6 Cara Mendidik Anak yang Suka Memukul

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sebagai orangtua, tentunya akan merasa khawatir apabila mengetahui bahwa anak ternyata suka memukul. Entah itu memukul temannya, adiknya, atau bahkan kepada orangtuanya sekalipun.

Biasanya, anak melakukan perilaku tersebut sebagai bentuk luapan emosi karena orang-orang disekitarnya tidak mengerti perkataannya, pengaruh buruk dari lingkungan sekitarnya.

Atau hal tersebut sebenarnya merupakan bentuk adaptasi anak terhadap lingkungan karena mereka belum mengerti bagaimana cara mengendalikan impuls emosinya.

Biasanya ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab anak emosian sampai membuat anak suka memukul, diantaranya adalah:

  • Meniru orang-orang yang ada disekitarnya
  • Merasa cemburu dengan saudaranya
  • Sering dibentak
  • Tidak mendapat ajaran tata krama yang baik dari orang disekelilingnya

Perilaku anak yang suka memukul tentu saja tidak baik apabila tetap dibiarkan begitu saja. Karena apabila orangtua abai terhadap hal ini, maka kemungkinan besar, saat mereka dewasa nanti, anak akan menjadi pribadi yang egois, kasar, dan juga nakal dan susah diatur.

Berikut ini merupakan cara mendidik anak yang suka memukul yang dapat dilakukan orangtua agar anak dapat menghilangkan kebiasaannya tersebut.

1. Mencari tahu terlebih dahulu pemicunya

ada umumnya, anak yang suka memukul orang-orang disekitarnya merupakan suatu bentuk dari cara mereka mengekspresikan emosi yang mereka rasakan pada saat itu. Mereka akan memukul, mencubit, atau bahkan menggigit.

Akan tetapi, orangtua harus mulai belajar memahami bahwa dalam setiap tindakan, pasti selalu ada pemicu yang membuat anak menjadi suka memukul.

Dengan demikian, apabila orangtua sudah menemukan segala pemicu yang membuat anak menjadi suka memukul, maka orangtua akan dapat dengan mudah mengajari dan mendidik anak cara mengontrol emosi yang baik, tata krama yang baik, serta dapat menghindari segala pemicu yang membuat anak menjadi suka memukul.

Bantu anak menyalurkan perasaannya dengan cara yang lebih positif. orangtua juga dapat mencatat situasi-situasi kurang baik yang dapat memicu anak menjadi suka memukul. Yaitu dengan menulis sebuah jurnal khusus situasi dan perilaku yang membuat anak menjadi suka memukul.

Dengan adanya jurnal ini, Anda dapat menganalisis perilaku anak, dan mendapatkan pemahaman bagaimana cara yang tepat dalam mendidik mereka.

2. Berikan contoh yang baik terhadap anak

Selain dari buku, anak-anak cenderung belajar dari hasil mencontoh dan meniru orangtua dan orang-orang dewasa disekitarnya. Contoh atau sikap buruk yang ditunjukkan orangtua dihadapan anak akan membuat anak menjadi lebih agresif.

Apabila orangtuanya kasar, dan selalu mendisiplinkan anak dengan cara menyentil atau memukul saat anak berbuat salah, maka kedepannya hal tersebut justru hanya akan membuat anak menjadi lebih kasar dan meniru hal-hal tersebut.

Daripada mengajari anak dengan hal-hal yang keras, cobalah ajari anak cara mengontrol emosi yang baik, disiplinkan sikap mereka tanpa harus memukul, menyentil atau perlakuan kasar lainnya.

Apapun kesalahan anak, jangan sampai melampiaskan amarah tersebut pada fisik anak. Sebab akibat sering memarahi anak salah satunya adalah akan membuat anak menjadi kasar dan suka meniru perilaku tersebut.

Cara mengatasi anak agresif yang suka memukul adalah dengan memperlakukannya dengan lembut lembut, pelan-pelan beri tahu anak alasan yang jelas mengenai hal-hal yang dilarang dan tidak baik untuk dilakukan.

Dan apabila hal tersebut kurang mempan, dan anak tidak hanya menyakiti orang lain tapi juga malah mulai menyakiti dirinya sendiri, cobalah untuk mengubah suara dan bahasa tubuh menjadi lebih tegas dan serius agar anak mau mendengarkan perkataan orangtuanya.

3. Menerapkan disiplin ganda

Ketika anak mulai terlihat agresif dan suka memukul terhadap orang-orang disekitarnya, segera bawa anak ke ruangan atau tempat yang sepi, lalu dudukkan anak dan tatap matanya dengan serius. Katakan dengan nada suara yang tegas bahwa perbuatannya itu tidaklah baik.

