Keguguran menjadi salah satu peristiwa yang sangat menyedihkan bagi semua orang tua, terutama ibu hamil yang mengalaminya. Pada awal setelah keguguran biasanya ibu akan merasa sangat sedih dan mungkin juga takut untuk hamil lagi. Selain it, ibu yang mengalami keguguran harus melakukan perawatan medis yang mungkin membuat kondisi fisik menjadi lebih tertekan. Keguguran akan identik dengan kuret yaitu sebuah proses untuk membersihkan ruangan rahim. Efek dari perawatan ini memang tidak mudah dihadapi dan terkadang sulit untuk mengembalikan perasaan ibu seperti semula.
Apa itu Keguguran?” state=”opened
Keguguran adalah sebuah tahap ketika janin yang berkembang dalam rahim dalam waktu tertentu berhenti berkembang atau mengalami kematian. Kondisi ini akan memaksa janin harus keluar dari rahim ibu. Semua ibu hamil bisa mengalami potensi keguguran dengan usia kehamilan yang berbeda-beda, mulai dari proses kehamilan tahap awal hingga tahap akhir. Proses ini akan memaksa sebuah aborsi yang dilakukan secara alami. Keguguran banyak ditemukan pada ibu hamil dengan berbagai usia ibu dan juga usia kehamilan. Resiko tinggi penyebab keguguran biasanya terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.
Gejala Keguguran
Keguguran selalu diawali dengan beberapa gejala yang selalu harus diperhatikan oleh ibu hamil. Berikut ini adalah beberapa macam gejala awal keguguran.
- Timbul pendarahan yang selalu diawali dengan bercak merah muda. Bercak ini berbeda dengan flek bercak darah merah muda yang sering menjadi pertanda awal kehamilan.
- Ada rasa sakit perut atau kram yang lebih mirip seperti ketika datang bulan. Namun rasa sakit akan bertambah lebih parah dan biasanya disertai dengan pendarahan yang lebih banyak. Terkadang rasa sakit bisa sembuh dan kemudian akan datang lagi dalam waktu yang lebih intens.
- Hilangnya detak jantung janin dan kondisi ini biasanya dikenali saat pemeriksaan rutin kehamilan. Beberapa pertanda awal mungkin tidak muncul dan keguguran ternyata sudah terjadi.
Kuret Setelah Keguguran
Kuret adalah sebuah prosedur medis yang paling sering dilakukan untuk membantu membersihkan rahim dari jaringan janin atau bayi yang sudah meninggal. Sebenarnya kuret tidak perlu dilakukan jika usia kehamilan kurang dari 7 minggu. Tapi kuret tetap harus dilakukan jika ternyata masih ada jaringan janin yang tertinggal di dalam rahim. Kuret dilakukan untuk menghilangkan semua jaringan rahim dengan menggunakan sebuah alat khusus yang masuk ke bagian leher rahim dan rahim, seperti pada proses kuret janin tidak berkembang.
Komplikasi
Ada beberapa ibu yang tidak mau menjalani kuret. Hal ini disebabkan karena ketakutan dengan proses maupun pemulihan setelah mendapatkan kuret. Selain itu, ada beberapa komplikasi yang bisa muncul setelah kuret, yaitu :
- Alergi terhadap jenis obat yang dipakai selama kuret, alergi bisa bermacam-macam dari tingkat berat hingga ringan
- Ibu bisa mengalami masalah kerusakan leher rahim karena alat yang dipakai saat proses kuret
- Pendarahan sangat umum setelah kuret namun bisa menyebabkan ibu menjadi lebih lemah
- Infeksi yang bisa terjadi pada organ reproduksi dan rahim yang bisa mempengaruhi proses kehamilan selanjutnya, misalnya menjadi penyebab kemandulan pada wanita.
- Timbulnya masalah pada rahim seperti tumbuhnya jaringan tidak normal pada rahim.
Bahaya
Meskipun sebenarnya ketika keguguran terjadi pada usia kurang dari 7 minggu tidak memerlukan kuret, namun ada beberapa hal yang mendorong ibu harus kuret. Ada beberapa bahaya yang bisa terjadi jika seorang ibu pernah keguguran dan tidak melakukan kuret :
1. Masalah Kesehatan Rahim
Terjadinya gangguan pada rahim karena jaringan yang mungkin tidak bersih. Gangguan ini bisa menyebabkan penyakit tertentu yang bisa muncul dalam waktu yang cepat maupun lambat. Bahkan ibu yang tidak melakukan kuret setelah keguguran harus melakukan pemeriksaan rahim selama lebih dari enam minggu. Kondisi rahim akan mempengaruhi kondisi kesehatan ibu seumur hidupnya.
