Ketuban Pecah Dini – Penyebab, Ciri-ciri, Pengobatan dan Pencegahannya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Bagi sebagian besar masyarakat, tentu saja tidak asing lagi ketika mereka mendengar istilah air ketuban. Ya, menurut kamus kesehatan, istilah ini dikenal dengan sebutan amnion  yang merupakan cairan bening yang memiliki warna agak kekuning-kuningan yang terkandung di dalam kantung ketuban yang memiliki fungsi untuk mengelilingi bayi yang belum lahir (janin) serta mendukung perkembangan bayi selama masa kehamilan. Beberapa fungsi cairan ini bagi kehamilan antara lain adalah :

  • Membantu perkembangan gerak bayi yang masih di dalam rahim
  • Memungkinkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan tulang, otot, saluran pencernakan, serta paru-paru bayi dengan tepat
  • Membantu menjaga suhu di daerah sekitar bayi selama dalam kandungan agar tetap hangat dan stabil
  • Melindungi bayi di dalam kandungan dari terjadinya cidera luar yang dapat mengakibatkan guncangan pada rahim atau gerakan tiba-tiba.

Kondisi Ketuban Normal

Mungkin Anda bertanya-tanya, berapakah biasanya volume normal air ketuban  dalam katung ketuban itu? Pada saat usia kehamilan seorang wanita mencapai usia 8,5 bulan, volume air ketuban yang ada dalam rahimnya berkisar 800 ml. Sedangkan ketika usia kehamilan mencapai sepuluh bulan, pada umumnya volume air ketuban akan mengalami perubahan, yaitu  sekitar 600 ml. Ketika seorang wanita hamil memiliki jumlah yang abnormal akan cairan ketuban, seperti kondisi oligohidramnion (kekurangan cairan ketuban) atau polihidramnion (kelebihan cairan ketuban) maka itu menandakan bahwa kondisi kehamilan wanita tersebut sedang dalam bahaya, baik bagi ibu maupun bayi di dalam rahim. Itulah sebabnya mengapa setiap kali dilakukan pemeriksaan kehamilan, volume air ketuban selalu diperiksa oleh dokter, yaitu dengan melakukan tes dengan manfaat USG kehamilan.

Pertanyaan selanjutnya, secara normal kapankan cairan tersebut akan keluar atau istilah yang berkembang disebut pecah ketuban? Kita tidak bisa memprediksi atau menentukan kapan selaput ketuban akan pecah. Hal ini biasanya terjadi ketika fase aktif saat terjadinya kontraksi yang begitu kuat. Akan tetapi dalam beberapa kasus, selaput ketuban bisa pecah bahkan sebelum fase aktif berlangsung.

Normalnya, kantung ketuban akan pecah sesaat sebelum proses persalinan berlangsung, tepatnya pada akhir kala I atau di awal kala II ketika pembukaan lengkap terjadi. Akan tetapi dalam beberapa kasus seringkali ditemui, bahwa kantung ketuban telah pecah sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu (perkembangan janin 9 bulan) atau sebelum tanda-tanda persalinan muncul. Kondisi seperti ini dikenal dengan ketuban pecah dini (KPD). Untuk lebih lanjut mengetahui tentang kondisi ini, berikut ulasannya.

Penyebab

Cairan ketuban merupakan tempat di mana bayi mengapung di dalam rahim ibunya. Selain itu, keberadaan cairan tersebut teramat sangat penting bagi tumbuh kembang janin selama masa kehamilan. Jadi apabila cairan tersebut keluar dari rahim sebelum waktunya, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya kondisi darurat bagi kehamilan tersebut, baik itu bagi ibu maupun bayi yang ada dalam kandungan.

Ada banyak hal yang bisa menyebabkan kondisi seperti ini, di antaranya adalah :

  1. Kondisi mulut rahim yang terlalu lemah. Hal ini bisa disebabkan oleh terjadinya infeksi pada rahim, leher rahim, atau vagina.
  2. Terjadinya trauma yang bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti kecelakaan, terjatuh, hubungan seksual, dan lain sebagainya
  3. Kondisi rahim atau kantung ketuban yang terlalu melar. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti bayi kembar atau terlalu banyaknya volume cairan ketuban di dalam rahim.
  4. Wanita hamil memiliki beberapa riwayat seperti kelahiran prematur sebelumnya atau juga bisa sebagai akibat prosedur operasi yang telah dijalani maupun biopsi serviks.
  5. Kelainan yang terjadi pada otot leher rahim, seperti otot leher rahim yang terlalu lemah ataupun lunak. Kondisi ini bisa menyebabkan timbulnya terbukanya leher rahim selama masa kehamilan.
  6. Terjadinya perdarahan vagina selama masa kehamilan
  7. Ibu hamil memiliki berat badan yang rendah
  8. Ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi dalam kehamilan) yang tidak terkontrol
  9. Stress akibat merokok saat hamil
  10. Ibu hamil yang kurang dalam hal perawatan kehamilan yang dapat menyebabkan berbagai kondisi seperti pH (tingkat keasaman) vagina melebihi 4,5 atau bisa juga menyebabkan keputihan atau infeksi pada vagina.
  11. Selaput ketuban yang terlalu tipis atau kurang dari 39 mm.

