Berbicara tentang hipertensi, penyakit yang satu ini tentu sudah tak asing lagi di telinga kita. Terlebih lagi di zaman serba instan saat ini, hipertensi seakan menjadi momok menakutkan di tengah masyarakat. Penyakit ini bisa menjangkit semua orang dari berbagai kalangan, baik remaja, orang tua, bahkan ibu hamil sekalipun. Kondisi ini ditandai dengan tingginya aliran darah pada pembuluh arteri hingga menekan dinding-dindingnya. Dalam dunia medis, seseorang dikatakan positif terserang penyakit darah tinggi jika tekanan sistolik/diastoliknya mencapai atau lebih dari 140/90 mmHg.
Lalu bagaimana dengan hipertensi dalam kehamilan? Apakah hal itu normal? Walaupun porsentasenya tidak banyak, namun kondisi hipertensi pada ibu hamil tergolong cukup wajar. Tekanan darah akan kembali normal setelah ibu melahirkan. Namun begitu, kondisi ini juga tidak boleh diremehkan sebab hipertensi bisa memicu komplikasi yang serius, seperti stroke, penyakit jantung, gangguan ginjal, gangguan mata, bahkan kematian. (Baca juga: Cara mencegah hipertensi pada ibu hamil–Penyebab varises pada ibu hamil)
Macam-Macam Hipertensi Pada Ibu hamil
Ada beberapa macam hipertensi yang berisiko dialami oleh ibu hamil, diantaranya yaitu:
- Hipertensi essensial (kronis): Hipertensi jenis pertama ini dapat dikatakan yang paling ringan. Umumnya dikarenakan pola hidup yang buruk. Beberapa wanita mengalami hipertensi kronis saat usia kehamilannya kurang dari 5 bulan. Namun tak jarang juga seseorang mengidap penyakit ini jauh sebelum ia hamil.
- Hipertensi gestasional: Tidak banyak gejala yang tampak pada penderita hipertensi gestasional ini. Hanya saja, pengidap hipertensi ini memiliki tekanan darah lebih tinggi dibandingkan hipertensi essensial. Umumnya hipertensi ini menyerang wanita dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
- Hipertensi kronis disertai praeklamsia: Hipertensi ini merupakan kondisi dimana angka tekanan darah semakin memburuk hingga menganggu kinerja ginjal. Hal ini menyebabkan terjadinya proteinuria yakni adanya protein di dalam urine. Hipertensi jenis ini menjadi awal tanda hipertensi sekunder
- Hipertensi sekunder (preeklamsia): Ini adalah jenis hipertensi yang paling berbahaya pada ibu hamil. Pada kondisi ini, fungsi organ-organ tubuh mulai terganggu. Khususnya pada ginjal, sehingga urine akan mengeluarkan protein dengan kadar tinggi. Umumnya hipertensi ini muncul ketika kehamilan lebih dari 25 minggu.
(Baca juga: Cara menjaga kehamilan muda–Komplikasi kehamilan)
Gejala Hipertensi Pada Ibu hamil
Selain melakukan pengecekan di laboratorium dan dokter, atau mengukur sendiri dengan alat Sfigmomanometer, hipertensi juga bisa dikenali lewat gejala-gejala yang muncul. Diantaranya yang paling umum ialah:
- Sakit kepala berlebihan (Baca juga: Obat sakit kepala untuk ibu hamil)
- Saat buang air kecil, volume urine sedikit (Baca juga: Infeksi saluran kemih pada anak)
- Pembengkakan pada bagian tangan dan telapak kaki
- Pengelihatan kabur
- Perut terasa mual dan muntah (Baca juga: Obat mual untuk ibu hamil)
- Beberapa orang mengalami kenaikan berat badan (Baca juga: Diet ibu hamil agar bayi tidak besar)
Penyebab Hipertensi Pada Ibu Hamil
- Hamil di usia tua (di atas 35 tahun)
Menurut ilmu kedokteran, seorang wanita yang hamil diatas usia 35 tahun rentan mengaalmi gangguan kesehatan, seperti mengalami keguguran, risiko bayi lahir cacat dan prematur. Selain itu, ibu hamil di usia tua juga meningkatkan risiko hipertensi. Hal ini dikarenakan berkurangnya kadar kalsium dalam tubuh.
