Alat KB memang digunakan dengan tujuan untuk mengendalikan kelahiran. Alat ini sering digunakan oleh ibu untuk mengatur jarak lahir anak dari anak pertama atau kedua dan selanjutnya. Salah satu jenis alat KB yang paling populer adalah alat IUD. IUD memang sudah dijamin bisa mencegah kehamilan tanpa menyebabkan berbagai resiko atau efek samping untuk ibu. Alat ini berbentuk seperti huruf T dan dimasukkan ke dalam rahim melalui celah rahim. Pada dasarnya bukti medis menunjukkan jika IUD termasuk alat yang bisa mencegah kehamilan hingga mencapai hampir 100 persen. Namun beberapa ibu yang menggunakan alat ini ternyata masih bisa hamil. Berikut ini beberapa informasi mengenai hamil saat masih pakai alat KB IUD. (baca: efek samping pil KB – bahaya KB suntik
Tanda kehamilan saat masih menggunakan IUD
Sebenarnya ibu hamil yang masih menggunakan IUD akan mengalami berbagai gejala kehamilan sama seperti ibu hamil yang lain. Meskipun awalnya memang gejala ini sering diabaikan karena ibu percaya sudah menggunakan IUD. Beberapa tanda kehamilan saat masih menggunakan IUD seperti:
- Nyeri payudara yang muncul akibat perubahan hormon.
- Ibu sering merasa mual dan muntah seperti masuk angin sebagai tanda morning sickness (baca: perbedaan mual hamil atau maag)
- Perut ibu akan sering kembung dan melilit (baca: perut melilit saat hamil – ibu hamil sering kentut)
- Ibu akan lebih sering pusing (baca: Penyebab sering pusing saat hamil – penyebab pusing pada ibu hamil)
- Menstruasi akan terlambat (karena penggunaan IUD biasanya tetap membuat menstruasi yang teratur) (baca juga: penyebab haid tidak teratur – akibat telat haid)
- Nyeri punggung yang sangat teratur.
- Tidak nafsu makan
- Sering buang air kecil (baca juga: sering kencing saat hamil)
- Perut terasa kram dan terkadang ditandai dengan darah implantasi (baca: cara membedakan darah haid dan darah awal kehamilan)
- Sulit buang air besar dan tidak nyaman pada perut atau perut bawah. (baca: Susah BAB saat hamil)
Apa yang harus Anda lakukan saat mengalami kehamilan dengan IUD?
Kehamilan IUD memang terkadang membingungkan karena ibu biasanya akan merasa lebih panik. Jika ibu sudah memperhatikan berbagai ciri ciri orang hamil, maka hal pertama yang perlu ibu lakukan adalah melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan. Tes kehamilan dengan pemeriksaan darah dan USG akan dilakukan untuk memastikan bahwa Anda hamil. Dokter biasanya akan memberikan beberapa pilihan seperti:
- Apakah ibu masih ingin mempertahankan kehamilan atau tidak?
- Apakah ibu masih ingin mempertahankan kehamilan dengan tidak melepas IUD?
- Apakah ibu ingin mempertahankan kehamilan tapi IUD dihapus?
Setelah ibu mendapatkan hasil kehamilan maka pertimbangan keputusan harus diambil dengan baik. pertimbangkan semua resiko yang bisa terjadi pada ibu dan bayi sehingga ibu bisa berpikir lebih baik.
Baca juga: manfaat USG 4 dimensi – bahaya USG kehamilan yang terlalu sering – manfaat USG kehamilan
Resiko kehamilan dengan IUD
Kehamilan dengan IUD merupakan sebuah kehamilan yang harus mendapatkan perhatian lebih dari dokter dan ibu. Kehamilan ini bahkan bisa berbahaya untuk ibu dan janin. Berikut ini beberapa resiko kehamilan dengan IUD.
- Resiko keguguran
Pada dasarnya ketika ibu sudah mengetahui dan melakukan pemeriksaan kehamilan, maka dokter akan mempertimbangkan beberapa keputusan. Kehamilan dengan IUD memiliki dampak yang sangat serius dengan resiko keguguran. Kondisi ini sangat sulit untuk diketahui karena ada IUD dan calon janin dalam rahim. Bahkan beberapa ahli medis mengatakan jika IUD diambil maka tetap bisa menyebabkan keguguran. Jadi pertimbangan hamil dengan IUD memang memiliki resiko yang sangat besar termasuk untuk ibu dan janin. Tanda keguguran pada kehamilan ini juga sama seperti tanda keguguran yang normal.
Informasi keguguran:]
- penanganan keguguran berulang
- penyebab keguguran berulang
- bahaya aborsi pada remaja
- abortus imminens
- cara menjaga kehamilan muda agar tidak keguguran
- keguguran tanpa kuret
- akibat aborsi tidak bersih
- tanda keguguran tanpa pendarahan
Salah satu masalah yang sangat sering dialami oleh ibu hamil dengan IUD adalah gejala kehamilan ektopik. Kehamilan ini terjadi ketika sel telur dan sel sperma yang sudah menjadi embrio berkembang di saluran tuba falopi. Embrio sama sekali tidak akan menuju rahim sehingga sangat berbahaya untuk ibu. Kehamilan ektopik bisa menyebabkan dampak yang sangat serius untuk ibu terutama kerusakan sistem reproduksi. Bahkan beberapa ibu terkadang harus menjalani operasi pemutusan saluran tuba falopi untuk mencegah peradangan atau efek akibat kerusakan tuba falopi.
Baca:
- gejala kehamilan ektopik belum terganggu
- tanda-tanda hamil kosong
- beda hamil anggur dan hamil diluar kandungan
- hamil anggur pada wanita
- hamil yang tidak terdeteksi
- Resiko kelahiran prematur
Jika ibu hamil sudah memutuskan untuk tetap mempertahankan kehamilan dan membuat IUD tidak diambil selama kehamilan, maka dokter akan memantau kehamilan. Kemungkinan janin bisa berkembang dengan baik. Namun biasanya kehamilan dengan IUD juga memiliki resiko kelahiran prematur. Resiko prematur bahkan meningkat menjadi empat kali dibandingkan wanita yang hamil normal. Kondisi ini disebabkan oleh IUD yang bisa mengendalikan hormon sehingga menyebabkan IUD melepaskan hormon progestin ke dalam rahim. Lalu hormon inilah yang akan membuat efek pada bayi dan ibu. Hormon juga mendorong ibu mengalami kontraksi sehingga memicu kelahiran prematur.
Baca:
- ciri ciri bayi lahir prematur
- penyebab bayi lahir prematur
- cara mencegah bayi lahir prematur
- resiko bayi lahir prematur 7 bulan
- Kehamilan dengan infeksi
Kehamilan dengan IUD juga akan meningkatkan resiko infeksi. Beberapa jenis infeksi termasuk seperti infeksi intrauterine, sepsis dan infeksi pada janin. Sepsis bisa menyebabkan bahaya untuk ibu dan janin. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri yang masuk mencapai rahim dan janin. Bagaimanapun kehamilan dengan infeksi sulit untuk dipertahankan sehingga sering menyebabkan keguguran. Terkadang resiko infeksi menjadi berat ketika sudah menyebar ke berbagai organ tubuh bayi. (baca: gejala toxoplasma pada ibu hamil)
Gejala bahaya kehamilan dengan IUD
- Ibu hamil merasa sangat sakit ketika buang air kecil.
- Ibu hamil mengalami pendarahan dengan volume yang kecil hingga lebih banyak.
- Ibu hamil merasakan sakit perut yang sering datang dengan beberapa tingkat sebagai tanda radang perut atau peradangan pada rahim.
- Ibu hamil mengalami tekanan yang lebih besar pada bagian rektum.
- Ibu hamil demam dan sakit kepala yang berat. (baca: demam saat hamil – penyebab sering pusing saat hamil)
Kehamilan tanpa menghapus IUD
Sebenarnya kehamilan tanpa menghapus IUD memang bisa meningkatkan potensi berbahaya untuk ibu dan janin. Resiko keguguran pada kehamilan dengan IUD bisa meningkat lebih dari 50 persen. Sementara jika IUD diambil pada awal kehamilan maka resiko keguguran juga bisa naik hingga 20 persen. Proses pengambil IUD saat hamil bisa menyebabkan resiko keguguran meningkat dengan cepat. Sehingga semua tindakan yang akan dilakukan harus dikonsultasikan dengan dokter yang merawat.
Baca: efek samping kuret – proses kuret janin tidak berkembang – keguguran tanpa kuret – akibat aborsi tidak bersih
Kapan IUD harus diambil saat hamil?
Kehamilan dengan IUD termasuk kehamilan yang harus mendapatkan perhatian dari dokter. Banyak dokter yang terus melakukan evaluasi dan pemeriksaan terus menerus ketika ibu hamil namun tetap ingin mempertahankan IUD. Ketika ibu hamil mengalami tanda hamil ektopik maka IUD harus segera diambil dan tindakan untuk menyelamatkan ibu harus dilakukan secara darurat. Namun jika ibu ingin menjaga kehamilan maka IUD sebaiknya diambil maksimal sampai usia kehamilan mencapai 12 minggu. Jika kehamilan ibu sudah mencapai usia lebih dari 12 minggu maka resiko keguguran bisa meningkat di trimester kedua.
Peluang hamil setelah IUD dilepas
Beberapa ibu memang merasa khawatir ketika hamil dengan IUD. Karena itu lebih baik jika ibu merencanakan kehamilan maka IUD harus dilepas oleh dokter. Kondisi ini lebih aman untuk ibu dan bayi dan kehamilan bisa menjadi kehamilan yang sehat. IUD memang bisa berbahaya untuk kehamilan sehingga lebih baik untuk dihapus jika ibu sudah siap untuk hamil. Setelah IUD diambil maka ibu bisa menunggu hingga siklus menstruasi menjadi lebih teratur atau seperti biasanya. Paling tidak ibu harus menunggu selama tiga bulan jika ingin hamil. IUD sama sekali tidak akan mempengaruhi kesuburan sehingga ibu tidak perlu merasa khawatir.
Baca: cara menyuburkan kandungan – cara hamil anak perempuan – cara hamil anak kembar
Peluang hamil saat masih pakai alat KB IUD memang sangat langka. Ini menjadi kasus yang jarang terjadi, namun jika bisa terjadi tanpa pernah diduga. Karena itu jika ibu memang memiliki rencana untuk hamil atau melakukan program hamil maka IUD sebaiknya diambil. Langkah ini lebih aman daripada mendapatkan kehamilan dengan IUD.