Ciri-Ciri

Setiap wanita hamil tentu sangat berharap bahwa kehamilannya tersebut bisa berjalan dengan normal dan jauh dari timbulnya masalah-masalah yang dapat berakibat fatal, terutama bagi diri dan bayi dalam kandungannya. Dan terjadinya ketuban pecah dini telah menjadi salah satu hal yang menakutkan bagi sebagian mereka. Pada dasarnya kecemasan tersebut sangatlah wajar, akan tetapi jika mereka selalu berusaha untuk menjaga kondisi kehamilannya, tentu berbagai ancaman tersebut bisa terhindarkan. Adapun tanda atau ciri-ciri yang bisa menandakan terjadinya KPD (Ketuban Pecah Dini), yaitu :

  • Keluarnya cairan ketuban dari liang vagina yang disertai darah atau lendir. Kondisi ini biasanya terjadi secara tiba-tiba dengan volume yang sedikit atau juga bisa banyak. Selain itu, kehadirannya juga tidak bisa ditahan ataupun dihentikan.
  • Pada umumnya, kondisi ini tidak menimbulkan berbagai keluhan seperti rasa sakit, pegal-pegal, mulas, maupun keluhan lainnya.
  • Warna dari cairan tersebut biasanya putih agak keruh seperti air kelapa muda. Hal ini disebabkan karena bercampurnya cairan tersebut dengan rambut-rambut halus pada janin. Selain itu, cairan tersebut juga mengandung lemak yang terdapat di kulit bayi yang disebut sebagai verniks caseosa.

Jika Anda mengalami ciri-ciri tersebut, sebaiknya segeralah mencari pertolongan medis, karena jika kondisi tersebut tidak segera ditangani akan dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi yang bisa membahayakan kondisi ibu dan janin.

Bahaya atau Resiko

Terjadinya ketuban pecah dini bisa dianggap sebagai suatu kondisi serius yang harus segera mendapatkan penanganan medis, karena kondisi ini bisa menyebabkan berbagai keadaan seperti :

  1. Bayi lahir prematur
  2. Dapat meningkatkan resiko tertinggalnya sebagian atau seluruh plasenta di dalam rahim. Kondisi ini disebut sebagai retensio plasenta. Dimana akibat yang ditimbulkan dari kondisi ini adalah terjadinya perdarahan post partum primer dan sekunder.
  3. Dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi maupun janin yang meninggal dalam kandungan. Hal ini dikarenakan terlalu sedikitnya volume cairan ketuban (oligohidramnion) pada rahim, meskipun usia kehamilan masih tergolong muda.
  4. Dapat menyebabkan terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta dari dinding rahim sebelum terjadinya proses persalinan. Kondisi ini dikenal dengan sebutan solusio plasenta.
  5. Dapat menyebabkan tali pusat janin terputus
  6. Dapat menyebabkan infeksi rahim yang disebabkan oleh perpindahan kuman-kuman ke dalam kantung ketuban. Kondisi ini bisa ditandai oleh beberapa hal seperti naiknya suhu tubuh, terjadinya keputihan yang abnormal. Timbulnya bau yang tidak enak pada vagina, timbulnya rasa nyeri di perut bagian bawah, denyut nadi yang lebih cepat dan detak jantung bayi yang abnormal.
  7. Dapat meningkatkan resiko terjadinya cidera pada otak bayi yang disebabkan oleh terjepitnya tali pusat di antara bayi dan dinding rahim
  8. Dapat menyebabkan terganggunya perkembangan paru-paru pada janin, terutama ketika kasus ini terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 23 minggu. Bahkan kondisi tersebut juga bisa menyebabkan jaringan paru-paru pada janin tidak pernah terbentuk dan terjadinya gangguan pada perkembangan gangguan anggota tubuh lainnya pada bayi.

Diagnosa Ketuban Pecah Dini

Untuk memperkuat dugaan bahwa seorang wanita hamil mengalami KPD, maka dokter bisa melakukan beberapa pemeriksaan, seperti :

  1. Pemeriksaan leher rahim untuk mengetahui kebocoran cairan dari pembukaan serviks
  2. Menguji pH dari fluida
  3. Serta melakukan ultrasonografi (USG) untuk memastikan bahwa organ-organ internal janin masih berfungsi dengan baik.

