Palpasi Abdomen Pada Kehamilan – Tujuan dan Metode

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kehamilan merupakan suatu kondisi yang memerlukan perhatian khusus, di mana seorang ibu hamil harus sering berkonsultasi dengan pihak medis untuk mengetahui tentang kondisi kesehatan janin dan perkembangan janin yang ada di dalam kandungannya. Beberapa metode pemeriksaan medis dapat membantu untuk mengetahui bagaimanakah kondisi kesehatan janin dan gangguan kehamilan bila ada. Salah satu metode pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah dengan metode palpasi pada bagian abdomen tubuh kita yang dikenal dengan palpasi abdominal.

Apakah yang dimaksud dengan palpasi abdominal itu?

Palpasi merupakan suatu metode pemeriksaan dalam dunia medis yang dilakukan dengan cara perabaan untuk mengetahui beberapa kondisi tubuh seperti bentuk, ukuran, kontur, serta konsistensi organ yang terdapat di dalam abdomen. Sementara abdomen adalah bagian tubuh kita yang berupa rongga perut, di mana di dalamnya terdapat berbagai organ pencernaan. Kondisi abdomen sendiri bisa dicek dengan manfaat usg kehamilan. Jadi, palpasi abdomen merupakan salah satu metode pemeriksaan kesehatan yang diterapkan dengan cara melakukan perabaan di bagian abdomen. Salah satu penerapan metode medis ini adalah untuk mengetahui beberapa hal yang terkait dengan kondisi kehamilan seorang wanita, seperti letak dan posisi bayi, usia kehamilan, pertumbuhan janin dalam kandungan, kehamilan ganda, kontraksi rahim, serta terjadinya kelainan pada kehamilan.

Cara lain mengetahui pertumbuhan dan posisi bayi adalah teknik usg yang juga bisa digunakan sebagai cara mendengarkan denyut jantung bayi dalam kandungan. Tentu tergantung opsi mana yang dipilih.

Kapan Palpasi Abdomen pada kehamilan dilakukan?

Palpasi juga bisa dikatakan sebagai metode periksa raba. Untuk wanita hamil, palpasi abdomen biasanya menggunakan metode palpasi yang dikembangkan oleh Cristian Gerhard Leopold yang dikenal dengan palpasi leopold. Pada kehamilan yang normal, metode ini umumnya diterapkan ketika usia kehamilan telah mencapai 36 minggu. Karena di usia tersebut, janin telah memenuhi rongga rahim, dan bisa dikatakan bahwa tumbuh kembang janin dalam kandungan sudah bisa dikatakan optimal.

Selain itu, pada kehamilan yang telah memasuki usia 36 minggu, posisi janin sudah menetap di rongga uterus dan tidak akan memungkinkan terjadinya perubahan, dan kepala bayi mulai turun memasuki pintu atas panggul. Jadi, sebelum usia kehamilan mencapai 36 minggu, metode ini pada umumnya tidak dilakukan. Hal itu dikarenakan posisi, letak, serta presentasi janin kala itu masih berubah-ubah. Presentasi janin sendiri bisa memperlihatkan adakah risiko bahaya melahirkan bayi sungsang.

Akan tetapi jika ditemukan kasus di mana fundus uteri lebih tinggi dari yang seharusnya, maka palpasi abdomen bisa saja dilakukan ketika kehamilan mencapai usia 28 minggu. Yang perlu perhatikan dalam metode palpasi abdomen kehamilan adalah bahwa meskipun telah dilakukan dengan penuh kehati-hatian, metode pemeriksaan palpasi bisa membuat janin di dalam kandungan menjadi terganggu.

Sempatkan juga untuk meminta agar ibu hamil diperiksa apakah uterusnya terlalu besar. Bila seorang wanita memiliki uterus terlalu besar, dia memeliki risiko bisa mengeluarkan darah haid berwarna hitam pekat.

Apakah Tujuan dilakukannya palpasi abdomen pada kehamilan?

Palpasi abdomen sangat penting dilakukan pada masa kehamilan, terutama ketika usia kehamilan telah mencapai 36 minggu. Ada beberapa tujuan dari dilakukannya metode palpasi ini, seperti :

  1. Untuk menentukan besarnya ukuran rahim sesuai dengan umur kehamilan.
  2. Untuk mengetahui letak dan posisi janin dalam kandungan.
  3. Untuk memantau denyut jantung janin dan memastikan tidak ada kelainan jantung pada bayi baru lahir.
  4. Untuk memperkirakan berat janin dan menyiapkan kondisi ibu hamil cepat lelah.
  5. Untuk memastikan usia kehamilan. Hal ini diperlukan untuk memutuskan gizi ibu hamil berdasarkan trimester kehamilan, aktivitas berbahaya untuk ibu hamil, bahkan posisi tidur ibu hamil berdasarkan trimester.
  6. Untuk memindahkan bagian-bagian tertentu dari janin jika terdapat kelainan, seperti posisi bayi yang tidak tepat dan memastikan kesehatan bumil.
  7. Untuk mendeteksi terjadinya kehamilan kembar yang bisa dipadukan dengan data ciri-ciri hamil anak kembar dan gejala hamil anak kembar yang terlihat.

Bagaimanakah Metode Palpasi Abdomen Pada Kehamilan ini dilakukan?

Palpasi abdomen pada kehamilan dilakukan dengan melakukan perabaan dengan tangan pada posisi tertentu untuk merasakan bagian yang terdapat pada perut wanita hamil. Jadi, pemeriksaan ini hanya dilakukan ketika bayi sudah dapat diraba. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode palpasi leopold, seperti :

Metode palpasi leopold umumnya sulit dilakukan pada wanita yang memiliki badan gemuk atau wanita yang memiliki dinding perut yang tebal serta wanita yang mengalami polihidramnion.
Terkadang, pemeriksaan ini akan membuat ibu hamil menjadi merasa tidak nyaman. Untuk mengatasi hal ini, maka sebaiknya ibu hamil dalam keadaan yang santai dan dalam posisi yang memadai.

Untuk memudahkan jalannya pemeriksaan ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan, di antaranya :

  • Menginstruksikan agar ibu hamil mengosongkan kandung kemihnya.
  • Mengintruksikan agar selama pemeriksaan, ibu hamil dalam posisi berbaring telentang dengan posisi kepala yang sedikit tinggi, untuk itu sebaiknya ditempatkan sebuah bantal di bawah kepala ibu hamil dan menghidari posisi tidur yang berbahaya bagi ibu hamil.
  • Menjaga privasi ibu hamil.
  • Terlebih dahulu menjelaskan prosedur pemeriksaan.
  • Memastikan agar saat dilakukan pemeriksaan tidak terjadi kontraksi pada rahim, jika terjadi kontraksi maka sebaiknya ditunggu hingga kontraksi reda atau dicoba meredakan kontraksi dengan melakukan senam Kegel yang ternyata juga menjadi salah satu cara mengecilkan perut buncit setelah melahirkan caesar. Sebaiknya lebih waspada ketika hidramnion pada kehamilan yang menyebabkan kontraksi terus menerus.
  • Pemeriksaan dilakukan pada posisi tungkai ditekuk pada pangkal paha dan lutut.
  • Untuk mencegah terjadinya kontraksi rahim pada ibu hamil secara tiba-tiba, maka hal yang harus dilakukan adalah selalu memastikan agar suhu tangan pemeriksa sesuai dengan suhu tangan ibu hamil. Oleh karena itu, sebelum pemeriksaan dilakukan, pemeriksa sebaiknya menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya.

| Baca juga : Posisi tidur yang baik saat hamil

Metode Palpasi leopold dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu :

1. Palpasi Leopold I

Dilakukannya pemeriksaan dengan metode palpasi leopold I ini memiliki beberapa tujuan, seperti :

  • Untuk mengetahui tinggi fundus uterus, sehingga usia kehamilan dapat diperkirakan.
  • Untuk menentukan bagian-bagian tubuh janin yang berada di fundus uteri.

