Muntaber (munta berak) atau juga dikenal gastroenteritis adalah penyakit menular yang sering diderita oleh para bayi. Penyakit ini disebabkan oleh virus, bakteri atau mikroorganisme lain yang menginfeksi usus dan menyebabkan peradangan. Biasanya gejala utama yang sering muncul yakni buang air besar secara terus-menerus, tekstur tinja cair dan diikuti dengan muntuh-muntah. Penyakit ini dapat terjadi dalam kurun waktu kira-kira 7-14 hari.
Muntaber dapat menyerang siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-anak. Bahkan seorang bayi pun juga berisiko mengalami muntaber. Nah, berikut ini ulasan lengkap tentang penyakit muntaber pada bayi yang wajib Bunda ketahui. Simak terus ya!
Baca juga:
- obat muntaber anak
- Pertolongan pertama pada anak diare
- penyebab diare pada bayi
- obat diare balita
- cara mencegah diare pada bayi
Penyebab Penyakit Muntaber Pada Bayi
Ada banyak faktor yang menjadi penyebab penyakit muntaber pada bayi. Diantaranya yaitu:
- Infeksi mikroorganisme, seperti bakteri, jamur, cacing, protozoa dan sebagainya. Salah satunya yang cukup umum yakni bakteri Escherichia coli
- Keracunan makanan dan minuman yang terkontaminasi mikroorganisme atau bahan kimia tertentu
- Adanya infeksi pada saluran kemih
- Adanya infeksi pada saluran pernafasan
- Kurang gizi
- Penderita kekurangan asupan protein
- Lingkungan yang kotor
- Musim banjir dapat meningkatkan risiko penyakit muntaber
- Cairan dari mulut, seperti air liur atau muntahan juga meningkatkan risiko tertularnya penyakit muntaber
- Menggunakan WC kotor yang terkontaminasi feses dari penderita muntaber
Baca juga: cara mengobati bayi mencret – obat diare pada ibu menyusui – obat diare ibu hamil.
Gejala Muntaber Pada Bayi
- Diare
Gejala utama yang sudah pasti terjadi adalah buang air besar secara terus-menerus. Biasanya bayi akan mengeluarkan feses dengan tekstur lembek atau encer. Frekuensinya juga meningkat. Bisa 5-10 kali dalam sehari. Hal ini disebabkan adanya infeksi bakteri pada saluran pencernaannya. Akibatnya tidak hanya memicu peradangan, tapi makanan juga jadi sulit dicerna. Kondisi ini tentu tidak boleh diremehkan karena bisa menyebabkan dehidrasi. Pastikan bunda memberikan asupan ASI yang cukup. ASI ini berguna untuk memenuhi asupan cairan tubuh dan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi.
Baca juga:
- Penyebab bayi mencret
- Diare saat hamil
- bahaya diare pada ibu hamil
- Penyebab bayi ASI diare
- Cara mengatasi anak susah BAB
- Muntah-muntah
Gejala berikutnya yang terlihat pada bayi penderita muntaber adalah muntah-muntah. Biasanya muntah ini diawali dengan rasa mual. Mungkin bayi akan terlihat rewel bahkan menolak makanannya. Muntah juga terjadi dengan frekuensi berlebihan. Apabila hal ini terjadi maka segeralah membawa bayi Anda ke dokter untuk memastikan diagnosis penyakitnya.
Baca juga:
- Penyebab anak sering muntah
- Cara agar bayi tidak muntah setelah minum ASI
- Penyebab bayi muntah dari hidung
- Penyebab bayi muntah
- Obat tradisional muntah pada anak
- Penyebab bayi muntah setelah minum susu formula
- Cara mengobati anak muntah
- Menurunnya berat badan
Infeksi bakteri E.coli dan Shigella pada sistem pencernaan membuat fungsi kerja usus menjadi menurun. Makanan ataupun minuman yang dikonsumsi oleh si kecil tidak akan terserap dengan baik. Selain itu, penderita juga terus-menerus mengeluarkan cairan dari tubuhnya. Hal ini mengakibatkan ia menjadi tampak kurus. Bobot badan akan turun secara perlahan sehingga penderita akan terlihat lesu, lemas dan tidak bertenaga. (baca: Cara menaikkan berat badan bayi – Penyebab berat badan bayi tidak naik)
- Wajah terlihat kecil
Karena bobot badannya turun maka secara otomatis wajah bayi juga akan tampak lebih tirus dan pucat. Hal ini biasanya terjadi saat bayi telah mengalami muntaber selama berhari-hari dan tak kunjung sembuh. Ia mungkin mengalami gejala dehidrasi. Sehingga akibatnya badannya menjadi kurus secara drastis. (baca: Penyebab anak kurus padahal makan banyak)
- Kulit kering dan bibir pecah-pecah
Diare yang terjadi terus-menerus menyebabkan si kecil mengalami dehidrasi hingga berujung pada gejala kulit yang tampak kering. Selain itu, bibir juga akan menjadi pecah-pecah (biasanya hal ini terjadi pada tahap parah). Kulit kehilangan keelastisan dan bayi jadi lemas. Apabila bunda menemukan kondisi ini pada bayi, maka segera periksakan ke dokter. Penuhi juga asupan nutrisinya dan jangan lupa tingkatkan pemberian ASI.
Baca juga: Penyebab disentri pada bayi, Gejala disentri pada bayi
- Nafsu makan menurun
Gejala berikutnya yang dapat diamati adalah menurunya nafsu makan si kecil. Penderita akan cenderung menolak makanannya. Bahkan muntah setelah beberapa menit mengunyah makanan tersebut. Kondisi ini terjadi karena rasa mual dan sakit pada perut si kecil. Bunda tak bisa memaksakannya. Namun juga jangan sampai bayi tidak memperoleh asupan makanan yang cukup. Sebagai solusi, sebaiknya berikan porsi makan sedikit-sedikit namun frekuensinya berulang kali. Dengan begitu, perut tidak akan merasa berat. Dan pastikan membawanya ke rumah sakit ya.
Baca juga:
- Demam
Penderita muntaber biasanya juga akan mengalami kenaikan suhu tubuh atau demam. Hal ini menyebabkan munculnya sakit kepala, sehingga tidak heran jika mungkin bayi menjadi rewel. Untuk memastikannya Bunda bisa mengukur suhunya dengan termometer. Apabila si kecil mengalami demam tinggi dengan disertai diare dan muntah-muntah secara terus-menerus maka segera periksakan ke dokter.
Baca juga:Penyebab bayi demam tinggi–cara mengatasi demam pada bayi – Cara mengatasi bayi demam setelah imunisasi
- Rewel
Seorang bayi biasanya sangat mudah rewel. Entah itu dikarenakan lapar, ngompol atau bosan. Selain itu, rewel pada bayi juga bisa dipicu adanya penyakit tertentu. Misalnya saja muntaber. Kondisi muntaber membuat si kecil merasakan sakit perut, mual, pusing dan lemas. Sehingga tidak geran jika bayi menangis secara terus-menerus.
- Sakit perut
Peradangan pada usus yang disebabkan oleh infeksi bakteri menyebabkan si kecil mengalami sakit perut tak tertahankan seperti diremas-remas atau mulas. Hal ini menyebabkan si kecil buang air besar secara berlebihan. Selain itu, juga disertai muntah-muntah. Bayi mungkin juga akan kesulitan tidur dan mengalami gangguan makan. Sebaiknya jika Bunda mendapati kondisi tersebut maka jangan menunda-nunda waktu untuk memeriksakan keadaan bayi pada dokter anak yang profesional. (baca: Obat sakit perut pada anak – Sakit perut saat hamil muda)
Risiko Berbahaya Muntaber Pada Bayi
Bayi yang mengalami muntaber akan lebih berbahaya dibandingkan orang dewasa. Umumnya risiko komplikasinya lebih tinggi sebab kondisi fisik dan imun bayi juga masih agak lemah. Apabila muntaber tidak segera diatasi maka bisa memicu gangguan pencernaan hingga kehilangan cairan elektrolit (dehidrasi). Bahkan pada tahap lebih parah, bayi bisa saja mengeluarkan feses bercampur dengan darah.
Baca juga:
Penanganan Muntaber Pada Bayi
Terdapat beberapa penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi muntaber pada bayi. Diantaranya yaitu:
- Berikan ASI pada bayi secara intensif. Pemberian ASI sangat diperlukan untuk mengganti elektrolit yang hilang dari tubuh dan mencegah dehidrasi berlebihan
- Hindari memberikan susu formula yang mengandung laktosa sebab bisa memperparah kondisi diare
- Pada bayi berusia diatas 6 bulan, Bunda dapat memberikan cairan oralit untuk mencukupi kebutuhan elektrolit dalam tubuhnya. Oralit bisa Bunda dapatkan di apotek atau membuatnya sendiri dengan mencampurkan ½ sdt garam dan 2 sdt gula ke dalam segelas air hangat. Berikan secara langsung untuk dikonsumsi si kecil. Air hangat akan memberikan rasa nyaman di perutnya
- Pada bayi berusia diatas 6 bulan, pemberikan cairan selain dari ASI juga diperlukan. Misalnya air putih, jus buah-buahan atau sup
- Bubur dari jus jambu biji juga dapat mengurangi gejala muntaber. Namun pastikan si kecil cukup umur untuk menerimanya (Bunda bisa melihat panduan MPASI)
- Berikan makanan dengan porsi sedikit. Namun dalam frekuensi berulang. Dengan begitu risiko muntah bisa diminimalisir
- Tingkatkan waktu istirahat si kecil
- Hindari memberikan makanan kemasan, es krim, permen, minuman soda atau makanan cepat saji lainnya
- Apabila si kecil menunjukkan gejala diare hingga melebihi 5 kali dalam sheari, maka segera periksakan ke dokter atau rumah sakit agar si kecil bisa memperoleh penanganan secara tepat. Misalnya saja pemberian infus untuk mencegah dehidrasi serta obat-obatan untuk mengatasi diarenya
Baca juga: tanda tanda bayi dehidrasi – penyakit akibat kekurangan gizi pada bayi – manfaat vitabumin untuk anak – vitamin untuk daya tahan tubuh anak
Pencegahan Muntaber Pada Bayi
Muntaber sebenarnya bukanlah penyakit yang berbahaya. Pencegahannya pun juga mudah dilakukan. Berikut ini beberapa cara ampuh untuk mencegah muntaber pada bayi yang dapat Bunda lakukan.
- Jagalah kebersihan lingkungan sekitar. Mulai dari selokan, ruangan di tiap rumah, kamar mandi, toilet pastikan semuanya bersih. Bunda bisa memberikan cairan atau obat antibakteri (karbol) pada toilet setiap selesai BAB. Kemudian rutinlah mengepel lantai rumah. Dan perhatikan juga kebersihan benda dan pakaian si kecil
- Berikan makanan dan minuman yang bergizi dan bersih. Sebaiknya hindari memberikan jajanan dari luar untuk si kecil. Terlebih lagi makanan yang dijual di pinggir jalan. Penyebaran bakteri E.coli umumnya lewat makanan. Maka itu, Bunda perlu memperhatikan pola makan si kecil. Jika si bayi berusia di bawah 6 bulan, maka Bunda juga harus menjaga kebersihan payudara
- Selalu ganti popok bayi secara tepat waktu
- Cuci tangan sebelum makan
- Bunda juga bisa memberikan kaporit pada air untuk mencegah perkembangan bibit-bibit kuman dan bakteri dalam air
[accordion multiopen=”true
Informasi gangguan kesehatan pada bayi dan anak” state=”opened
- Cara mengatasi pilek pada bayi
- Obat pilek pada bayi baru lahir
- Terapi uap untuk bayi batuk pilek
- Penyebab bayi pilek
- Gejala malaria pada anak
- Obat malaria pada anak
- Infeksi Saluran Kemih pada Anak
- Gejala Meningitis Pada Bayi
- Pencegahan malaria pada ibu hamil
- Penanganan malaria pada ibu hamil
- Obat malaria untuk ibu hamil
Demikinalah penjelasan tentang muntaber pada bayi, mulai dari definisi, penyebab, gejala, risiko, penanganan dan pencegahan. Semoga bermanfaat dan dapat membantu.