Kadar kalsium yang sedikit tentunya tidak bisa mendukung proses metabolisme. Akhirnya tubuh pun mengambil zat kalsium yang telah tersimpan di tulang, lalu mengedarkannya ke pembuluh darah. Tingginya kadar kalsium dalam darah menyebabkan penebalan dan penyempitan pembuluh darah. Sehingga pada akhirnya memicu hipertensi. (Baca juga: Penyebab keguguran berulang–Tanda-tanda keguguran)
- Obesitas (kegemukan)
Ibu hamil dengan kondisi obesitas juga berbahaya. Ketika seseorang mengalami kegemukan terdapat timbunan lemak dalam pembuluh darahnya. Apabila lemak ini menumpuk secara terus-menerus, maka dinding pembuluh arteri akan menyempit sehingga aliran darah ke jantung menjadi terganggu dan berkurang. Hal ini menyebabkan jantung memompa darah lebih keras. Sirkulasi darah menjadi lebih cepat hingga meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. (Baca juga: Cara Menaikkan Berat Badan Bayi Baru Lahir , Bahaya Obesitas Bagi Ibu Hamil )
- Pengentalan darah saat hamil
Beberapa ibu hamil berisiko mengalami thrombophilia, yakni pengentalan darah. Hal ini menyebabkan aliran darah menuju plasenta menjadi terganggu sehingga memicu terjadinya hipertensi. Penyebab thrombophilian ini belum diketahui secara pasti, namun risikonya sangat berbahaya. Menyebabkan keguguran hingga terganggunya perkembangan bayi.
Baca juga:
- Berlebihan dalam mengonsumsi kafein
Sebaiknya hindarilah mengonsumsi kopi atau minuman berkafein lainnya pada masa kehamilan. Pengonsumsian kafein berlebihan akan meningkatkan denyut jantung. Darah akan dipompa dengan sangat cepat hingga memicu peningkatan tekanan darah di pembuluh arteri.
Baca juga:
- Kurang olahraga
Kurang berolahraga bisa menyebabkan tubuh kita terjangkit beragam penyakit degeneratif, seperti jantung, diabetes dan hipertensi. Maka itu, sebaiknya usahakan rutin melakukan olahraga setiap hari walaupun di saat hamil. Namun Anda tetap harus berhati-hati untuk menghindari terjadinya kontraksi. Sebaiknya pilihlah olahraga ringan dan senam khusus ibu hamil. (Baca juga: Senam hamil)
- Mengonsumsi garam berlebihan
Salah satu kunci agar kehamilan bisa sehat adalah mengurangi konsumsi garam. Bumbu dapur berwarna putih ini bila dikonsumsi berlebihan bisa meningkatkan volume darah dan membuat alirannya menjadi lebih cepat. Hal ini tentunya akan memperbesar risiko tekanan darah di pembuluh arteri atau yang biasa disebut hipertensi. (Baca juga: Bahaya garam bagi ibu hamil)
- Merokok
Rokok adalah racun yang bisa membunuh tubuh Anda secara perlahan-lahan. Di dalam rokok terkandung ribuan senyawa berbahaya, sebut saja seperti karbonmonoksida, nikotin, tar, amonia dan masih banyak lainnya. Apabila masuk ke dalam tubuh, zat-zat tersebut bisa menyebabkan pengentalan darah serta meningkatkan denyut jantung dalam memompa darah. Kondisi ini akan berimbas pada terjadinya hipertensi (tekanan darah tinggi pada pembuluh arteri). (Baca juga: Bahaya merokok saat hamil)
- Kebiasaan mengonsumsi minuman alkohol
Alkohol juga menjadi penyebab hipertensi pada ibu hamil. Mengonsumsi alkohol membuat darah menjadi kental dan asam. Sehingga darah pun sulit untuk dialirkan ke jantung. Apabila jantung kekurangan suplai darah, kinerjanya dalam memompa akan semkain keras hingga membuat tekanan darah di dinding pembuluh arteri meningkat, yang mana seseorang berisiko tinggi mengalami hipertensi.(Baca juga: Bahaya alkohol saat hamil)
- Stres berlebihan
Tahu tidak, mengapa ibu hamil disarankan untuk tidak stres? Karena kondisi stres bisa memperburuk kesehatan, misalnya saja meningkatkan risiko hipertensi. Keterkaitan antara stres dan penyakit darah tinggi ini memang belum terbukti secara ilmiah. Namun beberapa pakar kesehatan mengatakan bahwa saat stres tubuh akan memproduksi hormon adrenalin dan kortisol lebih banyak. Hormon ini akan meningkatkan kinerja jantung dalam memompa darah sehingga memicu tekanan pada pembuluh arteri.
