Fimosis pada Bayi Laki-Laki : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Fimosis merupakan sebuah kondisi ketika bagian kulit yang menutupi ujung kepala penis tidak bisa menarik kulit kembali. Hal ini akan menyebabkan adanya pembentukan kulit menyerupai karet gelang pada bagian ujung penis. Ini kondisi yang tidak bisa kembali dan biasanya membuat anak-anak tidak bisa buang air kecil dengan nyaman. Kondisi fimosis pada anak-anak memang sangat wajar karena biasanya akan sembuh sendiri pada usia 5 sampai 7 tahun. Hampir semua anak laki-laki akan mengalami hal ini dan beberapa bisa menjadi berbahaya untuk anak. Fimosis bisa menyebabkan infeksi akibat terbentuknya jaringan parut yang menyebabkan pembengkakan pada bagian kulup penis.(Baca: tips agar anak balita tidak mudah sakit – tips agar anak tidak mudah sakit)

Penyebab fimosis

  1. Infeksi jaringan parut

Penyebab yang paling sering terjadi tapi juga jarang disadari adalah terbentuknya jaringan parut pada bagian kulit. Hal ini terjadi ketika kulit tidak mekar sepenuhnya sehingga membuat kulit tidak bisa menarik kembali. Biasanya terjadi setelah buang air kecil ketika kulit sama selai tidak bisa kembali seperti semula dan akhirnya menyebabkan infeksi yang lebih parah. (Baca: vitamin untuk anak susah makan – manfaat vitabumin untuk anak)

  1. Penarikan kulup secara paksa

Pemaksaan atau penarikan kulup pada ujung penis secara paksa juga bisa menyebabkan fimosis. Ini terjadi ketika setelah buang air kecil dan kulit ujung kepala penis tidak kembali. Pemaksaan menyebabkan tarikan atau regangan yang bisa memicu peradangan. Kemudian infeksi yang berkembang bisa memicu terjadinya fimosis.(Baca:  obat untuk anak cacingan –  gejala anak cacingan –  Tanda tanda anak cacingan)

  1. Faktor usia

Umumnya anak-anak akan mengalami kondisi ini saat berumur 5 sampai 7 tahun. Kemudian biasanya akan pulih sendiri, tapi jika tidak pulih maka kondisi bisa berkembang. Keriput atau kulit yang terlalu longgar pada bagian ujung kulup akan memicu terjadinya fimosis. Ketika sudah dewasa maka juga bisa menyebabkan kesulitan saat ereksi sehingga bisa memicu infeksi yang terus berkembang.

  1. Penyakit medis tertentu

Penyakit medis tertentu juga bisa menyebabkan terjadinya fimosis. Beberapa anak yang dilahirkan dengan kondisi diabetes bisa mengalami hal yang sama. Infeksi yang berkembang pada bagian ujung penis cepat terjadi sehingga bisa membuat terjadinya fimosis. Perawatan diperlukan untuk membantu agar infeksi tidak berkembang sehingga tidak menjadi fimosis. (Baca: bahaya diabetes saat hamil – bahaya obesitas bagi ibu hamil – bahaya kolestrol tinggi untuk ibu hamil)

Gejala fimosis

  1. Kulit penis mengerut

Ketika buang air kecil maka kulit penis akan mengerut kemudian akan berkembang namun tidak kembali seperti semula, kemudian bisa menyebabkan bentuk seperti balon. Ini bisa membuat anak-anak merasa sangat sakit ketika buang air kecil dan bagian tersebut tidak bisa dikembalikan lagi seperti semula.

  1. Sakit saat buang air kecil

Ketika sudah terjadi infeksi maka kulit yang berkembang dan tidak kembali pada ujung kepala penis, bisa menyebabkan sakit saat buang air kecil. Sakit terjadi karena aliran air seni tidak lancar ketika keluar dan terhalang oleh infeksi kulit yang ada pada bagian ujung kepala penis. Masalah ini juga bisa menyebabkan aliran air seni menjadi sangat lemah dan tidak lancar. (Baca: penyebab anak rewel –  Cara menyapih anak agar tidak rewel – Penyebab bayi rewel)

  1. Mengejan saat buang air kecil

Anak-anak yang terkena fimosis biasanya juga akan mengejan saat  buang air kecil. Bagaimanapun infeksi yang berkembang pada area kepala penis menyebabkan aliran air seni menyebabkan sangat lambat. Ini bisa membuat anak mengeluarkan bunyi mengejan, terasa sakit dan kontraksi perut yang sangat kuat. Saat sudah sakit maka biasanya anak-anak juga akan menangis saat buang air kecil. (Baca: Penyebab anak susah tidur – tips agar anak tidak ngompol)

