Ketuban pecah dini (KPD) atau premature rupture of membranes (PROM), dalam bahasa Inggris, ialah keadaan pecahnya selaput ketuban atau membran fetus pada waktu sebelum persalinan. Secara klinis, ketuban pecah dini ditegakkan bila seorang ibu hamil mengalami pecah selaput dan dalam satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan. (baca: Penyebab Ketuban Pecah Dini , Ciri-ciri Air Ketuban Pecah)
Pecahnya ketuban umumnya diikuti dengan kontraksi reguler karena akan terjadi peleberan cerviks untuk persiapan persalinan. Oleh karena itu ketuban pecah dini merupakan hal yang berisiko pada ibu hamil dan janinnya dan bisa mengakibatkan kematian dan morbiditas. Hal tersebut dikaitkan dengan terjadi peningkatan risiko infeksi perinatal terutama korioamnionitis (infeksi selaput ketuban) dan kompresi tali pusar di dalam rahim. (Baca Juga: Infeksi Kulit pada Bayi , Infeksi Telinga pada Anak)
Ketuban pecah dini bisa terjadi pada umur kehamilan aterm atau cukup bulan dan umur kehamilan preterm atau kurang bulan. Terdapat perbedaan penanganan dan risiko antara keduanya. Risiko paling besar apabila terjadi ketuban pecah dini pada umur kehamilan kurang bulan. Pada kehamilan kurang bulan, ketuban pecah dini bisa menyebabkan kelahiran prematur. Bayi yang lahir prematur akan memiliki fungsi tubuh yang kurang baik dibandingankan bayi cukup umur.
Baca Juga:
Beberapa tanda dan gejala ketuban pecah dini ialah, cairan ketuban tiba-tiba keluar dari liang vagina baik sedikit atau banyak, tidak bisa dikontrol. Berwarna jernih atau seperti air kelapa muda karena ada campuran lanugo atau rambut halus pada janin dan verniks caseosa atau lemak pada kulit bayi, tidak gatal.
Beberapa faktor risiko yang meningkatkan terjadinya ketuban pacah dini antara lain infeksi intraamnion, merokok, BMI kurang dari 19,8, riwayat ketuban pecah dini, hidramnion, cervix inkompeten, amniocentesis.
Cara Penanganan Ketuban Pecah Dini
1. Diagnosis Ketuban Pecah Dini
Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan melalui anamnesis, permeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. (Baca Juga: Tanda Air Ketuban Merembes , Akibat Kelebihan Air Ketuban)
2. Anamnesis
Pada anamnesis harus digali:
- Riwayat kehamilan
- Riwayat keluarnya air ketuban dan tanda-tanda persalinan lainnya
- Usia kehamilan
- Warna cairan
- Ada tidaknya demam
(Baca Juga: Penyebab Bayi Demam Tinggi , Cara Merawat Bayi Demam Campak)
3. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan suhu untuk memastikan tanda-tanda infeksi.
- Menentukan apakah carian yang keluar merupakan air ketuban atau urin dengan cara memperhatikan bau cairan ketuban yang khas yaitu bau amis.
- Pemeriksaaan inspekulo vagina melihat adanya pengumpulan cairan di vagina atau bocornya cairan dari cerviks. (Baca Juga: Penyebab Haid Tidak Berhenti )
- Pemeriksaan inspekulo juga bisa dilakukan untu melihat dilatasi cerviks.
- Jika tidak ada cairan ketuban, dapat digunakan dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta ibu hamil untuk batuk atau mengejan dengan pelan.
- Pemeriksaan lainnya yang sebaiknya dilakukan ialah pemeriksaan denyut jantung janin. (baca: Cara Mendengarkan Denyut Jantung Bayi Dalam Kandungan)
4. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan pH vagina dengan kertas lakmus (tes nitrazin) dari merah menjadi biru. Tes ini bisa mengahasilkan positif palsu apabila ada substansi basa lainnya seperti sperma, darah, antiseptik alkalin atau vaginosis bakteri.
- Pemeriksaan darah lengkap, terutama angka leukosit >15.000/mm3 akan menjadi pertimbangan infeksi. (baca: Tes Darah Saat Hamil)
- Pemeriksaan mikroskopik akan menghasilkan tampakan gambar pakis yang mengering dengan sampel sekre mukus vagina
- USG untuk mengkonfirmasi umur kehamilan. (baca: Manfaat USG Kehamilan)
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
Penatalaksanaan ketuban pecah dini mempertimbangkan umur kehamilan dan evaluasi risiko relatif kelahiran prematur dengan infeksi intrauterin, abruptio plasenta, dan komplikasi tali pusat yang bisa terjadi apabila hanya dengan monitoring pasien. Umur kehamilan dapat menetukan apakah paru-paru sudah matur atau belum. Umumnya pada umur ke-34 minggu kehamilan, paru-paru sudah matang secara sempurna.