Di samping itu, survey lain juga menjelaskan bahwa seseorang yang berada dalam kondisi despresi cenderung mengonsumsi makanan dengan porsi berlebihan. Hal ini memperbesar peluang obesitas, yang mana obesitas adalah salah satu faktor risiko hipertensi. (Baca juga: Cara menghilangkan stres saat hamil)
- Kurangnya asupan nutrisi
Sangat penting bagi ibu hamil untuk meningkatkan asupan nutrisi makanan. Sebab kekuarangan nutrisi bisa membuat kesehatan ibu terganggu dan janin menjadi lemah. Salah satu akibat yang bisa terjadi adalah hipertensi. Ibu disarankan untuk memperbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan guna mencegah hipertensi. Seperti diantaranya pisang, melon, alpukat, jeruk, bayam, biji-bijian, oatmeal, kentang, buncis, ikan salmon dan sebagainya.
Baca juga:
- Manfaat jambu biji bagi ibu hamil
- Manfaat buah naga untuk ibu hamil
- Manfaat buah bluerberry untuk ibu hamil
- Memiliki riwayat hipertensi kronis
Apakah Anda pernah mengidap hipertensi sebelum masa kehamilan? Umumnya seorang yang pernah mengalami peningkatan tekanan darah cenderung mengidap hipertensi ketika hamil. Walau begitu, kondisi ini bisa dihindari dengan menerapkan gaya hidup yang sehat. (Baca juga: Cara mengatasi pendarahan setelah melahirkan –Mengatasi perut gatal setelah melahirkan)
- Mengidap gangguan ginjal
Seorang wanita yang mengidap gangguan ginjal berisiko lebih tinggi mengalami hipertensi di masa kehamilannya. Ketika fungsinya sebagai penyaring darah terganggu, maka otomatis peredaran darah dalam tubuh juga ikut terganggu. Volumenya akan semakin meningkat sehingga membuat beban di pembuluh arteri dan menyebabkan peningkatan tekanan darah. (Baca juga: Penyebab ibu hamil sering kentut , Cara mengatasi kandungan lemah)
- Faktor genetik
Wanita sehat dan tidak menderita gangguan kesehatan apapun masih berisiko mengalami hipertensi di masa kehamilannya. Penyebabnya tak lain adalah karena faktor genetik. Menurut penelitian, sekitar 70% pengidap hipertensi kronis dipengaruhi oleh gen atau turunan dari keluarga. Namun Anda tak perlu cemas berlebihan sebab kondisi ini bisa dicegah dengan menjaga pola makan dan rutin berolahraga sejak dini .(Baca juga: Penyebab bayi lahir cacat, Penyebab kelainan kongenital non genetik)
Wanita yang hamil pertama cenderung berisiko lebih tinggi mengalami hipertensi. Selain itu, hipertensi pada ibu hamil juga bisa diakibatkan oleh penyakit tertentu yang berhubungan dengan pembuluh darah. Untuk menghindari komplikasi lebih serius, sebaiknya ibu hamil rutin melakukan pengukuran tekanan darah. Dengan begitu, dokter bisa menanganinya lebih cepat.
Baca juga: