Epilepsi merupakan episode singkat dari gerakan kejang spontan yang terjadi secara beruan. Kejang yang terjadi dapat berupa keadaan kejang yang telah 2 kali tanpa penyebab lain (tanpa provokasi, misalnya pada kejang demam yang di provokasi oleh demam sehingga terjadi kejang). Epilepsi telah diketahui dunia terjadi sejak 4000 tahun sebelum masehi. Epilepsi yang terjadi telah sering di dunia, dan sifatnya tidak menular sebagaimana biasanya kesalahpahaman dari persepsi yang berkembang dibeberapa masyarakat.
(Baca juga: Penyebab step pada bayi)
Epilepsi ada yang tidak diketahui penyebabnya yang disebut epilepsi idopatik dan epilepsi yang diketahui suber atau penyebabnya yang disebut epilepsi sekunder atau epilepsi simtomatik. Penyebab epilepsi simtomatik biasa dikarenakan adanya kerusakan otak saat sebelum kelahiran atau saat proses kelahiran bayi. Hal tersebut bisa dikarenakan akibat adanya trauma saat itu atau dikarenakan sempat terganggunya oksigenasi atau gagal napas saat kelahiran. Epilepsi idopatik tidak dapat dicegah, namun sebaiknya dilakukan segala pencegahan agar tidak terjadinya epilepsi simtomatik, seperti mencegah terjadinya cedera kepala. Jika terjadi serangan epilepsi, maka orang tua perlu mengetahui tanda dari serangan kejang pada epilepsi, karena gejala epilepsi pada bayi sedikit berbeda dari orang dewasa.
(Baca juga: Kejang demam pada anak)
Gejala epilepsi pada bayi
1. Kejang otot
Gejala utama dari epilepsi yang terjadi adalah adanya kejang pada otot. Kejang merupakan tanda yang umum jika terjadi serangan epilepsi. Kejang otot diakibatkan adanya gangguan kelistrikan pada saraf yang mana saraf-saraf yang menstimulasi gerakan otot juga mengalami gangguan sehingga menyebabkan terjadinya kejang otot. Pengaturan saraf-saraf atau kelistrikannya di atur di otak. Namun pada saat terjadi epilepsi, terjadi gangguan pada kelistrikan di otak sehingga memepengaruhi fungsi lainnya. Hal ini bisa berlangsung selama beberapa detik atau beberapa menit. (Baca juga: Cara mengatasi kejang demam pada anak)
Tidak semua bayi kejang-kejang. Gerakan alis atau mata akan memperlihatkan gejala layaknya orang dewasa atau anak kecil yang lebih tua. Pada bayi bisa saja tidak ditemukan gejala kejang pada tubuh lain, dan hanya muncul manifestasi pada wajah saja dalam hal ini alis dan mata. Gerakan pada mata bisa berupa arah penglihatan yang miring, kedipan mata yang berulang atau arah bola mata hanya tertuju pada satu titik dan diam. Akar tampak seperti sebuah penglihatan kosong. Sedangkan pada bagian alis bisa saja gerakannya tiba-tiba alis bergetar bsecara berulang. (Baca juga: Penyebab step pada anak)
3. Gerakan mulut
Selain gerakan alis dan mata, pada daerah juga memiliki gejala kejang pada daerah mulut. Pada gerakan mulut, bayi bisa saja membuat rekan mulut atau bibi seperti menghisap, padahal bayi tidak sementara menyusu. Gerakan lain yang bisa terjadi juga bisa menjulurkan lidah dengan keluarnya air liar. Pada umumnya gerakan mulut saat kejang bisa berupa bibi yang mencucu. (Baca juga: Penyebab kejang pada anak)
4. Lengan atas
Pada gerakan lengan atas, bisa terjadi gerakan kejang sebagai tanda dari epilepsi dengan gerakan tangan atau lengan seperti orang yang sedang bertinju atau terjulur kedepan. Bisa juga bayi mendayungkan tangannya seperti orang yang sedang bersepeda atau berenang. Pada saat terjadi serangan, bayi akan jelas melakukan gerakan seperti mendayung tersebut. Selain itu juga, pada serangan epilepsi bisa saja bayi juga memukul-mukul bibirnya atau meremas bibirnya sendiri yang bisa kita lihat langsung. (Baca juga: Cerebral palsy pada anak)
5. Tungkai kaki
Mirip dengan gerakan lengan, saat serangan epilepsi terjadi, bayi juga bisa menampakkan gejala serangan yang sedang terjadi dengan melakukan gerakan pada tungkai bawah atau kaki. Gerakannya pun juga mirip dengan gerakan lengan, yaitu gerakan menyerupai orang yang sedang mengayuh sepeda atau sedang bersepeda. Kaki bayi akan tampak jelas bergantian ibarat sedang mengayuh sebuah sepeda, disertai gerakan pada lengan. (Baca juga: Cara mengatasi step pada anak)
