11 Pemeriksaan Kehamilan Trimester 2 Lengkap

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Setelah melakukan pemeriksaan kehamilan trimester 1, dokter akan melanjutkan dengan pemeriksaan kehamilan trimester 2. Pemeriksaan ini bisa dilakukan saat usia kehamilan memasuki minggu ke 16-24. Tujuannya untuk memantau kondisi ibu dan janin. Sebab pada trimester 2 ini ibu rentan mengalami gangguan kesehatan. Misalnya diabetes, hipertensi atau ganggaun jantung. Hal ini dikarenakan produksi hormon yang mulai tidak seimbang. Sehingga akan ada banyak perubahan-perubahan dalam tubuh ibu.

Baca juga:

Nah, berikut ini beberapa pemeriksaan kehamilan trimester 2 yang wajib diketahui.

  1. Pemeriksaan berat badan

Pemeriksaan pertama adalah pengukuran berat badan ibu. Normalnya penambahan berat badan ibu hamil sekitar 7-16 kg. Hal ini dipengaruhi oleh bobot janin yang dikandung, pembesaran ukuran payudara, plasenta, fetus, adanya cairan ketuban, pembesaran rahim dan penambahan darah. Apabila berat badan ibu tidak mengalami kenaikan maka tandanya ibu menderita kurang gizi atau  kemungkinan mengidap penyakit tertentu. Sedangkan bila pertambahan berat badan melebihi 13 kg, maka biasanya dokter akan menyarankan untuk membatasi konsumsi makanan berlemak dan karbohidrat tinggi.

Baca juga: pemeriksaan fisik bayi baru lahir lengkap

  1. Pemeriksaan tekanan darah

Pemeriksaan kehamilan trimester 2 berikutnya adalah pemeriksaan tekanan darah. Biasanya tekanan darah di usia kehamilan trimester kedua mengalami penurunan. Namun penurunanya tidak boleh dibawah 90/60 mmHg. Apabila tekanan darah turun dari batas tersebut maka bisa berakibat pada gangguan kesehatan ibu dan janin. Fungsi organ-organ tubuh menjadi terganggu akibat sirkulasi darah yang tidak lancar. Selain itu nutrisi yang disalurkan ke plasenta juga akan mengalami penurunan, sehingga meningkatkan risiko bayi  lahir prematur dan mengidap keterlambatan tumbuh kembang. Dalam kondisi lebih serius memicu kematian janin dalam rahim.

Baca juga:

  1. Pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG (ultrasonografik) merupakan pemeriksaan yang wajib dilakukan pada ibu hamil trimester kedua. Tujuan pemeriksaan ini sangatlah banyak. Yang paling utama untuk mengecek kondisi janin dalam rahim. Bagaimana posisinya, ukuran tubuhnya, lalu organ-organ apa saja yang sudah terbentuk., jenis kelamin, posisi plasenta, dan apakah volume air ketuban normal. Selain itu juga untuk melihat pergerakan janin. Umumnya gerakan janin mulai terlihat jelas saat usia kehamilan memasuki minggu ke-19.

  1. Pemeriksaan denyut jantung

Pemeriksaan yang tak kalah penting berikutnya adalah pemeriksaan denyut jantung. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa kesehatan organ jantung bayi, apakah bayi tumbuh dengan normal atau tidak. Untuk mendengarkan denyut jantung janin, biasanya dokter menggunakan alat fetal doppler. Pemeriksaan ini dilakukan saat usia kehamilan diatas minggu ke-17.

  1. Pengukuran fundus uteri

Fundus uteri adalah bagian puncak (atas) rahim. Umumnya saat usia kehamilan mencapai 20 minggu, dokter akan melakukan pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan alat meteran. Pengukuran dilakukan mulai puncak rahim hingga ke tulang kemaluan. Nantinya hasil panjang yang diperoleh (dalam satuan cm) umumnya sama dengan usia kehamilan. Jadi semisal panjangnya 23 cm berarti usia kehamilan ibu 23 minggu. Untuk panjang maksimum dari fundus uteri adalah 36 cm. Panjang tersebut tidak akan bertambah lagi di usia kehamilan 36 keatas, karena itu sudah menjadi panjang optimumnya.

Baca juga:  cara menjaga agar bayi tidak mudah sakit– cara agar balita tidak mudah sakittips agar anak tidak mudah sakittips agar anak balita tidak mudah sakit

  1. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah juga dilakukan pada kehamilan trimester 2. Sama dengan sebelumnya hal ini untuk mendeteksi adanya gangguan kesehatan atau penyakit tertentu yang berkaitan dengan darah. Misalnya anemia, diabetes, kolesterol, asam urat, hepatitis, rubella, dan sebagainya.

  1. Pemeriksaan urine

Di usia kehamilan 20 minggu ke atas, ibu perlu melakukan tes urine kembali. Pemeriksaan urine bisa dijadikan cara untuk mendeteksi penyakit tertentu, semisal diabetes, hipertensi, ginjal, infeksi saluran kemih, hepatitis B, dan kanker prostat. Jenis urine yang digunakan sebagai sampel adalah urine pagi hari saat ibu belum mengonsumsi makanan atau minuman apapun.

