Hipertensi Pada Ibu Hamil – Dampak dan Cara Mengatasinya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kehamilan merupakan anugerah dari Tuhan. Kita diberi kepercayaan untuk mendapatkan seorang anak. Kita sebagai calon ibu harus menjaga dengan baik. Namun, tidak ada kehamilan yang 100% berjalan lancar. Selalu ada saja ganggunan pada masa kehamilan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah hipertensi.

Hipertensi dalam kehamilan artinya tekanan darah melebihi batas normal yang diukur dengan menggunakan tensimeter, dan mengukur aliran darah menuju jantung. Pengukuran dicatat sebagai angka pecahan. Misalnya 140 /90 mmHg. Angka 140 menunjukkan angka sistolik, yaitu angka ketika jantung berkontraksi dan angka 90 menunjukkan diastolik yang menunjukkan tekanan / aliran darah ketika jantung beristirahat di antara setiap detak jantung. Jika darah yang dipompakan ke jantung mengalami peningkatan tekanan yang membuat dinding arteri, di pembuluh darah menjadi rusak, hipertensi beresiko stroke dan ginjal.
Seseorang yang hamil dengan resiko hipertensi adalah :

  • ibu hamil usia di bawah 20 tahun atau di atas 40 tahun.
  • Perokok
  • Ibu hamil yang minum alkohol
  • Ibu hamil dengan pola makan tidak sehat
  • kehamilan pertama
  • kehamilan bayi kembar

Kategori Hipertensi

Berdasarkan timbulnya gejala dan akibatnya, maka ada beberapa kategori dari tekanan darah tinggi yang akan kita bahas, yaitu:

1. Hipertensi Kronis

Hipertensi kronis yaitu hipertensi yang dialami oleh wanita dalam 20 minggu setelah kehamilan atau sebelum kehamilan memang sudah mengkonsumsi obat anti tensi. Karena tidak ada gejala, maka akan sulit mengetahui kapan mulainya.  Mengingat hal ini, pemeriksaan kehamilan trimester 1 sangat penting dilakukan.

2. Hipertensi Kronis Preeklampsia

Jenis hipertensi ini, yaitu hipertensi yang terjadi sebelum masa kehamilan tidak ditangani dengan baik. Sehingga ketika seorang perempuan / wanita mengalami kehamilan kondisi memburuk dan menimbulkan komplikasi selama masa kehamilan bagi ibu dan janin.

3. Gestational Hypertension

Hipertensi ini tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan organ dan kelebihan protein dalam urine yang terjadi setelah 20 minggu masa kehamilan. Tetapi kategori tekanan darah tinggi ini dapat berkembang menjadi preeklampsia.

4. Preeklampsia

Preeklampsia yaitu hipertensi yang berkaitan dengan kerusakan ginjal, hati, darah atau otak yang berkembang setelah 20 minggu masa kehamilan. Akan terjadi komplikasi yang lebih membahayakan bagi ibu dan bayi bila tidak segera ditangani.
Preeklampsia dibagi lagi menjadi dua bagian sebagai berikut:

  • Preeklampsia Ringan

Preeklamensia ringan ketika tidak ada gejala penyakit namun ketika tekanan darah terukur 160 sistolik dan 110 diastolik / 160/110 mmHg.

  • Preeksmpsia Berat

Preekslampsia berat memiliki tekanan darah melebihi 160/110 mmHg apabila diukur. Selain itu, pada pemeriksaan lab / tes urine diketahui adanya pengemdapan lebih dari 500 mg protein dalam 24 jam urine yang diteliti. Gejala preeklampsia pada ibu hamil yaitu sakit kepala, perut bagian atas nyeri, penurunan trombosit yang signifikan, penurunan jumlah urin, janin yang sangat kecil, dan air ketuban sedikit. Jenis hipertensi ini paling membahayakan kondisi ibu dan janin.

Dampak Hipertensi

Apakah hipertensi pada ibu hamil berbahaya? Apabila hipertensi masih tergolong ringan, maka tidak akan berpengaruh pada ibu dan janin. Tentu saja hipertemsi akan berbahaya apabila termasuk hipertensi berat. Jika tidak segera ditangani secara serius maka akan membahayakan ibu dan janin. Beberapa dampaknya yaitu :

  1. Plasenta letak rendah atau plasenta beresiko akan berpisah sebelum waktunya (plasenta abruption)
  2. Kejang selama kehamilan atau menjadi penyebab eklampsia
  3. Gagal ginjal atau gangguan fungsi hati
  4. Stroke
  5. Cairan paru-paru akan berlebihan(edema paru-paru)
  6. Kesulitan bernafas
  7. Fungsi trombosit dan hati akan tidak normal (sindrom help)
  8. Menjadi salah satu penyebab kelahiran prematur
  9. Resiko mengalami keguguran
  10. Resiko janin tidak berkembang
  11. Berat badan bayi lahir yang rendah
  12. Ibu hamil tidak dapat melahirkan secara normal dan harus menjalani operasi cesar

Tekanan darah pada ibu hamil dan beberapa dampaknya dapat dicek, dengan cara :

  • Mengukur tekanan darah dengan tensimeter
  • Pemeriksaan darah dan tes urine
  • Pengecekan gangguan fungsi ginjal
  • USG pada kehamilan.  Bila perlu menggunakan manfaat USG 4 dimensi
  • Pemeriksaan pertumbuhan janin dengan efisiensi darah
  • Pengukuran plasenta dengan doppler scan

Mengatasi Hipertensi Pada Ibu Hamil

Sebaiknya, sebelum dan pada masa kehamilan ibu selalu mengecek tekanan darah secara berkala. Ini dilakukan agar Ibu tahu apakah kehamilan aman atau tidak. Aman dari tekanan darah tinggi maupun tekanan darah rendah. Jika diketahui dari awal, maka dampak buruk dapat dihindari. Selain itu, mengetahui beberapa gejala hipertensi selama kehamilan juga dapat membantu agar ibu segara berkonsultasi ke dokter dan mengatasinya. Beberapa gejala hipertensi pada ibu hamil, antara lain :

  1. Nafas pendek dan terengah-engah
  2. Pembengkakkan pada tangan dan kaki
  3. Nyeri pada ulu hati (harus diwaspadai, karena mirip dengan gejala sakit lambung)
  4. Muntah
  5. Sakit kepala yang tidak tertahankan
  6. Penglihatan menjadi kabur

Sedangkan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan cara mencegah hipertensi pada ibu hamil adalah :

  1. Bergaya hidup sehat, dengan menghindari bahaya rokok bagi wanita hamil dan bahaya alkohol saat hamil
  2. Konsumsi makanan bergizi untuk ibu hamil sangat dianjurkan oleh dokter, terutama yang menjaga kestabilan tekanan darah
  3. Istirahat yang cukup
  4. Menghindari dan cara menghilangkan stres saat hamil misalnya dengan manfaat hipnoterapi untuk ibu hamil
  5. Selalu memeriksakan tekanan darah secara berkala

Demikian sedikit uraian tentang hipertensi atau darah tinggi pada ibu hamil. Dengan mengetahui beberapa hal di ata, diharapkan Ibu hamil dapat lebih menjaga kesehatan dirinya dan janin yang dikandungnya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn