Banyak ibu yang sedang menyusui tidak dapat menemukan perbedaan mastitis dan abses payudara. Walaupun keduanya terlihat serupa dan juga sejenis, namun ternyata sangat berbeda.
Hal ini dikarenakan mastitis pada ibu menyusui dan juga abses memiliki perbedaan signifikan pada penanganan dan juga jenis obatnya. Namun bisa jadi penyebabnya sama.
1. Tingkat Keparahan
Jika dilihat dari mastitis dan juga abses payudara, maka keduanya merupakan kondisi yang terjadi pada payudara khususnya ibu menyusui. Untuk kondisi ibu yang mengalami mastitis gejalanya akan timbul rasa kurang nyaman, payudara sakit dan juga bengkak, nyeri otot dan juga sendiri bahkan jika kondisi yang lebih tinggi hingga demam bagi ibu yang memberikan ASI.
Namun perbedaannya dengan abses payudara dibandingkan mastitis yaitu tingkat keparahannya. Adanya bakteri, kondisi infeksi dan juga puting yang retak serta kultur mikroba pada ibu yang mengalami abses payudara akan berbeda kondisi dengan penderita mastitis. Sehingga mengatasinya-pun akan berbeda.
Jika tidak ditangani segera gejala yang muncul dari mastitis akan merambah menjadi lebih parah ke arah abses. Sehingga jika hal tersebut terjadi diharapkan ibu yang mengalaminya segera pergi ke dokter untuk mendapatkan penanganan dan pemeriksaan segera.
2. Penyebab Mastitis atau Abses Payudara
Perbedaan mastitis dan abses payudara selanjutnya adalah penyebabnya. Jika mastitis bisa dari beberapa masalah misalnya kurang tepatnya ibu dalam peletakan puting. Beberapa kondisi abses bisa terjadi karena peradangan ditambah adanya bakteri yang bersarang.
Selain itu bakteri juga memperparah nanah yang ada pada tubuh ibu. Sehingga abses bisa menimbulkan kondisi yang buruk dan efek yang kurang nyaman pada ibu. Segera obati agar bakteri tidak berserakan dan bersarang pada tubuh lebih lama. Apalagi manfaat memberikan ASI bagi ibu yang berkualitas pada si kecil.
3. Proses Penanganannya
Perbedaan kedua yang bisa dilakukan jika terjadi mastitis atau abses payudara pada ibu yaitu proses penanganannya. Proses ini memang berlaku apabila seseorang mengalami gejala yang serupa antara mastitis ataupun abses payudara.
Namun perbedaan mastitis dan abses payudara berasal dari penanganannya. Karena tingkat keparahannya berbeda, jelas penanganannya juga berbeda.
Misalnya saja untuk cara mengatasi mastitis pada ibu menyusui, walaupun sakit atau perih ibu tetap harus menyusui si kecil dan mencoba menemukan cara menyusui yang benar.
Sehingga air susu tidak akan menumpuk dan menimbulkan rasa tidak nyaman seperti demam pada ibu. Sedangkan untuk ibu yang menderita abses payudara maka harus dilakukan tindakan yang lebih besar yaitu mengurangi air susu dengan cara drainase.
Abses juga bisa terjadi karena adanya kontaminasi bakteri. Sehingga ibu harus mengkonsumsi obat seperti anti bakterial atau obat khusus yang diresepkan dokter.
Ditambah bagi kondisi abses yang parah, maka dokter akan mengeluarkan nanah agar abses hilang dan payudara bisa berjalan dengan lancar. Karena proses penanganannya berbeda walaupun gejalanya terlihat sama.
Namun hal tersebut jelas bukan kondisi yang bisa disepelekan. Sebaiknya segera pergi ke dokter khusus laktasi baik mastitis ataupun abses payudara.
4. Gejalanya
Gejala mastitis merupakan gejala awal yang bisa juga dialami oleh abses payudara. Sehingga jika dilihat sekilas maka terasa sama. Apalagi ibu yang menyusui terkadang tidak memperdulikan gejala kecil yang muncul.
Selama masih bisa memberikan ASI kepada si kecil, rasa sakit bisa ditahan. Padahal gejala dari mastitis bisa jadi gejala abses payudara, karena mastitis merupakan kondisi parah dan 2 kali lipat lebih sakit dari mastitis.
Gejala yang ditimbulkan mulai dari memerah, bengkak, rasa kurang nyaman pada payudara, demam atau meriang, hingga puting lecet atau berdarah.
Ditambah lagi, beberapa ibu yang menyusui akan kesulitan untuk memberikan ASI karena rasa sakit dan perih yang dialami. Belum lagi beberapa ibu hingga merasakan sakit kepala atau nyeri sendiri pada seluruh tubuh.
Cara mengatasi payudara bengkak, jangan sembarang menggunakan obat anti nyeri dan usahakan konsultasikan ke dokter.