10 Cara Terapis Okupasi untuk Anak Autis

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Terapi okupasi berfokus pada pengembangan keterampilan hidup sehari-hari anak autis. Karena sebagian besar ciri ciri anak autis sejak bayi memiliki perkembangan motorik yang lambat, terapi okupasi sangat penting yang menjadi alternatif cara terapi anak autis di rumah agar mandiri.

Terapi okupasi juga dapat memberikan pelatihan sensorik integratif, suatu teknik yang membantu orang autis mengatasi hipersensitivitas terhadap suara, cahaya, atau sentuhan. Terapi okupasi merupakan bagian dari rehabilitasi medis.

Terapi okupasi dan terapi perilaku anak autis tujuannya berfokus pada proses sensorik dan neurologis, memanipulasi, memfasilitasi dan menghambat lingkungan untuk mencapai perbaikan dan pemeliharaan kemampuan anak.

Beberapa latihan yang dilakukan selama terapi ini antara lain: Latihan yang berfokus pada penyiapan benda-benda kecil, melibatkan koordinasi otak, mata dan tangan.

Dalam terapi ini secara keseluruhan, perhatian diberikan pada kemampuan dan keterbatasan anak autis dengan tujuan membantu anak tumbuh dan berkembang, mencapai kemandirian dan produktivitas, sehingga dapat menjaga diri dan memanfaatkan waktu luangnya dengan baik.

Proses atau langkah-langkah yang biasanya dilakukan dalam praktek terapi okupasi menurut (Chia dan Lynne, 2002) antara lain:

1. Penyerahan

Program penyerahan ini meliputi, penyaringan untuk mengidentifikasi anak autis terkait gejala, faktor-faktor pendukung dan penghambat serta perubahan yang dialami anak autis.

2. Penilaian

Pada tahap penilaian mencakup penilaian tingkat perkembangan setiap anak, yaitu

  • Kembangkan keterampilan kerja saat ini (sensorimotor, kognitif, dan psikososial) dan keterampilan kinerja pekerjaan (perawatan diri, produktivitas, dan waktu luang),
  • Identifikasi kekuatan dan kebutuhan kerja terapi,
  • Informasikan diagnosis
  • Putuskan model yang sesuai untuk terapi dan membantu memilih tujuan program terapi dalam membantu anak belajar
  • Memperoleh keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan okupasi.
  • Memberikan ukuran kemajuan pada anak autis sehingga dapat menjadi tolak ukur kemajuan terapi okupasinya (Reed dan Sanderson, 1983; Peck dan Hong, 1994)

3. Penetapan hubungan

Penetapan hubungan pada dasarnya adalah komunikasi antara anak, keluarga dan terapis okupasi, yang tujuan utamanya adalah untuk mengetahui apa yang dibutuhkan anak autis.

4. Menentukan sasaran

Setelah penilaian, langkah penting selanjutnya adalah mengidentifikasi tujuan jangka panjang dan jangka pendek yang realistis dan dapat dicapai dan ditulis dalam istilah yang terukur sehingga perubahan perkembangan anak autis dapat dengan mudah didokumentasikan.

5. Pemilihan metode, delineasi dan penetapan model okupasi

  • Model profesional Menurut Reed dan Sanderson (1983), model profesional dapat dibagi menjadi tiga bidang: perawatan diri, produktivitas dan hiburan, yang terdiri dari tiga komponen keterampilan: sensorimotor; kognitif dan psikososial.
  • Delineasi dan implementasi model yaitu model yang digunakan secara individu atau dalam kombinasi: perubahan perilaku, konsep bobath, pendidikan perilaku, pendekatan kreatif, aktivitas motorik perseptual, terapi bermain, integrasi sensorik, serta stimulasi motorik sensorik anak autis).

6. Penggunaan okupasi

Komunikasi antara terapis okupasi, anak dan keberadaannya di dalam lingkungan sosial yang mendukung merupakan bagian penting dari proses terapi okupasi ini.

7. Penerapan terapi okupasi secara individu/kelompok

Beberapa manfaat terapi individu adalah:

  • Memungkinkan anak autis mengembangkan hubungan dengan terapis. Terapi untuk anak autis dengan bantuan terapis ini merupakan salah satu cara dalam membantu perkembangan komunikasi anak autis.
  • Memberikan waktu dan masukan lebih banyak kepada anak autis yang kurang konsentrasi dan teralih perhatiannya.
  • Sangat berguna untuk fungsi-fungsi tertentu seperti mengarahkan perhatian selama pengajaran dan sensori motorik awal dan persepsi anak autis.

Terapi kelompok memiliki keuntungan sebagai berikut:

  • Ini memberikan kesempatan untuk komunikasi, keterampilan sosial dan keterampilan belajar seperti bergiliran dan bekerja sama antar anak autis lainnya.
  • Memungkinkan lebih banyak variasi permainan dan aktivitas.
  • Memungkinkan anak untuk berlatih dan menggeneralisasi keterampilan yang diajarkan satu per satu dan memungkinkan mereka mencapai tantangan yang diberikan.

8. Adaptasi terapi okupasi

Adaptasi terapi okupasi mencakup adaptasi cara kerja terapi okupasi itu sendiri, cara kerja dan respon lingkungan terhadap anak autis. Respon lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, lingkungan biopsikologi, dan lingkungan sosiokultural (Reed dan Sanderson, 1983).

9. Evaluasi

Evaluasi layanan yang mereka berikan semakin penting bagi terapis okupasi untuk mengukur sejauh mana kemajuan dari terapi okupasi yang telah dilakukan.

10. Ulasan

Ulasan dalam terapi okupasi saling memberikan pengaruh antara terapis, orang tua, dan anak autis itu sendiri yang mencakup perkembangan fisik, psikis, motorik, sensorik dan keterlibatannya terhadap lingkungan yang mendukung.

Untuk melatih keterampilan motorik tangan, penyandang autis juga diajarkan cara memegang pensil, pulpen, atau sendok yang benar. Terapi ini juga biasanya mengajarkan aktivitas hidup sehari-hari (activities of daily living), seperti: memakai topi, sepatu, dan baju.

Selain itu, terapi ini mengajarkan anak autis untuk makan dan minum secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Membedakan benda mana yang kasar dan mana yang halus, sehingga lambat laun akan menunjukkan perkembangan motorik halus anak autis serta melatih indera penciuman, seperti mencium bau dan wangi.

fbWhatsappTwitterLinkedIn