Kesehatan rahim pada umumnya dilakukan pada wanita saat :
2. Anemia
Ibu bisa mengalami anemia karena kehilangan darah yang sangat banyak saat keguguran. Hal ini juga bisa menyebabkan ibu mendapatkan resiko infeksi yang lebih parah. Kesehatan organ reproduksi harus mendapatkan pengawasan yang sangat ketat. Selain itu, anemia banyak terjadi pada resiko melahirkan normal.
3. Pendarahan
Pendarahan berlebihan sering terjadi pada keguguran tanpa kuret. Bahkan pendarahan bisa terjadi mulai dari tujuh hingga lebih dari 30 hari. Terkadang pendarahan akan menyebabkan rasa sakit yang parah dan ini sangat mengganggu untuk kesehatan dan pemulihan ibu yang baru mengalami keguguran. Namun pendarahan ini wajib diwaspadai karena bisa saja terjadi hamil anggur atau kehamilan ektopik.
4. Tekanan Mental
Ibu yang keguguran tanpa kuret biasanya akan mengalami tekanan yang besar terutama untuk menghadapi kehamilan berikutnya. Selalu ada perasaan takut dan tertekan karena ada hal yang dihadapi dalam rahim. Pemeriksaan berkala diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan organ reproduksi.
5. Kanker Rahim
Selalu ada resiko kanker dalam jangka panjang bagi ibu yang pernah mengalami keguguran dan tidak mendapatkan kuret. Hal ini disebabkan karena jaringan yang tidak bersih dalam rahim telah tumbuh menjadi jaringan abnormal. Proses kuret ini akan mencegah bahaya kanker rahim tersebut terjadi.
6. Kista
Adanya jaringan yang tidak bersih pada rahim juga bisa menyebabkan kista. Kista biasanya akan lebih mudah cepat tumbuh setelah tahap ini. Bahaya kista yang paling parah adalah ketika kista bisa berkembang terus dan berubah menjadi penyakit yang lebih serius atau bahkan menghalangi proses kehamilan selanjutnya.
Resiko Terjadinya Keguguran yang Memerlukan Kuret
Ada ibu hamil yang bisa melahirkan bayinya dan merasa sangat senang, tapi ada juga ibu hamil yang mengalami keguguran. Berbagai kondisi yang berbeda menyebabkan banyak keadaan, salah satunya keguguran yang bisa terjadi pada ibu hamil. Berikut ini adalah beberapa resiko yang bisa menyebabkan seorang ibu hamil bisa mengalami keguguran yang memerlukan kuret :
- Ibu hamil yang telah berusia lebih dari 40 tahun memiliki resiko keguguran yang lebih tinggi, karena beberapa alasan seperti gangguan kromosom, pengaruh hormon dan kondisi kesehatan.
- Ibu hamil yang pernah mengalami keguguran selama lebih dari dua kali dan tidak melakukan perawatan untuk mengetahui penyebab keguguran.
- Ibu hamil yang menderita beberapa jenis penyakit kronis seperti diabetes, masalah pembekuan darah, penyakit gangguan imunitas dan beberapa kondisi penyakit komplikasi lain.
- Adanya masalah pada rahim dan serviks yang bisa menyebabkan rahim memiliki jaringan parut, leher rahim yang tidak normal, ukuran rahim bermasalah dan beberapa masalah pertumbuhan jaringan dalam rahim.
- Infeksi yang bisa menyebabkan masalah untuk janin seperti infeksi HIV, campak dan berbagai jenis infeksi lain. (Baca juga : bahaya hepatitis bagi ibu hamil yang bisa menimbulkan infeksi)
- Ibu hamil yang memiliki pola kehidupan yang buruk seperti konsumsi alkohol, kebiasaan merokok dan konsumsi makanan yang buruk selama hamil.
- Memakai berbagai jenis obat-obatan yang tidak dilakukan berdasarkan resep dokter sehingga memberikan pengaruh untuk janin.
- Ibu hamil yang terkena paparan racun dari lingkungan maupun makanan seperti merkuri dan berbagai jenis bahan kimia lain.
Jadi bagaimanapun keguguran tanpa kuret adalah hal yang seharusnya tidak dilakukan, kecuali jika sudah mendapatkan ijin dari dokter. Bagi ibu hamil sebaiknya juga selalu melakukan pemeriksaan lanjutan setelah keguguran untuk mengetahui kondisi kesehatan.