dikenal sangat ekspresif. Cenderung lepas saat mengutarakan emosi yang dirasakannya kalau itu.
Bisa jadi sesaat sebelumnya ia menangis, ia akan tertawa kencang. Hal yang sebenarnya lumrah, namun tak semua orang tua memahami hal tersebut dan cenderung susah mengontrol emosinya.
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh para ahli yang menyatakan bahwa pengekspresian yang dilakukan anak adalah sebuah hal lumrah. Meski mereka sudah mengalami perkembangan emosi dan kognitif yang baik, tapi kemampuan verbal untuk mengekspresikan diri pada usia mereka relatif belum matang.
Lalu, apa saja penyebabnya anak emosian? Dan bagaimana cara mengatasi anak yang gampang menangis dikarenakan luapan emosi?
1. Di Luar Kemampuannya
Apakah pernah kita melihat si kecil marah ketika tidak berhasil melakukan sesuatu? Contoh ketika dia marah saat tidak berhasil memecahkan atau menyelesaikan permainan puzzle atau tidak berhasil menulis ketika ia belajar menulis huruf ataupun angka. Hal ini disebutkan oleh para ahli sesuatu yang lumrah.
Karena pada dasarnya anak-anak mempunyai kemauan dan keingintahuan yang kuat pada suatu hal dan melakukan hal tersebut. Jika tidak berhasil melakukan hal ia inginkan, anak akan merasakan keputusasaan untuk kemudian mereka luapkan dengan marah-marah kepada orang terdekatnya.
2. Suasana Hati yang Terganggu
Hal inipun juga dapat menjadi penyebab anak suka marah-marah. Psikolog anak menyebutkan bahwa suatu hal yang wajar jika si kecil sering berubah emosinya, karena pada dasarnya mereka belum mampu mengendalikan perasaan serta emosi yang tengah dirasakannya.
Dan saat si kecil merasakan gelisah, tidak nyaman, ataupun takut, si kecil terkadang bisa melupakannya dengan sikap marah-marah tersebut. Yang perlu dilakukan oleh orang tuanya adalah mencoba memahami apa yang tengah dirasakan si kecil. Hal ini bertujuan agar orang tua bisa mengembalikan suasana hati anak menjadi kembali seperti sedia kala.
3. Pengaruh dari Luar
Yang dimaksudkan pengaruh dari luar disini adalah peran media atau gadget yang modern ini semakin banyak anak kecil di berikan akses dengan mudah. Berdasarkan pernyataan seorang Profesor Human Development di Cornell University, AS, yang juga menjadi penulis buku yang berjudul Parents Under Siege.
Kekerasan yang kerap ditampilkan di televisi dan media sosial yang dengan mudah diakses sekarang ini dapat menjadikan kepribadian anak lebih kasar dan suka marah. Karena penyebab anak kecanduan gadget sangat berbahaya.
Sebenarnya tidak hanya tayangan di televisi dan media sosial saja yang patut diwaspadai, namun juga game yang sering mereka mainkan juga turut berperan dalam pembentukan karakter anak.
4. Meniru Perilaku Orang Lain
Menurut para pakar, seorang anak merupakan plagiator terbaik yang pernah ada. Ia memang suka meniru perbuatan orang yang menurutnya mempunyai karakter kuat ataupun orang terdekatnya.
Seperti orang tua contohnya, jika suka marah-marah mereka menganggap suatu hal yang biasa atau wajar jika bersikap marah atau jika berbicara dengan nada keras, karena orang tua mereka pun berbuat demikian. Padahal dampak membentak anak sangat berbahaya bagi perkembangan psikisnya.
Maka dari itu, janganlah heran saat mereka mengekspresikan emosi negatif mereka dengan cara yang serupa. Yang lebih merepotkan adalah ketika mereka bersikap seperti itu agar permintaan nya harus dituruti dan hal tersebut menarik perhatian orang sekitar.
5. Suka dilarang
Penyebab lainnya yang dapat menyebabkan anak suka marah atau emosian adalah hal ini. Memang sebagai orang tua kita pasti mengkhawatirkan kondisi anak, apalagi jika anak tersebut masih kecil. Hal tersebutlah yang mendasari orang tua memberikan pelarangan kepada anak.