6. Terjadi gerakan pada satu sisi tubuh atau seluruh tubuh
Pada gejala epilepsi, cenderung bisa berbeda-beda pada tiap orang. Gejala yang dapat terjadi berupa gerakan-gerakan pada tubuh yang bisa dilihat. Namun ternyata, gerakan yang terjadi bisa saja hanya memperlihatkan gerakan dari satu sisi bagian tubuh ataupun kedua sisi tubuh. Hal ini mungkin tampak berbeda secara manifestasi yang dilihat, namun hal tersebut bisa saja terjadi pada serangan epilepsi. (Baca juga: Penyebab bayi sering muntah)
7. Kehilangan kesadaran
Saat terjadi kejang, hal ini disebabkan kerena adanya gangguan kelistrikan di otak sehingga memicu reaksi kejang oleh tubuh. Bisasanya saat terjadi kejang bayi tidak akan sadar dengan adanya gejala kejang tersebut. Bahkan bisa saja setelah terjadi kejang masih terjadi kehilangan kesadaran. Mungkin bayi yang tidak sadar akan terjadinya kejang tidak dapat kita ajak berkomunikasi karena masih kecil. Namun hilangnya kesadaran bisa kita lihat atau nilai dengan melihat apakah bayi memberikan respon atau tidak terhadap rangsangan yang diberikan. (Baca juga: Gejala hernia pada bayi)
8. Berkemih
Akibat adanya reaksi kejang yang tidak disadari, juga berdampak pada kerja sistem tubuh lain yang dipangaruhi oleh kerja sistem saraf. Beberapa gejala yang terjadi setelah kejang yang bisa ditemukan adalah akan tampak basah pada pokok akibat bayi berkemih atau ngompol saat terjadi kejang. Sebenarnya hal ini secara spontan terjadi namun tidak dirasakan oleh bayi. Hal tersebut terjadi akibat tidak terkordinasinya saraf yang mengontrol otot – otot yang bekerja pada proses berkemih. (Baca juga: Penanganan bayi asfiksia)
9. Buang Air Besar (BAB)
Mekanismenya juga mirip dengan kejadian berkemih. Bayi bisa saja akan tampak habis buang air besar (BAB) saat terjadi kejang. Hal ini juga dipengaruhi oleh proses yang tidak dapat dikendalikan oleh otak yaitu pada sistem saraf yang mempengaruhi usus dan otot pada anus. Akibat hilangnya kordinasi sementara akibat kejang, dapat memicu terjadinya BAB yang juga terjadi secara spontan. (Baca juga: Bahaya antibiotik untuk bayi)
10. Elektroencephalogram (EEG)
Mungkin pemeriksaan ini bukan gejala yang dilihat langsung pada saat terjadi serangan epilepsi. Namun perlu diketahui, bahwa terjadinya kejang epilepsi disebabkan tidak normalnya kelistrikan di otak. Untuk mendeteksi hal tersebut diperlukan pemeriksaan ini untuk mendapatkan diagnosa pasti. Tes ini dilakukan dengan merekam gelombang otak atau aliran listrik pada bayi. Jika memang terjadi gangguan kelistrikan, maka akan tampak pada hasil pemeriksaan EEG ini. (Baca juga: Obat pilek bayi)
Penanganan Orang Tua di rumah
Ketika terjadi serangan kejang dari epilepsi, sebagai Orang Tua jangan sampai panik. Tetap tenangkan diri, biarkan bayi pada posisi tenang hingga serangan epilepsi berhenti dengan sendirinya. Pada saat awal terjadi kejang, hitunglah lamanya kejang yang terjadi hingga berhenti. Jika terjadi serangan berulang dan selanjutnya, catat juga jeda waktu diantara serangan epilepsi tersebut. (Baca juga: Obat gatal untuk bayi)
Saat serangan epilepsi terjadi, hindari beyi dari tempat-tempat yang berbahaya. Bila disekeliling terdapat benda-benda berbahaya yang kemungkinan bisa mengenai bayi saat serangan, bisa dipindahkan dan diajuhkan dari bayi, sambil menempatkan lapisan yang lembut di bawah kepala bayi. Selain itu, longgarkan juga pakaian bayi, seperti celana, baju, selimut untuk menhindari cedera dan bisa melapangkan bayi. Jangan menggerak-gerakkan badannya. (Baca juga: Cara mengatasi perut kembung pada bayi)
Jangan masukkan benda apapun dalam mulut agar tidak tidak menyebabkan terjadinya sumbatan jalan napas. Secara perlahan miringkan bayi agar cairan atau ludah dalam mulut mengalir keluar dan tidak menutup jalan napas. Setelah kesadarannya pulih tetap istirahatkan bayi dan jangan tinggalkan sebelum kesadarannya pulih penuh. Jika kejang lebih dari 5 menit atau adanya gangguan pernapasan, segera bawa ke Rumah Sakit. (Baca juga: Obat sakit mata untuk bayi)