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Berdasarkan Umur Kehamilan
1. Aterm (lebih dari 37 minggu)
Penanganan pada ketuban pecah dini umur kehamilan cukup ialah sama seperti penanganan persalinan. Kebanyakan pasien akan mulai persalinan dalam 24 jam, tidak diperlukan intervensi tambahan. Namun tetap dipantau kondisi janin, induksi persalinan perlu dilakukan apabila terjadi tanda-tanda fetus distres atau tanda-tanda infeksi (takikardi, takikardi fetus, demam). Pemberian antibiotik profilaksis grup B streptococcus direkomendasikan. (Baca juga: Manfaat Asam Folat Bagi Ibu Hamil)
2. Near term (34-36 minggu)
Jika sebelumnya belum mendapatkan kortikosteroid antenatal*, pada keadaan tidak adanya chorioamnionitis dan diabetes, kortikosteroid antenatal sebaiknya diberikan. Induksi persalinan ditunda selama 48 jam untu memberi waktu efek stroid bekerja. Jika kondisi janin memburuk, segera lakukan persalinan terlepas durasi steroid. Pemberian antibiotik grup B Streptococcus direkomendasikan. Persalinan sebaiknya dilakukan dengan fasilitas yang memiliki pelayanan neonatal yang baik, karena tetap ada risiko gangguan pernafasan. Antibiotik laten tidak diperlukan. (Baca Juga: Penyebab Step Pada Anak , Teknik Pernafasan Saat Melahirkan)
3. Preterm (32-33 minggu)
Monitoring kondisi ibu hamil. Hindari pemeriksaan cerviks menggunakan jari. Pemberian antibiotik profilaksis grup B Streptococcus direkomendasikan. Pemberian antibotik untuk pemanjangan fase laten**. Pemberian kortikosteroid untuk mempercepat maturitas paur-paru. Lakukan persalinan pada fasilitas NICU yang baik karena risiko gangguan pernafasan akan lebih besar daripada near term. (Baca Juga: Tanda Bahaya Persalinan)
4. Preterm (23-31 minggu)
Monitoring kondisi ibu hamil. Hindari pemeriksaan cerviks menggunakan jari. Pemberian antibiotik profilaksis grup B Streptococcus direkomendasikan. Antibiotik untuk pemanjangan fase laten. Pemberian kortikosteroid untuk mempercepat maturitas paru-paru. Lakukan persalinan pada fasilitas NICU yang baik karena risiko gangguan pernafasan jauh lebih besar. pemberian Magnesium Sulfat melalui intravena untuk perlindungan saraf. (Baca Juga: Manfaat Kurma untuk Ibu Menyusui)
5. Preterm (kurang dari 23 minggu)
Antibiotik sangat dianjurkan terutama sejak awal minggu ke-20 umur kehamilan untuk memperpanjang fase laten. Hindari pemeriksaan cerviks menggunakan jari tangan. Monitor kondisi ibu hamil dan janin. Konseling pasien. (Baca juga: Tanda-tanda Diabetes pada Ibu Hamil , Bahaya Diabetes Saat Hamil)
*Pemberian kortikosteroid antenal dilakukan untuk mempercapat pematangan paru-paru.Menurut teori, kortikosteroid akan meningkatkan risiko infeksi karena akan menekan sistem imun, Namun, bukti terbaru tidak menunjukan kekhawatiran ini berdasarkan meta-analisis; tidak ada perbedaan (baik lebih tinggi atau lebih rendah kejadian infeksi) ditemukan dengan penggunaan kortikosteroid. Pemberian kortikosteroid yang dianjurkan ialah Dexamethason intramuscular 5 mg setiap 6 jam. (Baca juga: Ciri-ciri Air Ketuban Kering , Ciri-ciri Ketuban Pecah)
**menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) pemberian antibiotik untuk memanjangkan fase laten yang paling baik ialah intravena ampicillin 2 gram setiap 6 jam selama 48 jam dan intra vena erythromycin 250 mg setiap 6 jam selama 48 jam diikuti 5 hari per oral amoxicillin 250mg setiap 8 jam dan per oral erythromycin 333 mg setiap 8 jam.
Kesimpulan
- Ketuban pecah dini merupakan kondisi yang berbahaya, segera cari pertolongan
- Terdapat beberapa faktor risiko yang mampu meningkatkan kejadian ketuban pecah dini
- Karena tingkat berbahaya dan penanganan yang agak sulit dan berisiko untuk lahir prematur maka diagnosis harus tegak dan benar
- Semakin mendekati umur kehamilan aterm, maka risiko mortalitas dan morbiditas akan menurun apabila segera mendapatkan pertolongan
- Penanganan utama ketuban pecah dini ialah mencoba membuat ibu hamil tetap bersalin pada kehamilan cukup umur
(Baca Juga: Dampak Bayi Prematur saat Dewasa , Penyakit pada Bayi Prematur)