Ia tidak boleh memukul siapapun dan dalam kondisi apa pun. Beri mereka peringatan bahwa perilaku agresifnya itu tidak bisa diterima dan akan ditindak dengan tegas apabila mereka mengulanginya lagi.

Setelah itu, berikan anak waktu sendiri di kamarnya agar mereka bisa merenungi kesalahannya. Lalu, apabila amarahnya dirasa sudah mereda, cobalah untuk membicarakan lagi masalah tersebut secara lebih privasi dan serius (antara kedua orangtua dan anak).

Seperti, menegaskan kembali kepadanya bahwa memukul adalah tindakan yang tidak baik, dan akan selalu ada tindakan tegas yang akan orangtua berikan apabila mereka melakukan hal itu kembali.

4. Ajari anak untuk menggunakan tangannya menuju kebaikan

Karena anak belajar dengan mencontoh lingkungan sekitarnya, sebagai orangtua cobalah untuk selalu menggunakan tangan menuju hal-hal yang baik.

Seperti berikan anak pelukan yang hangat, usapan yang menenangkan, membelai atau memijat bayi, dan mengulurkan tangannya untuk selalu membantu dan berbagi terhadap sesama.

Melansir dari Healtline, menyebutkan bahwa cara ini merupakan cara yang ampuh untuk diterapkan selain melalukan pendisiplinan terhadap anak yang suka memukul. Selain itu, hal ini juga dapat mengajarkan anak mencintai tubuhnya agar anak tidak memukul dirinya sendiri.

5. Tumbuhkan sikap empati kepada anak

Empati merupakan kesadaran mental atau kemampuan seseorang untuk bisa mengerti dan memahami keadaan perasaan atau pikiran orang lain. Dari sedini mungkin, orangtua harus mulai menumbuhkan empati dalam diri anak.

Apalagi jika anak sudah mulai terlihat sering memukul orang lain dan bahkan dirinya. Sadarkan anak bahwa perilaku suka memukul itu adalah perilaku yang tidak baik karena akan menyakiti orang lain.

Jangan takut cara ini tidak akan dimengerti oleh mereka. Sebab anak usia dua tahun keatas sudah cukup pintar dan mengerti mengenai apa yang orangtua maksud.

Selain itu, yang paling penting adalah jangan lupa untuk selalu mengajari dan mengingatkan anak untuk selalu meminta maaf setelah mereka melakukan kesalahan terhadap orang lain.

Dalam menumbuhkan sikap empati pada anak, orangtua harus mulai mengajari anak mengenali emosi, berikan mereka contoh berempati terhadap sesama teman, dan posisikan diri anak sebagai orang lain.

Melansir dari Positive Dicipline, anak-anak mungkin memang belum bisa membayangkan dirinya ada di posisi anak yang dipukulnya. Akan tetapi, apabila orangtua terus membiasakan dan menerapkan sikap yang baik tersebut.

Maka perlahan-lahan sikap empati akan meresap dalam diri anak sampai akhirnya mereka menyadari konsekuensi dari tindakannya, serta akan menyadari bahwa tindakannya adalah perilaku yang tidak baik dan merugikan tidak hanya untuk orang lain akan tetapi juga pada dirinya sendiri.

6. Memberikan apresiasi kepada anak

Anak-anak cenderung merasa bangga apabila diberi pujian saat telah melaksanakan dan menerapkan ajaran-ajaran yang telah diberikan oleh orangtua.

Misalnya, setelah orangtua mengajarkan bahwa menolong sesama manusia merupakan perilaku yang baik, ia akan dengan senang hati membantu temannya yang terjatuh.

Maka dari itu, dengan selalu memberikan mereka pujian atas perilaku-perilaku baik yang telah mereka lakukan, anak akan semakin semangat dan terpacu untuk berbuat baik dan menghindari perilaku yang buruk seperti memukul.

Biasanya, cara mengapresiasi anak dapat dilakukan dengan memberikan mereka reward yang mereka suka, atau dengan memuji mereka seperti “Baiknya anak, mama.” atau “Wah.. pintar/keren sekali anak, mama.”

Orangtua harus sadar bahwa apa yang dilakukan si kecil sampai membuatnya suka memukul mungkin terjadi karena suatu pengaruh yang buruk di lingkungan sekitarnya.

Oleh sebab itu, mendidik anak yang suka memukul tidak bisa dilakukan dengan cara yang keras dan kasar. Orangtua harus terlebih dahulu mengetahui apa yang menjadi pemicu anak menjadi suka memukul.

Selain itu, orangtua juga harus mengajari anak untuk menggunakan tangannya pada hal-hal yang menuju kebaikan serta tidak lupa untuk menumbuhkan empati pada anak.

fbWhatsappTwitterLinkedIn