  1. Anak demam

Anak yang terkena demam juga bisa terjadi karena fimosis. Ketika beberapa gejala sudah muncul maka infeksi bisa menyebabkan demam pada tubuh anak. Demam bisa terjadi karena infeksi itu sendiri atau karena masalah dalam tubuh anak akibat pemisu fimosis tersebut. Biasanya ketika air seni tidak bisa keluar dari dalam tubuh maka sistem ginjal dan kandung kemih juga mengalami gangguan. Ini bisa membuat anak mengeluh sakit pada perut bawah dan punggung. ((Baca: cara mengatasi demam pada anak – cara menurunkan panas pada anak – kejang demam pada anak)

  1. Pembengkakan pada ujung penis

Infeksi akibat fimosis bisa menyebabkan ujung kepala penis mengalami pembengkakan. Pada anak-anak yang belum disunat maka bagian ini memang masih tertutup oleh kulit. Ketika infeksi terjadi maka kulit bisa mengalami pembengkakan sehingga bagian tersebut bisa menjadi lebih besar. Hal ini juga yang menyebabkan anak tidak bisa buang air kecil dengan lancar.

Baca juga:

Diagnosis fimosis

  1. Dokter akan melihat semua gejala yang terjadi kemudian sesuai dengan keterangan pasien.
  2. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik kemudian melakukan pengujian selama beberapa kali untuk menegakkan diagnosis fimosis.

Perawatan fimosis

Perawatan yang diperlukan untuk mengatasi fimosis berdasarkan kondisi yang terjadi. Apakah fimosis yang dialami sudah parah atau baru gejala. Berikut ini beberapa cara perawatan fimosis yang bisa dilakukan oleh dokter.

  1. Pemberian salep steroid topikal

Ketika fimosis berkembang pada anak-anak dan gejalanya tidak terlalu parah maka bisa diberikan obat steroid topikal. Salep berfungsi untuk membantu kulit yang ketat dan bengkak pada bagian ujung penis menjadi lebih lembut. Kemudian saat sudah lembut maka kulit yang menutup kepala penis bisa ditarik kembali. Salep dioleskan pada bagian lingkaran penis atau ke bagian kepala penis. Kemudian dipijat dengan lembut selama beberapa saat setiap hari. Saat sudah sangat lembut maka kulit kembali ditarik beberapa kali. Ketika kulit sudah bisa ditarik dan tidak lagi menutupi kepala penis maka obat dihentikan. Kemudian saat mandi maka anak-anak harus dilatih untuk menarik kembali kulit.

Baca: penyakit kulit pada bayi –  bintik merah pada kulit bayi – obat gatal untuk bayi – cara mengatasi biang keringat pada bayi baru lahir)

  1. Sunat

Sunat sering menjadi salah satu alternatif terakhir ketika fimosis terjadi pada anak-anak.  Sunat dilakukan dengan cara sepenuhnya atau sebagian. Jika dilakukan sepenuhnya maka semua bagian kulit yang menutupi bagian penis akan dipotong atau dihilangkan. Untuk sunat sebagian maka hanya kulit yang menutupi saja yang dihilangkan sementara bagian yang lain tidak. Sunat lebih sering dianjurkan untuk membantu agar anak tidak terkena infeksi salurah kemih berulang, fimosis berulang atau resiko terkena parafimosis. (baca: cara mengatasi bayi jarang pipis)

  1. Prepusioplasti

Prepusioplasti merupakan sebuah prosedur yang dilakukan sebagai pengganti dari sunat. Tindakan dilakukan dengan membuang sebagian kulit yang tidak dapat ditarik kembali, sementara bagian yang bisa ditarik akan dibiarkan saja. Tindakan ini akan menggunakan obat bius karena termasuk dalam tindakan pembedahan.

Baca Juga:

  1. Dilatasi

Saat usia anak masih terlalu muda untuk menjalani sunat maka dokter bisa memberikan tindakan dilatasi. Dilatasi dilakukan dengan cara merobek sebagian kecil ujung penis agar aliran air kencing bisa menjadi lebih lancar. Tindakan ini biasanya akan dilakukan dokter dalam waktu yang sangat cepat sehingga tidak memerlukan obat bius.

Komplikasi fimosis

Fimosis memang tidak menyebabkan gejala yang lebih buruk dan biasanya memang bisa disembuhkan. Dokter akan memberikan cara alternatif penyembuhan yang sesuai dengan kondisi. Tapi jika tidak diobati maka bisa menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:

  1. Kista

Akibat infeksi yang terus berkembang maka juga bisa memicu terjadinya kista pada bagian ujung kepala penis. Kista bisa menjadi lebih parah jika infeksi terus terjadi dan tidak mendapatkan perawatan yang tepat. Kista juga bisa menyebabkan air seni terperangkap pada area tersebut kemudian membuat penarikan kulit menjadi sulit untuk dilakukan.

