Kehamilan merupakan suatu proses yang normal dijalani oleh setiap wanita. Dalam masa ini, wanita akan mengalami perubahan baik dari segi fisik maupun psikis. Meski merupakan suatu kejadian yang normal, wanita tetap memerlukan adaptasi atas perubahan karena proses kehamilan. Namun, tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir jika terjadi masalah dalam kehamilannya, khawatir akan perubahan bentuk tubuh, keselamatan kehamilan, bagaimana nanti mengurus bayi yang telah lahir, dan lain sebagainya.
Akibatnya, ibu hamil cenderung lebih emosional saat hamil. Di tambah faktor perubahan hormon yang membuat ibu mengalami berbagai ketidaknyamanan selama masa kehamilan, membuat ibu hamil bisa jadi benar-benar berlebihan sensitif bahkan terhadap hal-hal kecil sekalipun.
Reaksi Psikologis
1. Reaksi Cemas
Kecemasan baru terlihat ketika ibu mengungkapkannya karena gejala klinis yang ada sangat tidak spesifik (termor, berdebar-debar, kaku otot, gelisah, mudah lelah, dan insomnia). Kecemasan sering terjadi pada awal tanda kehamilan pertama, ibu dengan pribadi mudah cemas atau riwayat obstetri buruk.
2. Reaksi Panik
Ditandai dengan adanya rasa sakit dan gelisah yang hebat. Reaksi ini timbul dalam periode yang relatif singkat da tanpa sebab yang jelas. Hal ini dapat terjadi saat ibu hamil mendengar kabar yang mengerikan atau melihat hal-hal yang memengaruhi perasaannya, misalnya kecelakaan.
3. Reaksi Obsesif Kompulsif
Selalu timbul perasaan, rangsangan, atau pikiran untuk melakukan sesuatu tanpa objek yang jelas. Diikuti dengan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang yang dapat mencelakai dirinya, janin yang dikandung, atau orang lain. Adanya potensi gawat darurat pada ibu hamil dengan gangguan ini merupakan alasan untuk dilakukan perawatan di rumah sakit atau dalam pengawasan tim medis yang memadai.
Reaksi ini dapat terjadi pada ibu dengan kehamilan yang tidak diiinginkan (atau pada ibu yang kurang mendapat perhatian dari suami atau keluraga yang lain. (Baca juga : bahaya hamil di usia muda)
4. Depresi Berat
Ditandai dengan adanya persaan sedih, menyendiri, rasa tidak dihargai, penurunan berat badan, insomnia, lemah, dan pada kasus yang berat, dapat timbul keinginan untuk bunuh diri.
5. Rekasi mania
Ditandai dengan rasa gembira yang berlebihan (euforia), hiperkatif, banyak bicara (logore), mengganggu dan rasa percaya diri yang berlebihan. Terjadi pada wanita hamil pertama, wanita yang sangat mengharapkan kehamilannya.
Gangguan Psikologis
1. Trimester Pertama
Ibu menjadi ambivalen (takut, khawatir, berfantasi) terutama pada ibu yang baru pertama kali hamil. Merasa rendah diri karena muncul hiperpegmentasi pada wajah, leher, dan perut yang disebabkan oleh peningkatan hormon. Mudah marah atau tersinggung. Dengan tingkat stres yang lebih tinggi, ibu akan berpikir bahwa kehamilan merupakan ancaman, gawat, menakutkan, dan membahayakan sehingga periode ini berisiko tinggi memicu pertengkaran dan rasa tidak aman.
2. Trimester Kedua
Ibu merasa tubuhnya tidak sekuat sebelumnya ditandai dengan mudah merasa sakit kepala. Ibu hamil mulai menaruh perhatian terhadap budaya seputar kehamilan.
3. Trimester Ketiga
Reaksi umum yang terjadi adalah ibu berperasaan aneh dan menjadi lebih introvert. Dengan perubahan tubuh yang menjadi gemuk, ibu merasa dirinya aneh dan jelek. Ibu merasa dirinya tidak lagi menarik dan merasakan kehamilan menjadi beban tubuhnya. Selain itu, mulai timbul ketakutan menjelang proses persalinan.
Depresi Saat Hamil
Gejala umum yang sering kali terjadi dari depresi adalah perasaan murung, gangguan tidur, perasaan yang hampa dan kosong yang. Pada akhirnya memberi pengaruh pada perubahan pola makan (bisa menjadi lebih rakus atau sebaliknya) yang akan mempengaruhi asupan gizi ibu hamil. Keletihan yang tidak normal dan hilangnya gairah kerja pun menjadi bagian dari yang dirasakan oleh ibu yang depresi pada saat kehamilannya.
Depresi biasanya terjadi karena beragam alasan, antara lain :
- Rasa cemas yang berlebihan pada kesehatan pribadi (mungkin trauma karena pernah mempunyai sejarah kesehatan yang buruk di masa lalu atau kesehatan bayi)
- Stres karena kondisi sosial dan ekonomi
- Mengalami komplikasi kehamilan (seperti kehamilan ektopik, hamil anggur atau kelahiran prematur)
- Pasangan yang kurang memberi perhatian
Dampak Emosi yang Tidak Terkontrol Bagi Kehamilan
- Kondisi emosi yang tidak stabil pada masa hamil bisa memperparah mual dan muntah (hiperemesis gravidarum)
- Meningkatkan risiko alergi pada perkembangan janin pada kandungan, akibat dari meningkatnya hormon kortisol saat ibu mengalami stres
- Meningkatkan risiko terjadinya keguguran dan abortus habitualis (keguguran yang berulang) oleh masalah emosional sebelum atau saat kehamilan, pemikiran atau ketakutan akan beban dan tanggung jawab terkait kehamilan. Hal tersebut akan menimbulkan pertentangan emosional yang hebat terutama pada ibu hamil usia muda. (baca juga : akibat hamil di usia muda)
- Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa stres bisa membuat sistem kekebalan tubuh bayi berkurang
Demi mengatasi masalah emosional pada ibu hamil, harus ada kerjasama yang baik antara suami, keluarga, dan petugas kesehatan (dokter kandungan atau bidan) untuk menanganinya. Juga, ibu hamil harus bisa mengontrol emosinya dengan baik dan jangan mudah terpengaruh oleh lingkungan yang tidak menyenangkan.