Penanganan

Meskipun prosentase terjadinya kasus KPD mrelatif kecil, yaitu sekitar 5% hingga 14% dari seluruh jumlah kehamilan, akan tetapi kasus ini telah mendapatkan perhatian khusus dar pihak medis. Untuk penanganannya sendiri, pihak medis biasanya akan memperhatikan beberapa hal seperti kondisi calon ibu serta kehamilannya termasuk kondisi janin dan air ketubannya.

Jika anda mengalami kasus KPD, ada beberapa hal yang perlu anda lakukan sebagai langkah awal membantu penangannnya, yaitu :

  • Ketika air ketuban telah keluar, jangang lupa untuk memperhatikan warna dau baunya. Segeralah untuk menemui dokter atau tenaga medis yang terdekat
  • Jika ketuban telah pecah, maka selalu usahakan agar Anda dalam posisi berbaring selama perjalanan menuju tempat pelayanan kesehatan. Hal ini akan membantu mengurangi volume air ketuban yang terus mengalir sehingga rahim tidak kehabisan air ketuban.

Ada dua alternativ funtuk menangani kasus KPD ini, yaitu :

  1. Jika ternyata cairan ketuban yang ada pada rahim masih cukup, maka kemungkinan besar dokter akan menahan agar janin tetap berada di dalam rahim. Dokter biasanya memberikan obat-obatan serta antibiotik guna membantu mematangkan paru-paru janin serta mencegah terjadinya infeksi. Istirahat total (bedrest) juga menjadi bagian dari terapi ini. Selama penanganan ini berlangsung, biasanya selaput ketuban yang tadinya terbuka akan tertutup dengan sendirinya dan pembentukan cairan ketuban akan terus berlangsung. Akan tetapi sewaktu-waktu dokter juga bisa memutuskan agar kehamilan tersebut diakhiri, yaitu jika ditemukan infeksi atau dengan melihat kondisi kesehatan dari janin tersebut.
  2. Akan tetapi jika ternyata cairan ketuban habis sama sekali, maka jalan satu-satunya yang ditempuh oleh dokter adalah dengan mengeluarkan janin dari dalam rahim melalui prosedur operasi. Akan tetapi, kondisi seperti ini bisa memiliki resiko yang begitu besar, seperti janin yang masih terlalu kecil dan paru-parunya belum matang yang menyebabkan janin tersebut tidak dapat bernafas dengan normal ketika berada di luar rahim.

Pencegahan Ketuban Pecah Dini

Kehamilan merupakan suatu kondisi yang penuh dengan kerentanan terjadinya berbagai masalah atau gangguan, seperti terjadinya ketuban pecah dini. Berikut ini beberapa langkah pencegahan yang bisa Anda lakukan, seperti :

  1. Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke tenaga medis
  2. Menerapkan kebiasaan hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan yang bergizi, memenuhi asupan cairan dalam tubuh, berolahraga secara teratur, serta menghindari kebiasaan merokok.
  3. Membiasakan diri untuk selalu membersihkan organ kewanitaan dengan benar, seperti membersihkannya setiap kali selesai buang air kecil maupun besar dari arah depan ke belakang.
  4. Segera berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis lainnya apabila ditemukan kelainan pada daerah kewanitaan, seperti terjadinya keputihan yang abnormal, berbau, dan berwarna tidak seperti biasanya.
  5. Bagi Anda yang beresiko tinggi untuk mengalami KPD, sebaiknya menghindari melakukan hubungan suami istri untuk sementara waktu.
  6. Mendapatkan istirahat yang cukup dan menghindarkan diri dari berbagai aktivitas berat yang dapat mempengaruhi kondisi psikis dan fisik janin Anda
  7. Memenuhi asupan vitamin, terutama vitamin C bagi tubuh.
  8. Menghindari guncangan yang dapat membahayakan kondisi kehamilan Anda, seperti terjadinya guncangan ketika berkendara dan lain sebagainya.

Jadi, Ketuban Pecah Dini merupakan salah satu kondisi darurat yang harus segera mendapatkan penanganan dari dokter atau tenaga medis lainnya. Karena jika penanganan tersebut mengalami penundaan, maka pada akhirnya hal itu akan menyebabkan timbulnya kondisi yang fatal yang dapat meningkatkan angka kematian serta kesakitan pada ibu dan janin. Waspadalah!

Info terkait air ketuban lainnya :

fbWhatsappTwitterLinkedIn