Baca juga:

  1. Pemeriksaan penyakit menular seksual

Seorang ibu hamil juga memiliki risiko mengidap penyakit menular seksual yang berasal dari suaminya. Beberapa jenis penyakit menular seksual adalah sifilis, HIV, gonorhoe, herpes genital, klamidia, uklus mole dan sebagainya. Penyakit menular seksual cukup sulit disembuhkan bahkan berisiko menganggu kesehatan ibu dan janin. Beberapa bahaya yang mungkin terjadi seperti keguguran, bayi lahir prematur, bayi terinfeksi penyakit sama dan cacat bawaan. Penderita penyakit ini membutuhkan penanganan secara cepat dan tepat.

  1. Pemeriksaan penyakit tetanus

Tetanus adalah gangguan pada sumsum tulang belakang dan sistem syaraf yang disebabkan oleh infeksi bakteri clostridium tetani. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh lewat luka yang kotor dan tidak ditutup . Biasanya penderita akan mengalami kaku otot pada bagian leher dan rahang.

Tetanus pada wnaita hamil berisiko ditularkan pada janinnya. Sehingga perlu segera diobati. Salah satu caranya, yakni suntik TT (Tetanus Toksoid). Suntik ini umum diberikan pada wanita hamil atau wanita yang hendak menikah. Tujuannya untuk mencegah infeksi tetanus pada ibu hamil. Sebab ibu hamil rentan mengalami infeksi ini disebabkan robeknya vagina ketika berhubungan intim atau saat melakukan persalinan pada dukun yang kurang steril.

Baca juga:

  1. Pemeriksaan gigi

Jenis pemeriksaan yang berbeda dari pemeriksaan trimester 1 yakni pemeriksaan gigi. Ya, jadi ibu hamil di usia trimester 2 rentan mengalami gangguan pada mulutnya, baik gusi ataupun giggi. Hal ini dikarenakan produksi hormon yang tidak seimbang dan ibu mungkin kekurangan nutrisi (seperi buah atau sayuran). Ingat jangan remehkan gangguan mulut saat usia kehamilan. Peradangan pada gusi yang parah dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur. Oleh sebab itu, rutinlah melakukan pemeriksaan gigi pada dokter. Tak perlu menunggu saat menikah, tapi lakukan sejak dini mulai dari sekarang dengan rutin menggosok gigi dan rutin melakukan medical check up.

  1. Pemeriksaan TORCH

Pemeriksaan TORCH tergolong sebagai pemeriksaan penunjang. TORCH ini merupakan gabungan 4 jenis infeksi yakni toxoplasma gondii, rubella, cytomegalovirus dan herpes. Infeksi ini rentan menyerang ibu hamil. Penularannya bisa bersumber dari banyak hal.

  • Toxoplasma gondii

Parasit ini mudah ditemukan pada kotoran binatang seperti anjing, kucing, babi, burung, kambing, tikus dan sapi. Penularannya bisa lewat kontak langsung dengan kotoran tersebut, melalui kecoa, lalat, pengonsumsian daging yang kurang matang atau pada sayuran yang telah terkontaminasi pupuk kotoran binatang yang membawa parasit toxoplasma.

  • Rubella

Rubella biasa juga disebut sebagai campak jerman. Penyakit ini rentan menyerang ibu dengan usia kehamilan muda. Biasanya penderita akan mengalami ruam kemerahan pada tubuhnya, demam, otot terssa nyeri dan terkadang disertai ukuran getah bening yang membesar. Penyakit ini berbahaya. Umumnya ditularkan lewat cairan tubuh, seperti darah, air liur, keringan, bersin, batuk atau hubungan seksual.

Baca juga: Gejala hepatitis B pada ibu hamilBahaya hepatitis bagi ibu hamil

  • Cytomegalovirus

Infeksi ini disebakan oleh virus cytomegalo yang menyerang tubuh ibu hamil. Penyakit ini berbahaya dan bisa ditularkan pada janin. Umumnya anak yang tertular infeksi ini akan mengalami cacat genetik dan gangguan organ hati, otak bahkan berisiko mengidap hidrosefalus.

  • Herpes

Infeksi herpes yang rentan menyerang ibu hamil adalah herpes simpleks tipe II. Penyakit ini ditandai dengan adanya bintik-bintik kemerahan pada bagian kelamin yang menimbulkan rasa gatal. Selain itu ibu hamil juga akan mengalami keputihan berlebihan. Penyakit ini umumnya ditularkan lewat hubungan seksual ataupun kontak dengan penderita.

Keempat infeksi diatas dapat masuk ke dalam plasenta dan menular pada janin. Kondisi ini sangat berbahaya, jika dibiarkan saja maka bayi berisiko lahir cacat, mengidap masalah jantung, gangguan pengelihatan dan telinga, kejang, dan gangguan mental. Tak hanya itu, TORCH juga dapat meningkatkan risiko keguguran.

Baca juga:

Selain pemeriksaan diatas, biasanya dokter juga akan menanyakan keluhan-keluhan yang dialami oleh ibu hamil. Apabila ibu merasakan gejala tak wajar maka ceritakanlah pada dokter. Ini sangat penting untuk menghindari risiko buruk yang tidak diinginkan. Dan jangan lupa untuk tetap menjaga pola hidup yang sehat. Semoga bermanfaat.

fbWhatsappTwitterLinkedIn