Cara kerja palpasi leopold I :

  • Pemeriksa menghadap ke pasien (ibu hamil).
  • Pemeriksaan dimulai dengan tangan kiri mendorong fundus uteri ke bagian tengah, lalu tangan kanan akan menahannya. Prosedur ini digunakan untuk mengetahui tinggi fundus uteri yang dalam hal ini akan dilakukan pengukuran dari prosessus xifoideus hingga ke pusat.
  • Setelah ukuran fundus uteri didapatkan, prosedur selanjutnya adalah dengan perabaan bagian-bagian janin yang berada di fundus uteri dengan menggunakan tangan kiri dan kanan secara bergantian. Pada saat tangan kanan yang melakukan perabaan, berarti tangan kiri bertugas untuk menahan, dan sebaliknya.

2. Palpasi Leopold II

Tujuan dari metode palpasi leopold II adalah untuk mengetahui bagian-bagian dari janin yang berada di samping kanan dan samping kiri uterus. Sedangkan untuk langkah kerjanya adalah : setelah prosedur palpasi leopold I dilakukan, maka tangan kiri pemeriksa (dalam hal ini adalah pihak medis) dipindahkan ke uterus pasien bagian kanan, dan tangan kanan pemeriksa pindah ke uterus pasien bagian kiri. Lalu, tangan kanan melakukan perabaan bagian janin yang berada di samping uterus bagian kiri, dan tangan kiri akan menahan uterus bagian samping kanan. Sama halnya ketika tangan kiri melakukan perabaan pada uterus bagian samping kanan, maka tangan kanan akan menahan uterus bagian samping kiri.

3. Palpasi Leopold III

Ada beberapa tujuan dari dilakukannya prosedur pemeriksaan ini, di antaranya adalah :

  • Untuk menentukan bagian tubuh dari janin yang berada di uterus bagian bawah.
  • Untuk mengetahui posisi janin yang ada di bagian bawah uterus telah memasuki pintu atas panggul calon ibu ataukah belum.

Langkah kerja :

Setelah prosedur palpasi leopold dilakukan, maka langkah selanjutnya yang dilakukan pemeriksa adalah dengan memindahkan tangan kirinya ke bagian fundus uteri, sedangkan tangan kanannya memegang bagian uterus bawah yang berada di antara tulang pipa iskiadika anterior superior dan batas uterus bagian bawah dan selanjutnya, pemeriksa akan menggoyang-goyangkannya. Ketika bagian terendah dari janin yang digoyangkan tidak terasa bergoyang, maka itu artinya bagian terendah dari janin telah memasuki pintu atas panggul. Sebaiknya diperiksa juga apakah bagian tubuh janin bagian terendah adalah kepala atau bukan untuk memastikan ada atau tidaknya penyebab bayi sungsang.

4. Palpasi Leopold IV

Setelah metode palpasi leopold III selesai dilakukan maka untuk selanjutnya, pemeriksa bisa melanjutkan pemeriksaan dengan menggunakan metode palpasi leopold IV. Ada alasan tertentu mengapa metode palpasi leopold IV ini dilakukan, yaitu :

  • Untuk mengetahui serta memastikan bahwa bagian terendah dari janin telah benar-benar memasuki pintu atas panggul.
  • Untuk mengetahui dan memastikan volume atau berapa besarkah prosentase bagian terendah dari janin yang telah memasuki pintu atas panggul.

Langkah kerja :

  • Dalam melakukan metode ini, pemeriksa akan melakukan perubahan posisi, yaitu dengan menghadap ke bagian kaki pasien.
  • Lalu pasien diinstruksikan untuk meluruskan kakinya dan tidak menekuk lutut.
  • Selanjutnya, pemeriksa memindahkan tangan kirinya ke sebelah lateral kiri uterus pasien, dan tangan kanan pemeriksa berpindah ke sebelah lateral kanan uterus. Ujung jari tangan kanan dan kiri berada pada tepi atas tulang simfisis pubis.
  • Lalu, ujung jari tangan kanan dan kiri nantinya akan dipertemukan. Apabila ujung-ujung jari tangan (baik tangan kanan dan kiri) bisa bertemu satu dengan yang lainnya, maka itu artinya bagian terendah dari janin belum masuk ke pintu atas panggul. Demikian pula sebaliknya.

Hasil pemeriksaan lalu dicek apa telah sesuai dengan perkembangan janin 8 bulan yang normal atau justru sesuai dengan perkembangan janin 9 bulan.

fbWhatsappTwitterLinkedIn