  1. Pendarahan penis

Infeksi yang terus berkembang bisa menyebabkan adanya darah ketika buang air kecil. Darah mungkin bisa ditemukan bersama dengan urin dan ketika sudah larut maka sulit untuk diamati. Tapi ketika sudah menjadi parah maka pendarahan bisa menjadi lebih berat. Darah keluar dari penis sewaktu-waktu dan bahkan tidak saat buang air kecil.

  1. Pembengkakan kulit

Fimosis yang tidak mendapatkan perawatan juga bisa memicu pembengkakan pada bagian kulit. Ini bisa menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan karena semua bagian kulit menjadi lebih bengkak. Pembengkakan juga bisa memicu sulit untuk buang air kecil dan rasa sakit ketika buang air kecil.

  1. Retensi urin

Anak-anak yang mengalami fimosis juga bisa mengalami retensi urin. Retensi urin terjadi karena aliran air kencing tidak lancar. Anak akan mengejan terus ketika buang air kecil dan terkadang air seni keluar tapi tidak bisa dikendalikan. Orang tua bisa menemukan bahwa anak-anak buang air kecil dengan cara yang tidak wajar.

  1. Disuria

Disuria terjadi ketika anak mengalami rasa sakit yang sangat besar ketika buang air kecil. Infeksi yang terus berkembang bisa menyebabkan anak sulit saat buang air kecil dan bahkan walau sudah mengejan maka masih tetap sulit. Sumbatan akibat kulit yang berkembang pada area tersebut telah membuat anak sulit untuk buang air kecil. Sunat bisa membuat anak merasa lebih nyaman saat buang air kecil sehingga fimosis juga akan sembuh.

  1. Kesulitan ereksi (resiko kemandulan)

Ketika fimosis tidak diobati sejak awal maka bisa menyebabkan anak ketika sudah dewasa akan kesulitan saat ereksi. Orang dewasa yang mengalami fimosis mengeluh tentang ereksi yang sangat sakit dan terkadang juga tidak mampu untuk melakukan ereksi. Akibatnya maka bisa memicu kemandulan dan bahkan resiko terjebaknya sperma pada organ dalam. (baca:Ciri-ciri pria mandul – Penyebab kemandulan pada wanita)

  1. Balanoposthitis

Balanoposthitis merupakan salah satu infeksi yang terus berkembang karena kotoran yang terus menumpuk. Infeksi bisa menyebabkan resiko yang lebih berat karena kulit yang terkena infeksi semakin bengkak. Ini bisa membuat anak sulit untuk buang air kecil.

  1. Paraphimosis

Parafimosis merupakan posisi ketika kulit kulup yang sudah terjebak dalam posisi tertarik ke belakang penis. Ini bisa menjadi kondisi yang sangat menyakitkan dan terkadang tidak bisa dikembalikan ke posisi yang semula. Anak yang terkena kondisi ini biasanya akan menangis karena sangat sakit dan tindakan sunat darurat bisa dilakukan.

  1. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak-anak yang menderita fimosis. Bagaimanapun air seni memang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Ketika air seni terus menumpuk dalam kandung kemih atau uretra maka bakteri atau virus bisa berkembang dengan sangat cepat. Infeksi bisa terjadi sehingga menyebabkan rasa semakin sakit ketika buang air kecil dan resiko sulit untuk buang air kecil.

Baca:   infeksi saluran kemih pada anak – penyebab bayi tidak pipis semalaman

  1. Penyakit ginjal

Penyakit ginjal bisa menjadi resiko parah ketika fimosis yang sudah berkembang menjadi infeksi saluran kemih tidak mendapatkan perawatan yang tepat. Bakteri yang menyebabkan infeksi saluran kemih berkembang cepat sehingga juga menyerang organ ginjal. Komplikasi ini sangat serius karena bisa menyebabkan ginjal menjadi lebih parah termasuk resiko penyakit gagal ginjal.

Cara mencegah fimosis

  1. Anak-anak harus diajari untuk selalu membersihkan kulup setelah buang air kecil. Kepala penis dan kulup harus dicuci hingga bersih kemudian dikeringkan. Ini sangat baik untuk mencegah resiko infeksi pada kepala penis yang memicu fimosis.
  2. Ketika menarik kulit penutup kepala penis maka harus dilakukan dengan cara yang sangat lembut. Perhatikan untuk membuat kulit kembali seperti semula.
  3. Saat sudah menemukan beberapa gejala maka pertimbangkan untuk melakukan sunat.

Itulah semua informasi yang berhubungan dengan kondisi fimosis pada anak laki-laki. Kondisi ini juga sering terjadi pada bayi sehingga ibu harus lebih memperhatikan kesehatan reproduksi bayi laki-laki.

fbWhatsappTwitterLinkedIn