Namun jika terlalu banyak aturan dan larangan yang tak berdasar, justru akan membuat anak merasa terkekang. Larangan tersebut yang menjadi pemicu sifat suka marah dan emosian anak. Agar anak tidak bersikap demikian, orang tua wajib tahu cara mendidik anak remaja agar bertanggung jawab.
Cara mengatasi anak emosian
Lantas, bagaimana cara mengatasi anak yang suka marah-marah atau emosian? Berikut tipsnya :
- Ajari Anak Anda Tentang Perasaan
Seperti yang sudah dikatakan di atas, bahwa wujud pengungkapan perasaan anak adalah menampilkan sikap marah atau anak tidak tahu cara melampiaskan emosinya dengan tepat. Dan cara yang paling tepat adalah mengajarkan anak tentang perasaan.
Tentang perasaan yang ia rasakan, ibu bisa mencari tahu dengan mengajak ngobrol anak. Ajari anak tentang kata marah, sedih, bahagia dan takut. Nanti seiring berjalannya waktu si kecil akan paham dan melabeli emosi yang tengah ia rasakan. Adapun Manfaat Quality Time Bersama Keluarga adalah salah satu jalan yang harus ditempuh oleh orang tua.
- Disiplinkan dengan Cara Khusus
Selain mengajari tentang label emosi, cara mengatasi sikap emosian pada anak adalah dengan mendisiplinkan diri sang anak dengan cara tertentu. Mendisiplinkan anak yang mempunyai sifat lebih sensitif akan membuatnya lebih tertekan, jadi orang tua atau orang terdekat harus lebih paham dan berhati-hati.
- Buat Termometer Kemarahan
Hal kreatif ini bisa dilakukan untuk mengatasi anak yang emosian. Termometer emosi ini dapat membantu si kecil agar lebih mengenali saat emosi mereka mulai melonjak.
Caranya mudah, gambarlah sebuah termometer besar di atas kertas. Lalu, isilah termometer dengan angka 0 sampai 10 (bawah ke atas). Jelaskan bahwa nol berarti “tidak ada kemarahan sama sekali.” Angka 5 berarti “jumlah kemarahan yang sedang,” dan 10 berarti “kemarahan yang paling banyak.”
Bicaralah mengenai perasaan tubuhnya ketika dia sedang marah. Dia mungkin merasa wajahnya menjadi panas ketika dia level dua dan dia mungkin mengepalkan tangannya ketika dia level tujuh.
Bicaralah mengenai perasaan tubuhnya ketika dia sedang marah. Dia mungkin merasa wajahnya menjadi panas ketika dia level dua dan dia mungkin mengepalkan tangannya ketika dia level tujuh.
Ketika anak-anak belajar mengenali tanda-tanda kemarahan, hal ini bisa membantu mereka untuk memahami perlunya istirahat. Tujuannya jelas, agar kemarahan mereka meledak pada tingkat 10.
- Buat Rencana untuk Membantu Anak Tenang
Langkah selanjutnya adalah mengajari anak apa yang perlu dilakukan ketika ia mulai merasa emosi. Jangan dibiarkan jika ia mulai melempar mainan atau barang yang lain ketika ia mulai merasa kesal ataupun marah, berikan pemahaman tentang cara yang lebih sehat untuk meredam rasa marah mereka.
Contohnya, ketika kemarahan mulai memuncak ajak mereka masuk ke dalam kamar untuk menenangkan diri. Harap diingat jika anak yang suka emosi butuh pendampingan orang tua mereka untuk mengarahkan emosi yang tengah mereka rasakan.
- Ajari Teknik Mengelola Kemarahan
Pernah mendengar anger management techniques atau teknik mengelola kemarahan? Teknik ini dikenal ampuh untuk membantu anak untuk meredakan emosi yang ia rasakan.
Caranya, ajari anak teknik pernapasan ketika ia mulai marah. Suruh anak mengambil napas dalam kemudian tahan dan keluarkan secara perlahan. Masih banyak cara lain, cara-cara tersebut bisa ibu komunikasi kan dengan orang yang lebih ahli.
Itulah tadi tentang cara mengatasi dan penyebab anak yang suka emosian. Tentang anak agar lebih memahami tidak salah bahwa orang tua selalu belajar dan kendalikan emosi saat anak tengah merasakan emosi tinggi atau tantrum. Semoga bermanfaat.